Wheein bilang kalau Hyejin akan menyelanggarakan pesta di sebuah hotel mewah untuk merayakan kemenangannya sebagai akrtis tahun ini dan beberapa penghargaan yang sudah pantas ia dapatkan di acara penghargaan beberapa hari lalu. Meski pesta, Hyejin adalah orang yang selektif, ia menjadikan pesta ini sebagai acara pribadi, yang berarti, tidak semua orang bisa datang.Dan peraturannya, satu tamu hanya diizinkan membawa satu pendamping. Itulah kenapa Byulyi disini, di area parkir RBW, menunggu sosok yang katanya akan turun dalam lima menit lagi. Hm, dia pasti sibuk, sampai tidak bisa menjawab panggilan Byulyi dari kemarin.
Sebenarnya wanita ini tahu kalau datang kesini adalah sebuah tindakan implusif yang beresiko namun menunggu tidak ada dalam kamusnya, ditambah lagi jika orang yang kau tunggu itu terang-terangan mengabaikanmu.
Senyum Byulyi merekah begitu ia melihat sosok yang ia tunggu menghampirinya dengan buru-buru, ia hendak menyambut Yongsun ramah namun wanita itu sudah masuk ke dalam mobilnya. "Kau gila? Apa yang kau lakukan disini?"
Pandangan Byulyi tidak dapat lepas dari sosok wanita disampingnya yang memandangnya tajam, senyumnya semakin merekah, "Hm, aku akan menjawab pertanyaanmu namun sebelumnya, wow, kau cantik sekali..." Puji Byulyi, tanpa melepas pandangan.
Satu pukulan pun mengenai pundak Byulyi hingga ia meringis. "Ouch— Ku anggap itu ucapan terima kasih karna sama-sama...".
"Kau gila! Mau apa kau kemari, huh?"
"Ini semua salahmu karna mengabaikan pesan dan panggilanku, aku sudah mencoba menghubungimu dari lusa kemarin dan kau jelas-jelas mengabaikanku, wajar kalau aku datang kesini kan?" Yongsun mengesah tak percaya, apa yang barusan dia dengar itu sungguhan? Ia meringis, merasa ngeri dengan perilaku saingannya itu. "Harusnya kau sadar kalau hubungan kita tidak sedekat itu, nona Moon!"
"Ya, bukankah aku bilang aku ini ingin dekat denganmu sebagai teman? Apa itu salah? Teman itu tidak pernah mengabaikan satu sama lain!" Rengek Byulyi, ia terdengar seperti anak berumur lima tahun yang berusaha membujuk anak-anak lain untuk bermain dan Yongsun merasa risih. "Aku keluar—" Yongsun hendak keluar sebelum Byulyi meraih tangannya, menahan CEO muda itu untuk tetap dalam mobilnya.
"Aku bercanda! Astaga, apa kau tidak pernah bersenang-senang?"
"Ini jam kantorku, kau ini–hah, padahal kau juga pemimpin, kenapa kau tidak bekerja, huh?"
"Aku punya janji di luar, tapi sebelum itu, ini—" ujarnya sembari memberikan Yongsun sebuah amplop dengan pola yang simpel namun terlihat elegan.
"Apa ini?"
"Um, undangan?"
"Undangan apa?"
"Pesta. Kau kenal Anh Hyejin— Maksudku, Hwasa? Dia salah satu temanku dan akan mengadakan pesta. Pestanya agak tertutup dan hanya orang yang memiliki undangan yang boleh masuk, dan satu undangan hanya berlaku untuk dua orang!"
"Tunggu!" Yongsun mengayunkan undangan di tangannya, "Jangan bilang kau—"
"Ya, aku mengajakmu untuk menghadirinya bersamaku! Kau bisa pegang undangannya karna aku punya masalah dengan meletakan barang."
"Aku tidak bilang aku ingin ikut!"
"Kau harus, aku sudah mendaftarkan namamu!"
"Huh?!"
"Akan ku jemput jam delapan malam, hm, kau bisa pakai bajumu kalau tidak sempat pulang atau ku rasa aku punya baju yang aku simpan di bagasi!" Seru Byulyi dengan antusias. Ia berlari ke bagasi, mencoba mencari pakaian yang bisa digunakan Yongsun untuk malam ini, seharusnya ukuran tubuh mereia tidak jauh berbeda. Untungnya dia selalu menyiapkan pakaian ganti di mobil. "Nah, ketemu!"
"Bagaimana?" Tanya Byulyi begitu ia merentangkan baju yang ia temukan, sebuah gaun hitam* yang Yongsun tidak percayai dimiliki oleh Byulyi. Ia menunjuknya dengan tidak percaya, "Kau serius ini punyamu bukan oranglain?"
"Ini gaun daruratku, kita tidak pernah tahu akan mengalami hal apa, kan? Ya, walaupun ini bukan styleku banget sih..." ujar Byulyi, ia pun tetap memberikannya pada Yongsun, meski hanya dilihay sekilas, Byulyi tahu pasti gaun itu cocok untuknya.
Yongsun, yang entah kenapa malah menerimanya hanya bisa menghela nafas pendek. Tidak ada gunanya berdebat dengan bos rival perusahaannya itu. Tindakan nekadnya saja sudah membuat Yongsun sakit kepala, ia ingin menyudahi ini secepatnya. "Terserah deh," ketus Yongsun, bersiap untuk kembali ka kantornya.
"Kalau begitu, kita deal?"
"Ya. Tapi kalau kau terlambat, aku tidak akan segan-segan pergi pulang."
Senyum Byulyi merekah dari ujung kiri sampai ujung kanan bibirnya lalu mengacungkan ibu jarinya dengan semangat, "Tenang saja, aku ini tidak pernah terlambat, kalau begitu sampai bertemu, Kim Yongsun!"
"Ck, orang gila..." guman Yongsun begitu Byulyi pergi dari parkiran.
Ia pun naik ke atas, bertemu dengan Sodam yang kebingungan pada patnernya itu. "Hei, itu gaun siapa?"
"Sebelum aku menjawab, aku ingin kamu mewakilkan aku untuk makan malam dengan client dari Jepang karna aku mendadak ada acara, kau bisa kan?" Tanya Yongsun, meletakan gaun itu di atas sofa kantornya dan bersiap-siap untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya. Entah kenapa dia malah tidak sabar untuk pergi ke pesta.
Sodam datang ke arah sofa setelah melihat patner sekaligus atasannya itu meletakan gaun yang asing dan sebuah undangan, "Jam setengah tujuh hari ini? Kau yakin? Ku rasa mereka tidak akan senang kalau aku yang muncul..."
"Tidak masalah. Kan, kau lebih handal berbicara Jepang daripada aku, lagipula kau sudah tahu alasan aku pergi, kan?" Yongsun melirik sahabatnya itu yang sudah menindikan bahu. "Hm, baiklah..."
"Itu tidak seperti yang kau pikirkan, Sodam!"
"Apa? Aku tidak memikirkan apapun kok!"
Yongsun berdecak dan kembali fokus pada pekerjaannya meski fokusnya sudah terpecahkan karna seorang Moon Byul Yi.
—
*) gaun yang dikenakan sesuai dengan postingan Solar di instagramnya pada tgl 1 Juni 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
Fiksi PenggemarBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.