"Kau tahu kau bisa menginap lebih dulu di tempatku kalau kau mau,"
Yongsun menghela nafas. Dia tidak punya pilihan selain mengiyakan ajakan Byulyi. Ini sudah pukul sebelas malam dan tidak ada satupun taksi yang mau menerima pesanannya karena begitu mereka keluar dari parkiran hotel, hujan lebat menerjang mereka. Byulyi sendiri agak ketakutan saat Yongsun dengan kikuk mengendarai mobilnya, ia terlihat tegang dan ragu-ragu.
"Tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Aku janji," lanjut Byulyi, mencoba meyakinkan wanita yang lebih tua darinya itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Tidak mungkin juga, kan, dia akan berdiam di mobil Byulyi sampai hujan reda? Toh, dari apa yang dikatakan di radio, hujan ini diperkirakan awet sampai esok pagi.
Yongsun menghela nafasnya, seperti sudah tidak punya pilihan lagi. Dia cukup lelah hanya dengan berdebat dengan pria brengsek di pesta dan hujan tetap turun tanpa kenal lelah. "Baiklah, lagipula aku juga sudah pernah tidur di rumahmu,". Mendengar itu Byulyi segera melebarkan senyumnya, "Benar! Harusnya kau berpikir seperti itu daritadi!"
Kini Yongsun kembali masuk ke kediaman rivalnya tersebut. Tidak banyak yang berubah, semua tetap sama, seolah tidak ada yang tersentuh sama sekali. Yongsun duduk di sofa begitu pemilik rumah memintanya menunggu sampai baju salinan untuknya.
Saat pertama kali kesini, dia tidak terlalu memerhatikan beberapa detail dari ruang tamu CEO Walsong, inc. Tersebut, namun sekarang, ia bisa melihat kumpulan foto-foto yang dipajang di meja dekat televisi. Paling banyak adalah foto keluarganya, terutama saat ayahnya masih hidup.
"Hei!" Yongsun agak terkejut karena dia dengan tidak sopan mendekati kumpulan foto Byulyi. Wanita itu segera mengucap maaf, namun Byulyi hanya terkekeh, "Kenapa harus minta maaf? Aku memang sengaja pajang biar bisa dilihat kok,"
"Oh, yah, ini baju gantinya!"
Begitu Yongsun melihat baju yang diberikan, ia malah terkekeh, "Moon Family, lagi?". Ya, baju itu adalah baju yang juga ia kenakan saat menginap disini. Baju yang khusus dipakai oleh keluarga Moon untuk acara keluarga, meski wanita muda ini tidak pernah memakainya sama sekali.
"Benar," Byulyi tertawa kecil, "Aku tidak pernah pakai kok dan kebetulan, hanya ini yang masih dalam bungkus plastik laundry..."
"Terserah, deh..." Yongsun mengambilnya tanpa mau melanjutkan debat. Meski dipikir-pikir, kejadian ini sungguh lucu. Bagaimana mungkin dia terus-terusan memakai baju yang sama saat dia menginap? Meski begitu, Byulyi benar, baju ini masih wangi deterjen. Entah kenapa, hal sekecil ini mampu membuat dirinya merasa senang.
Karena Byulyi sudah menyiapkan kasur untuknya, Yongsun yang awalnya memaksa untuk tidur di sofa sebagai bentuk kesopanannya sebagai tamu mau tidak mau harus mengalah. Entah kenapa, Yongsun berpikir, jika ia terus meladeni Byulyi tidak akan ada habisnya.
Di kamar Byulyi, ia bisa melihat sisi lain Byulyi yang belum sempat dia lihat. Ternyata, dia mengoleksi mainan figur seperti beruang mini dan beberapa mainan lego yang juga beberapa buku, entah novel atau non fiksi, dan Yongsun rasa... Album musik? Di dalam satu lemari berukuran sedang. Di sampingnya, ada sebuah meja rias. Berbeda dengan lemari yang menyimpan semua koleksinya. Meja rias itu terlihat kosong dan bersih. Sepertinya, wanita muda itu tidak terlalu suka make up.
Disisi lain, dia bisa melihat koleksi lain dari Byulyi, yaitu kamera. Berbagai macam kamera disimpan dengan baik di dalam lemari khusus untuk mencegah jamur atau kerusakan dalam mesin dalam, Yongsun tahu karena beberapa kliennya juga suka memotret. Ia tersenyum tipis. Ternyata, Byulyi yang seperti itu juga menikmati hidupnya dengan baik. Yongsun pun menutup matanya, mencoba terlelap.
Meski saat dia membuka mata, langit masih saja gelap. Ia bangun karena haus. Tenggorokannya kering sedari tadi jadi dia tidak merasa nyaman. Yongsun memutuskan untuk keluar perlahan ke dapur dan mendapati sang pemilik rumah belum juga terlelap. Dia sedang menonton film dengan cukup serius. "Kau belum tidur?"
