17. The Beginning of Curse (2)

174 21 1
                                    

Yonghee menelfon Sodam berkali-kali, namun tidak ada jawaban, padahal Sodam bilang kalau dia sudah sampai di parkiran. Takut hal buruk terjadi, Byulyi memutuskan untuk mencarinya meski Yonghee melarang.

Kini Byulyi menelusuri seluruh area parkir dan hanya menemukan mobil yang biasa digunakan Yongsun dan Sodam dalam kondisi kosong. Itu tandanya, Sodam sudah masuk ke dalam area apartemen.

Tiba-tiba, perhatiannya tertuju pada suara sirine ambulan yang memekingkan telinga dan dua petugas segera mengevakuasi seseorang yang tidak asing bagi Byulyi.

"Tunggu dulu!" Seru Byulyi berlari untuk memastikan bahwa seseorang yang terkulai lemas di tandu itu bukanlah Sodam. Tapi tubuhnya membeku seketika begitu mendapati Sodam di atas sana. Seorang petugas keamanan menarik Byulyi agar evakuasi berlanjut serta menanyakan beberapa hal terkait kejadian itu. "Apa anda kenal dia?"

"D-dia kenalan saya—" Byulyi sedikit terbata-bata meski dia tidak bisa merasa tenang sekarang. "Apa, apa yang terjadi?"

"Dia ditemukan tak sadarkan diri di tangga darurat, menurut kesaksian, dia terjatuh dari tangga."

"A-pa?"

"Saya tidak bisa menjelaskannya, tapi polisi akan segera datang. Apa anda bisa menunggu?"

Byulyi tidak punya pilihan lain selain menunggu kepolisian tiba. Ia juga sudah menghubungi Yonghee dan memintanya untuk tetap menjaga Yongsun, ia akan mengurus Sodam secepatnya. Tak lama, Polisi datang dan mulai melakukan investigasi, mulai dari TKP sampai daerah sekitaran apartemen.

"Kami sudah menemukan beberapa barang bukti, salah satunya adalah pecahan barang elektronik yang akan kami periksa. Untuk sementara tolong jangan ada yang menyentuh atau masuk ke daerah TKP," perintah polisi kepada keamanan dan pengelola yang terpaksa dipanggil.

"Dan untuk anda, nona Moon, bisa kita bicara di kantor polisi?" Moonbyul pun menyanggupinya dan masuk ke dalam mobil polisi. Tak jauh dari sana, seorang gadis terlihat ketakutan, ia tidak punya pilihan lain selain bersabar dan berhati-hati, semoga saja tidak akan ada masalah yang menimpanya.

Di kantor polisi, Moonbyul ditanyakan beberapa hal mengenai Sodam, seperti biodata Sodam maupun hal kecil mengenainya sampai kedugaan Moonbyul atas insiden ini. Moonbyul sendiri mengaku bahwa Sodam adalah asisten dari Yongsun dan sebagainya, ia juga berkata bahwa Yongsun dan dirinya sedang diikuti penguntit, membuat para Polisi menemukan satu petunjuk tentang kasus ini.

"Kami menemukan beberapa bukti merupakan pecahan barang elektronik, dugaan kami sementara merupakan dari ponsel. Setelah diperiksa, korban meninggalkan tas berisi barang pribadinya di dalam mobil namun tidak dengan ponselnya, sementara saat ditemukan, tidak ada ponsel di tubuhnya..." jelas Polisi atas penyelidikan awal mereka.

Moonbyul tertegun lalu merasa ngeri, "Itu tandanya stalker itu..."

"Iya, korban kemungkinan bertemu dengan pelaku, kami masih harus mengecek cctv di sekitar untuk memastikannya. Mereka mungkin beradu fisik hingga terjatuh dari tangga, barang bawaan mereka rusak, dan kepala korban dipukul dengan batu yang ada disekitaran kejadian." Lanjut polisi membuat Moonbyul merasa mual. Kenapa semua ini bisa terjadi padanya dan membuat semua orang disekitarnya terkena dampaknya.

"Nona, anda tenang saja. Jika ini benar berkaitan tentang penguntit, kami akan membantu nona dengan penjagaan disekitaran lokasi ada. Kami juga akan terus melakukan investigasi dan menangkap pelaku..." ucap sang polisi untuk menenangkan Moonbyul. Moonbyul pun pulang dengan kepala pening, semua hal di hari ini benar-benar menguras tenaganya, untungnya Yonghee ada disana, menemani sang adik.

"Kau yakin tidak mau menginap disini? Ku rasa akan lebih aman jika kamu disini," kata Yonghee dibalik telpon.

"Tidak apa, aku pulang ke rumah temanku. Tolong kabari saja jika Yongsun sudah bangun, ya?"

