8. The moment

346 51 5
                                    

Tidak banyak yang Yongsun ketahui di sini, selain hotel yang digunakan oleh Hwasa, si artis tersebut, adalah hotel bintang lima dan termewah di kota. Hotel tersebut memiliki tiga puluh delapan lantai dan terdapat rooftop yang dapat digunakan untuk pesta. Yongsun tahu betapa mahalnya menyewa tempat tersebut dari Sodam yang sering pergi ke pesta dan sekarang ia berada di sana.

"Kau nampak cantik," bisik Byulyi yang lengkap dengan pakaian pestanya* yang tidak kalah cantik, meski bukan gaun, pesonanya tetap keluar dengan luar biasa.

"Jangan menggodaku,"

Byulyi hanya terkekeh lalu menuntunnya untuk masuk, berbaur dengan beberapa orang disana yang tentunya hanya Byulyi yang kenal. Selama pasangannya itu berbincang ria, Yongsun menyingkir ke pinggir, sambil mengambil minuman yang telah disediakan.

Sejujurnya, ia pikir pesta para aktris akan menjadi sebuah pesta di klub, yang penuh dengan musik berisik memengangkan telinga, dan juga dengan banyak alkohol. Tapi, ini tidak terlalu buruk, pesta ini cukup tenang untuknya, dan dia mungkin akan bertahan lebih lama lagi.

Saat dia asik bersantai di pinggir, seorang pria datang kepadanya, duduk di sampingnya tanpa mengatakan apapun. Yongsun tidak terlalu ambil pusing karna memang kursi di sampingnya tidak berpenghuni. Tapi, ia bisa merasakan tatapan pria itu seolah menerawang dirinya.

Ia melirik pria itu tajam.

"Hai," sapa pria itu, nampak menyebalkan dan bau rokok. Yongsun rasa dia baru saja keluar dari ruangan khusus rokok di ujung sana. Yongsun tidak berniat untuk mengubrisnya, jadi ia tidak menjawab apapun.

"Kau sendirian?" Ia nampak gigih terus mengajak Yongsun berbicara. "Jika sendirian, kau bisa bersamaku, aku juga sendirian."

"... Sebenarnya tidak sendirian juga, sih, aku kesini diajak oleh kenalanku. Tapi ku rasa dia telah mendapatkan gadis yang dia inginkan."

Yongsun hanya menengguk minumannya tanpa peduli pada celotehanan pria itu sampai pria tersebut dengan berani, mengambil alih minuman Yongsun agar mendapatkan perhatian wanita tersebut.

"Ya, apa yang kau lakukan?!"

"Kau harusnya melihat lawan bicaramu, Nyonya. Itu etika dasar."

Yongsun mengesah tak percaya, terlihat dari penampilannya, ia masih sangat muda, jauh lebih muda dari Byulyi si menyebalkan. "Yang harusnya tahu etika itu kau, harusnya kau sadar aku tidak berniat untuk berbicara denganmu!"

"Uh, agak kasar. Aku suka,"

"Kembalikan gelasku,"

Pria itu terkekeh, "Tidak, sampai kau berbicara denganku."

Yongsun menyerah, ia pun mengambil tasnya, dan berniat untuk pergi dari sana. Presetan dengan gelas minumannya bahkan pria itu. Tapi sesaat dia berjalan, pria itu menahan tangannya.

"Lepas!"

"Tidak."

"Lepas!" Seru Yongsun, ia segera menepis genggaman pria tersebut hingga tubuh pria itu menyenggol penyaji minuman yang ada di sampingnya dan tertumpah minuman yang ia bawa.

Suara pecahan pun menarik perhatian Byulyi yang tersadar kalau Yongsun tidak ada di sampingnya melainkan disana, di dekat sumber suara. Wanita muda itu hendak memanggil Yongsun sebelum pria tersebut berteriak keras pada si pramusaji.

"Ya, kau punya mata tidak?!" Teriakan itu cukup keras sampai membuat semua orang menghentikan kegiatannya. Pramusaji itu hanya terus meminta maaf, benar-benar sampai membungkukan tubuh, dan pria itu semakin marah.

"Kenapa kau memarahinya!" Seru Yongsun, merasa kesal dengan tindakan pria aneh ini. "Kau yang menyenggolnya, kenapa kau yang marah padanya?"

"Apa katamu?! Ini semua karena kau yang menarikku!"

"Aku tidak akan menarikmu jika kau tidak menahan tanganku!"

"Wah, gila, wanita ini. Kau pikir, kau siapa, huh?!" Seru pria itu mulai meneriaki Yongsun. "Kau tahu siapa aku, huh? Aku adalah sepupu pemilik perusahaan B, kau seharusnya tidak macam-macam padaku!"

