Tidak butuh waktu lama untuk Byulyi sampai ke rumahnya dengan selamat. Ia memarkiran mobilnya di depan rumah susun yang tidak terlalu mewah namun terlihat elegan. Begitu ia hendak mematikan mesin, dia tersadar kalau Yongsun tidak bersuara sama sekali. Ketika ia menoleh, ia dapat melihat wanita itu tidur dengan lelap.
"Hei, aku sudah sampai di rumah. Bangun, kau juga harus pulang." Bisik Byulyi, mencoba membangunkan wanita itu meski hasilnya nihil. Wanita itu nampaknya sangat lelah sehingga tak ada respon selain dengkuran halus.
Byulyi tersenyum tipis begitu ia melihat wajah Yongsun yang begitu cantik. Jemarinya menyentuh perlahan pipi Yongsun, menyeretnya lembut sampai ke arah bibir. Ah, bibir itu, bibir yang membuatnya candu hingga sekarang. Sebuah erangan kecil membuat Byulyi tersadar akan lamunannya, ia dapat melihat Yongsun membuka mata.
"Kau bangun..."
"Apa kita sudah sampai?"
"Ya, di rumahku."
Yongsun menguap, nampaknya dia masih mengantuk. Namun dilihat dari lokasi Byulyi sekarang butuh waktu setengah jam lagi untuk sampai ke rumahnya. Ia tidak yakin bisa mengendarai mobilnya untuk selama itu.
"Kenapa? Kau masih mengantuk?" Ia mengangguk pelan. "Kalau begitu menginap saja." Ucapan itu berhasil membuat keduanya terkejut. Yongsun segera menoleh dan menatapnya kesal.
"A-aku janji tak akan melakukan apapun. Aku akan tidur di sofa. Kau bisa tidur dikasurku!"
"Jangan gila!" Seru Yongsun lalu turun dari mobil, hendak berpindah ke kursi kemudi.
"Aku serius, aku tidak akan melalukan apapun. Aku berani bersumpah,"
Yongsun berdecak, ia kembali menutup pintu kemudi dengan cukup kencang, tidak jadi masuk. "Apa yang membuatmu sampai sepeduli ini, hm? Mau aku selamat atau tidak, itu bukan urusanmu. Jadi, urusilah dirimu sendiri. Selamat malam!"
Yongsun membuka lagi pintu kemudi sebelum Byulyi menahannya dan menatap wanita itu dengan tajam. "Aku khawatir denganmu."
Mendengar itu, jatung Yongsun seakan meledak. Entah apa yang terjadi tapi perkataan Byulyi langsung memengaruhinya. "Jadi, aku mohon, anggap saja ini imbalan balik karena kau telah menolongku juga." Lanjut Byulyi dengan senyumannya. Yongsun pun luluh.
Kini ia berada di rumah kediaman Moon Byulyi, CEO muda perusahaan Walsong yang tidak lain dan tidak bukan adalah saingan besarnya. Ia pasti sudah gila karena mengiyakan ajakan Byulyi untuk menginap di rumahnya.
"Ini baju tidurmu." Ujar Byulyi, masuk ke dalam kamar sambil membawa setelan piyama yang masih dibungkus plastik. "Tenang saja, ini baru. Kau bisa pakai tanpa khawatir."
"Moon family?" Dahi Yongsun mengkerut saat ia melihat tulisan bordir di bagian kantung piayama khaki tersebut.
"Um, ya sebenarnya ini piyama untuk keluargaku tahun kemarin. Hanya saja aku tidak bisa ikut karna dinas,"
"Lalu kau menyuruhku untuk memakainya?"
Byulyi mengerang, "Ayolah, apa itu penting? Hanya itu yang tersisa, yang masih baru."
"Hah, lupakanlah. Terima kasih," ucap Yongsun yang segera masuk ke kamar mandi. Byulyi cuma bisa menggeleng. Wanita itu benar-benar unik, andai saja dia bukan saingan keluarganya. Dia pasti akan lebih mudah mendapatkannya.
"Maaf, Wheein. Maaf, Hyejin. Tapi aku tak akan menyerah untuk mendapatkan wanita itu!"
Pagi tiba, Yongsun membuka matanya perlahan dan mendapati langit-langit kamar yang asing untuknya. Dia mendesah pelan, "Rupanya aku tidak bermimpi..."
"Selamat pagi, nyonya Kim. Ini sarapan untukmu!" Seru Byulyi begitu melihat tamunya keluar dari kamar. Yongsun menghampiri saingannya di dapur dan mendapatkan roti lapis diatas piring untuknya.
"Ini kau yang buat?"
"Hm... Aku beli barusan. Aku tidak biasa sarapan di rumah." Jawab Byulyi dengan jujur. Setelah Yongsun perhatikan, Byulyi mengenakan baju olahraga dan sedikit berkeringat. Ia terkekeh sebelum duduk menyantap sarapannya.
"Apa kau memang biasanya olahraga?"
"Oh, rupanya kau menyadarinya ya!"
Yongsun memutar kedua bola matanya dengan malas, "Keringatmu bau."
"Hm? Yang benar?" Byulyi segera menciumi aroma tubuhnya sendiri dan membuat Yongsun tertawa. "Ya, kenapa tertawa?!"
"Kau macam orang bodoh! Siapapun pasti bisa melihatnya, kau bahkan memakai celana olahraga. Dasar aneh."
"Hehe, benar juga." Byulyi ikut tertawa sambil menikmati waktu sarapan yang tidak biasa itu bersama-sama. Waktupun tak terasa berlalu dengan cepat, Yongsun sudah kembali siap untuk pergi ke kantornya bersamaan dengan Byulyi yang tengah menunggu asistennya menjemput.
"Terima kasih telah membantuku kemarin malam," ucap Byulyi sebelum Yongsun pergi.
"Terima kasih juga sudah membiarkanku menginap." Balasnya. Ia menyalakan mesin dan siap untuk pergi namun tertahan ketika Byulyi mengetuk jendelanya. "Aku tahu ini terdengar bodoh untukmu tapi Kim Yongsun, aku ingin berkenalan dekat denganmu. Bukan sebagai Moon dari Walsong tapi sebagai Moon Byulyi, wanita biasa."
Yongsun menelan liurnya saat menyadari kalau jarak wajah mereka cukup dekat dan untuk orang yang barusan mendengar itu, dia tidak punya kata-kata selain, "Terserah!" Dengan salah tingkah.
"Baiklah. Sampai jumpa, Yongsun."
Wanita itu berdecak kesal lalu memaju mobilnya, menjauh, dan berusaha untuk tetap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
Fiksi PenggemarBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.