"Baik, aku mengerti. Istirahatlah," ujar Yonghee sebelum ia mematikan panggilan. Moonbyul pun menghela nafas panjang di dalam taksi dan memandang keluar jalan yang gelap nan sepi yang berhasil membuat air matanya kembali keluar tanpa salam.

***

Wheein tidak tahu apa yang terjadi pada temannya itu, selain ia baru pulang dari kantor kepolisian. Ada Hyejin disana, karna memang mereka adalah teman serumah. Jadi saat Wheein mendapatkan kabar kalau Moonbyul ada masalah, Hyejin juga langsung tahu.

Awalnya, mereka tidak ingin memaksa pengusaha muda itu untuk menceritakan semuanya. Namun, nampaknya Moonbyul tidak lagi bisa menahan beban dipundaknya. Ia menangis, meraung, dan nampak sangat menyesal menganggap semua masalah ini adalah salahnya.

"Unnie, kau tahu ini bukan salahmu, berhentilah menangis..."

"Jelas ini salahku, ah sial! Kenapa harus jadi seperti ini!" Seru Byul, sembari menengguk soju terus menerus. Sekiranya ini sudah botol ke tiga yang dia minum. Mukanya sudah memerah, pandangannya juga sudah tidak fokus lagi.

"Unnie, berhenti...!" Kini Wheein dengan berani merenggut gelas soju dari tangan sang sahabat hingga membuatnya terhuyung jatuh ke lantai.

Tak lama, Wheein maupun Hyejin mendengarkan isak tangis dari sang CEO muda tersebut. Sudah sangat lama mereka tidak melihat sisi lain dari seorang Moon Byul Yi yang rapuh ini. "Ini semua salahku, aku telah membawa kesialan untuk Yongsun. Kalian benar, seharusnya aku tidak mendekatinya, kalian benar..."

"Unnie, cukup menyalahkan dirimu sendiri. Ini bukan salahmu, berhenti menangis! Jika tidak... Jika tidak, aku akan menamparmu!" Ancam Hyejin dengan mata berkaca-kaca. Hyejin tahu bahwa sahabat yang telah dianggap kakak olehnya ini tidak mudah menangis, bahkan saat kehilangan ayahnya, ia selalu berusaha tegar, namun sekarang ia tengah menangis kencang dan menyalahkan dirinya sendiri.

Byul pun berhenti menangis beberapa detik kemudian, ia tertidur setelah mabuk berat. Namun, mereka berdua masih mendengar isak tangisnya.

"Unnie..." Mereka benar-benar iba namun tidak dapat membantu banyak untuk sekarang selain menenangkan gadis ini.  Wheein mencoba sekuat tenaga membantu Byul berdiri dan menjatuhkannya ke sofa dalam posisi tertidur.

---

Seorang gadis nampak gelisah di dalam kamar sembari  mengetik sesuatu di komputer. Sedetik kemudian, judul berita hangat tentang kejadian Park Sodam muncul sangat banyak, begitu banyak hingga membuat gadis itu mengerang kesal.

Kring--- Perhatiannya teralih oleh deringan ponsel yang memunculkan panggilan dengan sebuah nama misterius, begitu membacanya, sang gadis langsung mengangkat panggilan itu dengan panik.

"Dasar tolol! Untuk apa kau melakukan itu?! Aku kan sudah bilang kau cuman harus menakuti-nakuti Byulyi, kenapa kau menyerang Kim Yong Sun dan sekertarisnya?!" Suara yang terdengar tidak ramah itu membuat sang gadis merinding ketakutan hingga tergagap-gagap.

"S-saya, saya... bertemunya dengan tidak sengaja, lalu saya—"

"Aku tidak peduli, keparat! Bajingan. Sekarang kau harus berhati-hati, jangan sampai ada yang tahu kalau aku menyuruhmu hal ini, mengerti? Dasar manusia tolol, begini sajapun kau tidak bisa, wah..."

Sang gadis tadi cuma terus-terusan meminta maaf dan segera meletakan ponselnya setelah panggilan berakhir. Ia hampir saja terkejut dan berteriak saat ibunya masuk ke dalam kamar, "Goeun, kau baik-baik saja? Aku mendengar dirimu meminta maaf."

"Ah... Ah, maaf, Bu. Pasti itu menganggu ya? Tadi aku dapat panggilan ada pekerjaan yang salah..."

"Goeun, apa benar kau baik-baik saja? Kau sudah cukup bekerja dengan keras. Lagipula kamu sudah bekerja di Walsong, untuk apa mengambil sambilan lagi? Berhentilah, Goeun."

"Akan ku pikirkan, bu. Untuk saat ini, aku masih harus melakukan keduanya. Ibu tenang saja." Gadis bernama Goeun itu hanya tersenyum tipis dan mengangguk lalu memeluk sang ibu sembari mengucapkan selamat malam.

Dancing Party  - Moonsun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang