Cuaca di depan hujan lebat disertai petir, sesekali petir akan mengeluarkan gemuruh yang luar biasa kerasnya, hingga membuat mobil-mobil membunyikan alarmnya. Meskipun begitu, Byulyi masih saja termakan oleh pemikirannya sendiri.
Bukan tanpa sebab, semenjak dua minggu yang lalu ia merasa seperti tengah diawasi terlebih lagi jika dirinya sedang bersama dengan Yongsun, namun entah siapa yang tengah menjadi stalkernya. Bisa jadi orang itu adalah orang suruhan keluarganya untuk menjatuhkan Byulyi dari perusahaan atau mungkin lebih buruk dari itu.
Sayangnya, pemikirannya itu harus berakhir karena salah satu asistennya mengetuk pintu. "Nona Moon, seseorang ingin bertemu dengan anda."
"Siapa?"
"Um, Dengan nona Kim dari RBW. Dia sedang di ruang VIP sekarang."
Byulyi segera bangkit dari tempat duduknya, "Berapa waktu yang aku punya sampai jadwal berikutnya?" Ia merapihkan sedikit setelan kemejanya dan menata sedikit rambutnya yang agak berantakan. "Tiga puluh menit, nona."
"Harusnya cukup..." guman Byulyi, "Jadikan ini meeting penting, jangan ada yang berani ganggu meskipun situasi darurat. Mengerti?"
"Saya mengerti nona."
Byulyi berjalan dengan cepat, masuk ke dalam lift, kemudian naik ke 3 lantai diatasnya. Lantai ini dikhususkan untuk menerima tamu-tamu penting seperti para investor, pejabat, maupun pemimpin perusahaan yang bersedia bergabung ke naungan Walsong.
Ia membuka pintu ruang meeting VIP yang disebutkan asistennya dan mendapati seorang yang asing. Dia bukan Kim Yongsun. Meski wajah mereka sekilas mirip, perwatakannya sudah cukup berbeda. Wanita di depannya ini lebih tinggi, berkulit lebih gelap dari Yongsun, dan wajah yang lebih berkarakter.
"Yonghee-sshi?"
"Ah, Halo, Moonbyul-sshi!"
Kalau tidak salah ingat, dia pernah bertemu Kim Yonghee di beberapa kesempatan terutama saat bersama beberapa teman penggiat fashion. Dia wanita yang ramah, aktif, dan mudah untuk membaca situasi. Cukup berbeda dari adiknya yang sedikit tertutup.
Tapi Byulyi tidak pernah tahu kalau anak sulung keluarga Kim juga ada andil untuk RBW karena selama ini, hanya adiknyalah yang terus muncul di publik. Meski begitu, entah kenapa ia merasa kedatangan Yonghee pasti ada sangkut pautnya dengan Yongsun.
"Aku dengar kau dekat dengan adikku, Kim Yongsun." Ujar Wanita bernama lengkap Kim Yonghee tersebut dengan santai hingga membuat Byulyi hampir tersedak tehnya.
"M-maaf?"
"Aku sudah dengar kau dekat dengan adikku, aku berterima kasih pada suruhan ayahku." Lanjut Yonghee seraya mengeluarkan tab dari tasnya, ia menunjukan file berisi foto dirinya berduaan dengan Yongsun mulai kejadian ban bocor.
"Ini..." alih-alih merasa takut, Byulyi malah kebingungan. Ia mencoba untuk melihat lagi foto-foto yang diambil dari jarak jauh, sudah seperti paparazzi. Keningnya berdenyit, sesuatu terasa janggal.
Ditengah fokusnya, Yonghee berdeham, "Ini aneh, kau tidak terlihat takut sama sekali padahal ayahku sudah memotretmu diam-diam seperti ini."
"Ah, aku tidak masalah. Ayahku juga pernah melakukannya..." itulah kenapa Byulyi sedikit lebih peka terhadap bidikan kamera. Selagi jarinya menggulir foto demi foto, ia semakin merasa tidak ada yang beres.
"Anu, kak Yonghee. Ini mungkin terdengar agak aneh, tapi bolehkah aku meminta file ini?"
Yonghee kebingungan. Untuk pertama kalinya ia melihat seseorang yang tidak bergeming saat disodorkan kepada kekuasaan dan kelakuan sang ayahnya. Jelas-jelas difoto itu sosok Byulyi juga ikut terpotret, alih-alih merasa takut, ia malah meminta file foto tersebut?
Yonghee tertawa kecil, "Tentu saja tapi aku agak kaget ternyata kau cukup narsistik juga, ya? Haha."