"Ah! Ya, ampun! Kau mengejutkanku!"
"Maaf, aku cuma mau ambil minum."
"Oh, aku lupa meletakannya. Sebentar, akan ku ambilkan." Byulyi pun segera bergegas ke arah dapur, membuka laci untuk mendapatkan sebotol air mineral untuk tamunya, "Ini... Ayahku dulu selalu marah jika aku tidak menyetok kardus air botol, katanya beberapa orang sangat memetingkan kehigenisan, jadi daripada segelas air, lebih baik sebotol air."
"Baiklah, terima kasih... Kau, sedang nonton apa?"
"Entahlah, ini film tengah malam, ceritanya tentang seorang cybrog yang melompati waktu untuk menjalankan misi membunuh seseorang. Tertarik nonton bersama?"
"Boleh, jika kau tidak keberatan."
"Tentu saja tidak!" Seru Byulyi, menyingkirkan selimut dan bantalnya agar Yongsun bisa duduk dengan nyaman di sofa. "Duduk,"
Mereka pun duduk bersebelahan, sambil menikmati film tengah malam yang cukup menarik. Selama film berlangsung, Byulyi jadi tahu kalau Yongsun tidak bisa diam! Dia selalu ingin bergerak, jika tidak bisa bergerak, dia akan terus bertanya. Sungguh. Jika dia menonton film dengan Hyejin, mungkin Hyejin sudah menempelkan lem perekat ke mulutnya. Tapi Byulyi hanya terkekeh, dengan sabar menjawab semua pertanyaan Yongsun hingga wanita tersebut mengangguk dan lanjut menonton dengan serius.
Sampai film itu habis, Yongsun pun langsung berbicara banyak hal. Jika bisa dibilang, ini adalah pertama kalinya dia berbicara sebawel ini kepada Byulyi. Bukannya marah, pemimpin Walsong, inc ini malah senang saat rivalnya terus menerus berbicara, nampak bersemangat meski di pertengahan selalu kebingungan.
Sadar bahwa dia terlalu bersemangat, dia segera menutup mulutnya. "Oh, maaf, aku terlalu bersemangat..."
Byulyi cuma tertawa, dia menatap wanita yang lebih tua darinya itu dengan hangat. "Bukan masalah, kau bisa bersemangat seperti itu jika denganku."
"Bukan itu— Ah, apa-apaan sih!" Yongsun merasa pipinya memerah dan Byulyi kembali tertawa.
"Apa tanganmu masih sakit?"
Byulyi mengangkat tangannya yang sakit, "Tidak terlalu... Tapi, ku rasa aku harus ganti kasanya."
"Biar aku saja, mana kotak P3K-nya?"
Dan lagi, Yongsun dengan telaten membantu Byulyi dengan telapak tangannya yang terluka. Entahlah, tapi Byulyi tidak terlalu memikirkan rasa nyeri yang dirasakannya, wajah serius Yongsun membuat kepalanya terasa kosong. Ia hanya terus memerhatikan Yongsun.
Hingga Yongsun telah selesai dan mendongak, hingga saat mata mereks bertemu. Byulyi masih enggan untuk berhenti. "Ada apa?"
"Kau cantik..."
Pujian spontan tersebut membuat Yongsun kehilangan kata-kata, ia hanya memandang manik mata Byulyi yang dalam tanpa mau menoleh kemanapun. Entah apa yang merasukinya, Yongsun segera menarik lengan Byulyi untuk mendekat padanya, mengincar bibir Byulyi yang menggoda. "Presetanlah," gumannya sebelum mencium Byulyi.
Byulyi yang dengan tiba-tiba dicium tidak tinggal diam, ia segera bekerja cepat untuk membalas ciuman Yongsun, yang langsung berubah menjadi lumatan. "Yongsun—" Byulyi ingat akan janjinya umtuk tidak melakukan apapun pada sang tamu.
"Diam." Katanya, tegas, seolah tidak ingin ada intrupsi apapun. Ia kembali melumat bibir Byulyi, mendorongnya untuk berbarik di sofa. Mereka masih berciuman, tanpa jeda, semakin lama semakin intens.
Byulyi membiarkan dirinya ikut hanyut dalam naluri Yongsun, bahkan saat wanita itu membuka piyamanya dan mengecup buah dadanya, bahkan ketika ia menghisap kulit dan meninggalkan jejak, dan bahkan saat Yongsun membuatnya hampir gila dengan sentuhan yang ia berikan.
Byulyi merasa, dia tidak akan menyesal untuk melanggar janjinya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
FanfictionBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.