12. Family Warning

359 46 3
                                    

Ada alasan kenapa Yongsun dipanggil ke rumah, selain kepulangan kakaknya dari Prancis setelah sekian lama meninggalkan Korea. Yongsun awalnya tidak terlalu memikirkannya, ia bersikap seperti biasa, bahkan membantu menata meja makan bersama ibu dan pelayannya.

Dan saat Yonghee, kakaknya tiba, sekeluarga itu nampak sangat bahagia bisa berkumpul setelah sekian lama. Yonghee sendiri nampak hebat, dia menceritakan semua pengalamannya selama tur ke luar negeri dengan bersemangat, menghiasi makan malam keluarga Kim dengan suasana ceria sampai sang kepala keluarga tiba-tiba berdeham disela Yonghee sedang berbicara.

"Aku minta maaf telah memotong kisah petualanganmu yang terdengar menyenangkan itu, Yonghee. Karna sejujurnya, aku ingin menanyakan sebuah hal penting kepada adikmu," Yongsun yang awalnya tersenyum lebar mendengar cerita kakaknya mulai merasa tegang terlebih saat semua mata tertuju padanya.

"Aku mendengar kalau kau dekat pemimpin perusahaan Walsong, apa itu benar?"

Yongsun terkejut saat mendengarnya, bagaimana ayahnya bisa tahu? Selama ini, Yongsun selalu bertemu Byulyi di tempat yang jauh dari jangkuan para staff RBW, bahkan dia menjamin tidak ada yang tahu mobil pribadi Byulyi karna dia selalu menggantinya tiap menjemput wanita ini di kantor.

"Walsong? Maksudmu, Moon Byulyi?" Timpal Yonghee tiba-tiba.

"Kau kenal dia, Yonghee?"

Yonghee mengangguk lalu menepuk pundak adiknya sembari tersenyum lebar, "Ah, salah satu klien utamaku adalah sahabatnya, dia sering datang berkunjung saat fashion show. Tentu saja aku mengenalnya! Bagus kalau kau berteman dengannya, dia orang baik!"

Sang ayah terlihat tidak senang dengan ucapan Yonghee, mulai menengaskan suaranya, "Aku tidak peduli sebaik apapun dia, dia adalah pimpinan perusahaan rival kita! Apa yang akan dikatakan orang-orang jika mengetahui kalau kalian bersahabat?!"

"Terlebih lagi, dia bisa saja mendekati Yongsun karna ingin mencari cela perusahaan kita!" Lanjut sang Ayah, membuat Yongsun sedikit tersinggung. Belum ia melawan, Yonghee menimpalinya lagi. "Ya ampun, ayah. Ini bukan tahun era kerajaan dimana kalian bersaing untuk mendapatkan tahta tertinggi. Biarkan Yongsun bergaul dengan siapapun walaupun itu rivalnya sendiri. Lagi pula, Yongsun tidak sebodoh itu untuk memberikan cela..."

Sang Ibu menggeleng, menatap kesal suaminya yang merasa tidak bersalah telah merusak suasana makan malam mereka, "Sudah-sudah, bisakah sehari saja kalian tidak membahas soal pekerjaan? Ayah, sudah ku bilang untuk tidak membahas apapun soal pekerjaan, kan? Yonghee sudah lama tidak pulang, seharusnya kau menyambutnya dengan baik!"

"Loh, aku tidak akan membahas ini kalau aku tidak mendengarnya dari staff-ku kalau dia sering pergi dengan saingan kita!"

Mendengar itu, Yongsun segera mengerutkan dahi, emosinya naik begitu mendengar kalau ayahnya mendapat laporan dari staffnya. Staff apa yang dia maksud? Selama ini, Yongsun merasa tidak ada siapapun yang mengikutinya, bahkan Sodam. Lalu laporan dari siapa yang dia maksud?

"Apa ayah bilang, staff? Maksud ayah, ayah meminta seseorang untuk mengutitku?!"

Sang Ayah terdiam membuat kecurigaan Yongsun semakin jelas. Ayahnya meminta seseorang untuk mengikutinya, memantaunya, dan melaporkan semua kegiatannya pada sang ayah. "Ayah melakukan ini setelah mendengar kau datang terlambat beberapa minggu lalu! Apa ayah salah kalau ayah khawatir pada peforma mu di perusahaan?"