"Mmm... Daripada narsistik, aku lebih cukup waspada." Byulyi terdengar sangat serius, "Kalau kau perhatikan lagi, hampir semua di foto itu terdapat seseorang yang sama yang sedang mengikuti kami selain suruhan ayahmu."
Yonghee segera melihat kembali isi file berisi tangkapan foto tersebut dan benar saja, di tiap foto yang ditangkap oleh suruhan ayahnya pasti terdapat seseorang yang ikut membawa kamera. Dan jika diperbesar ditiap foto, kamera itu bermerk yang sama. Yonghee terkejut bukan main, ia segera melirik Byulyi, pikirannya mungkin sama dengan apa yang dipikirkan wanita yang menjadi pimpinan perusahaab rival ayahnya.
Dan semua kecurigaan Byulyi juga terjawab benar, selama beberapa hari ia seperti sedang diawasi, puncaknya kemarin saat ia melihat seseorang yang terus membidik lensa kamera ke arahnya. Tidak sekali dua kali ia menyadari kehadiran orang seperti itu disekitarnya, hanya saja, ia tidak menganggap hal itu sebagai ancaman serius.
Namun, jika dipikir-pikir lagi, ia mendengar bahwa ada rencana rekonstruksi di perusahaan Walsong. Jika itu benar, pasti ada salah satu keluarganya yang berniat jahat ingin menyebarkan fitnah ataupun lawan lain, tapi siapa? Tidak mungkin RBW karena sangat berbahaya jika mereka mengorbakan Yongsun, ketua mereka.
"Maksudmu..."
"Ya, selain suruhan ayahmu. Ada stalker yang lain yang sedang membututi kami."
***
Yongsun menoleh ke arah jendela, entah kenapa ia merasa hari ini dia seolah sedang di awasi. Apa lagi-lagi ini perintah sang ayah? Entahlah. Toh, mustahil juga jika ada yang mengawasi dirinya dari lantai apartemennya, ya kab?
Yang pasti Yongsun tidak boleh lama-lama ada disini, ia mengemasi barang-barangnya, berniat pindah karena ia cukup yakin sang kakak atau mungkin ibunya akan datang dan meminta Yongsun mengurungkan niatnya.
Entahlah, tapi Yongsun merasa tidak ada satupun yang mempedulikannya. Apa sebegitu pentingnya perusahaan tersebut dibanding anak kandungnya sendiri? Kalaupun iya, Yongsun juga sudah berusaha semaksimal mungkin dengan mengorbankan segalanya.
Dia iri dengan Yonghee yang berhasil dengan namanya sendiri. Meski tidak sebesar nama RBW, setidaknya Yonghee telah belajar untuk berjalan sendiri di tempat yang membuatnya nyaman dan aman.
Ia mengesah, percuma kalau harus memikirkan hal itu terus menerus. Kenyataannya, dia adalah pemimpin RBW selama bertahun-tahun dan sekarang adalah saatnya ia untuk menyudahi itu semua.
Tiba-tiba pintu terketuk dan berhasil membuat Yongsun tersentak kaget. "Siapa disana? Halo?"
Tidak ada jawaban. Yongsun pun segera berdiri dan membuka pintu. Kosong. Hanya ada seamplop cokelat berukuran A4 di lantai, bertuliskan nama Yongsun disana. Meski ragu, ia mengambil amplop tersebut dan membawanya masuk.
Begitu ia buka, betapa terkejutnya dia saat melihat fotonya dan Byulyi penuh dengan coretan, bahkan dibeberapa foto tertulis surat ancaman. Ia tersungkur saat merasakan kental darah dari salah satu foto yang dilapisi plastik. Foto tersebut adalah foto keluarganya. Dan tertulis ancaman jika seseorang berniat untuk menghancurkan keluarga Yongsun dalam waktu dekat.
Yongsun buru-buru berlari untuk mengambil ponsel menelfon Yonghee, sang kakak, karena hanya dia yang muncul di kepalanya. Suara Yonghee terdengar dari sambungan telpon, "Yong?"
"Cepat datang ke apartemenku sekarang!"
"Eh, apa yang terjadi?" —"Yong? Yongsun?!" Yonghee terlihat panik dan buru-buru berkemas.
"Apa yang terjadi?" Tanya Byulyi, ia mendengar suara Yongsun yang panik di sebrang sana dan jujur, ia menjadi sangat khawatir sekarang.
"Yongsun memintaku datang ke tempatnya, ku rasa sesuatu telah terjadi..."
"Kalau begitu aku akan ikut bersamamu!"
"Kau yakin?"
Byulyi mengangguk, "Bagaimanapun aku dekat dengannya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
FanfictionBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.