"Apa katamu—"

"Tutup mulutmu, sialan." Byulyi tiba-tiba muncul dan menarik Yongsun untuk melindungi dia di belakang.

"Woah— Apa ini, ternyata kau datang dengan manusia ini?" Pria tersebut nampaknya semakin tersulut emosinya begitu ia melihat Byulyi. "Seharusnya kau bilang dong kalau kau datang bersama si lesbian ini, buat apa juga aku menggoda wanita gila macam kalian?!"

Byulyi nampak tidak senang dan mulai mengambil pecahan kaca di lantai. "Benarkah...? Apa aku adalah wanita gila di matamu?"

Ia membuat seluruh undangan pesta ketakutan saat dia mendekati pria tersebut dengan pecahan gelas, matanya menatap pria tersebut dengan dingin, dan suaranya menjadi sangat berat.

Byulyi menyeringai, "Kalau begitu biar ku tunjukan wanita yang kau sebut gila ini!"

Ia mengarahkan ujung pecahan kaya tersebut ke arah pria tersebut dengan cepat hingga membuat pria itu tersungkur jatuh sembari berteriak padahal Byulyi telah menghentikan ayunannya.

"Ada apa ini?!" Si pemilik pesta datang dan melihay kekacauan. Ia bisa melihat Byulyi dengan pecahan kacanya, pria yang tersungkur ketakutan, dan cairan minuman mahal yang telah berlumuran ke lantai.

"Ah, Hyejin!" Byulyi berseru sambil menunjuk pria yang ketakutan karenanya beberapa detik yang lalu. "Pria ini pelakunya!"

***

Pesta berlanjut namun Byulyi terpaksa pulang meski Yongsun berkata dia baik-baik saja juga saat Hyejin meminta maaf. Namun, nampaknya Byulyi merasa bersalah pada Yongsun karena telah meninggalkannya dan menempatkan dia sendirian di tempat tersebut.

"Maaf," ucap Byulyi begitu sampai ke parkiran.

Yongsun mengesah, "Bukan masalah. Aku juga memang tidak ingin disana lama-lama."

"Kau pasti tidak mau pergi denganku lagi, ya?"

Wanita itu mengerutkan dahi, merasa agak terganggu dengan ucapan Byulyi yang tiba-tiba itu. Tapi, ia pun mengerti perasaannya, jadi ia hanya menghela nafas. "Ajak aku ke tempat yang lebih baik besok-besok."

Mendengar itu, Byulyi segera melebarkan matanya, "Benarkah?! Apa itu berarti kita bisa berpergian lagi?!"

Tiba-tiba ia menyesal mengatakan hal tersebut. Byulyi menjadi lebih enerjik, ia sampai bertepuk tangan sampai kemudian ia merasakan nyeri dari telapak tangannya, "Akh!"

Disaat itu dia tersadar, dia mendapatkan luka saat kejadian tadi. Yongsun buru-buru menyalakan lampu dashboard dan mengambil telapak tangan wanita muda itu. "Kenapa?"

"Ku rasa tanganku terluka karna tadi..."

"Kau gila, untuk apa melakukan hal itu sampai melukai dirimu sendiri? Apa kau punya kotak P3K?"

Byulyi membuka penyimpanannya di mobil, memberikannya kotak P3K, dan membiarkan wanita itu mengobatinya. Yongsun dengan telaten membersihkan luka gores yang cukup dalam itu dengan cairan alkohol hingga wanita muda itu meringis kesakitan.

"Apa ini sakit?" Yongsun menekannya dengan kuat hingga membuat wanita tersebut berteriak.

"YA! SAKIT! SAKIT!"

Yongsun tertawa, merasa lucu. Ia pun melanjutkan megobati Byulyi. Ia kemudian menatap wanita tersebut dengan lembut. Jika dipikir-pikir, Byulyi terlihat cukup gila tadi, ia kelihatan marah, dan Yongsun pikir dia akan terus marah. Namun nyatanya, wanita itu malah memanyunkan bibirnya seperti anak kecil.

"Turun," ucap Yongsun mendadak.

"Turun? Kembali ke pesta?"

"Bukan bodoh, tanganmu sakit, pasti akan sulit untuk mengendarai mobil. Aku tidak ingin mendapat luka lebih berat jika kau memaksanya. Jadi, turun, aku yang mengemudi."

Byulyi tidak tahu kalau dia akan merasa senang dengan hal ini, namun yang pasti, hatinya berdegup kencang sekarang.

Dancing Party  - Moonsun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang