"Kami memastikan mobil anda aman untuk dikendarakan," ucapan teknisi bengkel begitu selesai mengecek kondisi mobil Byulyi. Sebelumnya, Byulyi menemukan sebuah kertas betulisan "Aku akan membuatmu tunduk padaku" di kaca mobilnya. Ia pun menjadi waspada dan menelpon bengkel langganannya untuk mengecek kondisi mobil.
Mungkin dia terlalu kelelahan atau keseringan menonton acara TV bertema kriminal sehingga ia memikirkan hal seperti itu. Yonghee, kakak Yongsun, yang kebetulan datang bersamanya mengerti akan sikap saingan keluarganya tersebut.
"Kau baik-baik saja?" Byul mengangguk dan meremas kertas tersebut lalu membuangnya sembarang. "Unnie, ku rasa unnie harus pulang sendiri dengan taksi. aku akan memesankannya untukmu,"
"Tapi..." Yonghee menghentikan niatnya untuk membantah. Dia juga harus memikirkan keselamatannya sendiri. Meski berat melepas Byul sendirian disana, Yonghee yakin wanita itu akan baik-baik saja.
Byul berpamitan dengan bibi pemilik restoran setelah para teknisi selesai memeriksa mobilnya. Begitu dia hendak masuk ke dalam mobil, ia melihat pantulan seseorang yang berjalan cepat di belakangnya, namun begitu dia menoleh, orang itu telah menghilang.
'Mungkin aku hanya lelah...' pikir Byulyi begitu masuk ke dalam mobil. Ia mendapat pesan kalau Yonghee sudah dekat dengan rumahnya dan meminta Byulyi untuk berhati-hati. Ia juga mengatakan bahwa Yongsun akan dibawa ke rumah keluarganya.
Helaan panjang terdengar dari wanita itu. Ia sangat lelah, amat sangat lelah. Semua terjadi dengan cepat hingga membuatnya kehabisan akal untuk berfikir apa dan siapa yang membuat kejadian ini? Sampai ia menyadari bahwa ada seseorang tak jauh dari belakang mobilnya, berdiri seorang diri.
Orang itu kemudian mengangkat secarik kertas dengan bertuliskan, KAU AKAN TUNDUK PADAKU, MOON BYUL YI. Seolah mengetahui bahwa Byulyi menyadari kehadirannya. Dengan cepat Byulyi keluar dari mobil dan berlari mengejar orang itu, namun begitu Byulyi berhasil sampai disana. Orang itu sudah tidak ada. Hanya tersisa kertas tersebut dan sebuah spidol yang tutupnya hilang. Bisa jadi orang itu kabur tanpa membawa spidol itu.
Byulyi meremas kertas itu hingga tak berbentuk sementara ia mengamati spidol yang rasanya tidak aneh untuknya. Jantungnya berdegup kencang saat mendapati ujung belakang spidol tersebut tercantum sebuah logo.
Yaitu logo perusahaannya.
---
Pagi itu, Yonghee disibukan dengan kerjaannya yang menumpuk sebagai pemimpin sementara RBW, perusahaan turun menurun keluarga Kim, yang selalu menjadi perusahaan terbaik dibidangnya. Padahal sebulan yang lalu, dia sibuk mengurusi pekerjaannya dibidang fashion.
Seseorang mengetuk pintu ruangan Yonghee lalu masuklah seorang pria berjas hitam yang Yonghee kenal sebagai kaki tangan ayahnya dan mungkin satu-satunya orang yang Yonghee percayai untuk dimintai tolong mengawasi Byulyi.
Iya, Yonghee meminta beberapa utusan sang ayah untuk mengawasi keamanan Byulyi. Dia tidak ingin teman adiknya itu malah ikut terseret dalam bahaya dan jika Byulyi sedang dalam bahaya, utusannya itu akan datang untuk melapor.
Seperti sekarang.
Yonghee menahan rasa khawatirnya begitu orang tersebut menyerahkan flashdisk. Begitu Yonghee menyambungkannya ke komputer, terlihat sebuah file rekaman CCTV di sebuah jalan, dimana jalan itu adalah jalan dekat restoran kemarin.
Mata Yonghee menganalisa semua yang terpapar di layar, berharap dia menemukan sesuatu yang berhubungan dengan adiknya. Namun sayangnya, dia tidak dapat melihat apapun. Mobil Byulyi berada di blind spot sehingga tidak sepenuhnya terlihat oleh kamera. Yonghee menghela nafas panjang, kalau begitu, percuma saja, kan?
Namun alih-alih menyerah, Yonghee malah terus menonton rekamanan itu sampai ia menyadari sesuatu. Ada seseorang disana, tak jauh dari belakang mobil Byul Yi sedang menuliskan sesuatu dan tak lama kemudian, sosok itu berlari ke arah yang berlawanan, sehingga menghilang sepenuhnya dari kamera.
Namun dari rekaman itu, Yonghee dapat memastikan bahwa pelakunya adalah seorang wanita. Ia segera menghubungi Byulyi yang kini sedang melamun ditengah meeting sehingga tidak sadar kalau ada panggilan yang masuk.
"Nona Moon, bagaimana?" Goeun, yang sedang menampilkan presentasinya mencoba mengembalikan fokus Byulyi yang hilang. "Nona Moon!"
"Oh—" pekik Byulyi, kaget. Ia kemudian mencoba mencerna semua presentasi Goeun dari kertas yang sudah disediakan sebelumnya, "—Maaf, nona Na Goeun, tapi sepertinya saya harus menelaahnya lagi. Maaf untuk kalian semua, saya sepertinya harus undur meeting ini di lain hari... Kalian boleh bubar,"
Mendengar pimpinan mereka berkata demikian, seluruh pegawai yang ikut dalam meeting hanya dapat menurutinya selagi menerka-nerka apa yang sedang dipikirkan oleh pimpinan termuda dalam sejarah Walsong tersebut.
"Nona Moon, apa anda baik-baik saja?" Byulyi tidak menyadari kalau Goeun masih ada disana seolah menunggunya. Byulyi mengangguk.
"Hanya sedikit capek, sepertinya saya harus beristirahat."
"Ah, benar... Pasti capek rasanya mengurusi banyak hal,"
Byulyi tersenyum tipis dan menyadari sesuatu, "Na Goeun," matanya terarah pada kotak pensil Goeun yang transparan, menunjukan sebuah spidol yang nampaknya sudah mengering tanpa ada tutup.
Ia teringat jelas bahwa malam kemarin, dia menemukan tutup spidol dengan logo perusahaannya. Walsong.
"Ya?"
"Kemana tutup spidolmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
FanfictionBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.