Yongsun mengesah tak percaya. Dia tidak percaya bahwa ayahnya bertindak sejauh itu hanya karena dia terlambat sekali dalam sepanjang karirnya ia mendedikasikan hidup di perusahaan tersebut. Ia menggeleng dan segera berdiri dari sana. "Aku benar-benar tidak percaya ayah melakukan ini padaku!" Serunya lalu berjalan keluar. Yonghee yang melihat hal tersebut segera menghampiri adiknya.

"Yong! Yong, tunggu dulu!" Yonghee berhasil meraih lengan adiknya yang sudah ada di ujung pintu utama. Namun sang adik sudah ditelan emosi, ia segera menepis lengan sang kakak, dan menatapnya tajam. "Ya, apa begitu caramu menatap kakakmu yang sudah lama tidak pulang?!"

Yongsun membuang pandangannya, masih merasa emosi. Yonghee pun mengusap pundak Yongsun, mencoba menenangkannya, "Aku tidak akan membela ayah, dia melakukan hal yang salah, namun aku juga tidak bisa membenarkan dirimu yang pergi begitu saja tanpa pamit. Ada ibu disana, dia pasti merasa sedih jika kau pergi tanpa—"

"Jika kau ingin menceramahiku lebih baik kau ceramahi saja ayahmu, aku tidak mau mendengar apapun. Aku lelah. Aku akan pulang agar dia tahu bahwa aku tidak akan menjadi anak yang baik dan penurut untuknya!" Potong Yongsun dan segera pergi begitu saja meninggalkan Yonghee yang hanya bisa terdiam melihat mobil Yongsun melaju keluar dari perkarangan rumahnya.

Yongsun sendiri merasa marah. Selama ini, ayahnya itu melihatnya sebagai apa, sih? Dia sudah berlaku sebaik mungkin bahkan mengorbankan masa mudanya untuk menjadi pemimpin menggantikan dia dan kakaknya yang berhasil lepas dari ikatan itu. Yongsun mengesah, dia seharusnya tidak mengharapkan apapun dari ayahnya yang gila kekuasaan itu, bahkan saat perusahaan mengalami keuntungan terbesar, ia mengambil alih semua pekerjaan, membuatnya seakan-akan itu adalah hasil kerjanya. Sungguh, ia tidak habis pikir, diusianya yang sudah berkepala tiga, dia masih harus diawasi oleh suruhan ayahnya.

Dan dia juga tidak habis pikir, kalau amarahnya akan menuntun dirinya ke tempat tinggal Moon Byulyi. Setelah sadar kalau mobilnya sudah terpakir di depan tempat Byulyi, ia menghela nafas panjang. "Sial, sekarang aku bisa benar-benar gila..."

Byulyi sendiri sedang asik menghabiskan waktu dengan menonton drama di televisi sembari memakan jjajangmyon karna besok adalah hari cutinya. Ya, Byulyi selalu mengambil satu hari cuti khusus untuk melepas penat setiap sebulan sekali. Hari cutinya ditentukan dari jadwal kosong miliknya, jadi dia tidak akan bertabrakan dengan jadwal yang lain.

Ia sedikit kebingungan begitu mendengar ketukan di pintunya, karna dia tidak mengetahui kalau dia punya janji dengan seseorang dan asistennya tidak akan mengetuk pintu. Apa itu tukang paket? Entahlah, Byulyi tidak punya waktu untuk belanja online akhir-akhir ini. Dan betapa terkejutnya dia, saat melihat sosok Yongsun di depan rumahnya lewat interkom. Byulyi bersumpah kalau mi yang dia makan hampir keluar dari hidungnya.

"Uhuk— Yong?!"

"Byulyi, kau baik-baik saja?" Yongsun terkejut dengan suara batuk, ia berpikir kalau CEO muda itu mungkin sedang sakit tapi ia segera merasa lega saat Byulyi membuka pintunya.

"S-sedikit, aku tersedak makanan—Uhuk, ayo masuk!"

Yongsun segera masuk dan sang pemilik rumah langsung melegakan kerongkongannya. Melupakan sisa mi yang masih banyak tersisa untuk menemani Yongsun. Byulyi sadar, ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita tersebut namun dia tidak ingin tahu sebelum wanita itu memberitahunya.

Dan tiba-tiba saja,
"Aku rasa aku akan keluar dari perusahaanku."

Dancing Party  - Moonsun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang