Yongsun baik-baik saja.
Walaupun sekarang ia sedang ada di dalam kamar bersama sang kakak. Sembari menenangkan dirinya dari apa yang barusan ia dapatkan. Sementara Moon Byulyi—saingannya sekaligus orang terdekat Yongsun ke tiga selain Yonghee dan Sodam—sedang mengamati semua foto serta surat ancaman yang ditujukan untuk Kim Yongsun.
Yonghee sudah memanggil Sodam dan seharusnya orang kepercayaannya keluarga Kim itu akan datang dalam waktu dekat. Situasi ini sudah kelewatan, apalagi stalker itu sudah dengan jelas mengetahui tempat tinggal Yongsun.
"Bagaimana?" Tanya Byulyi setelah sang kakak keluar dari kamar adiknya.
"Sudah aman, dia sudah tidur. Ku rasa kelelahan."
"Syukurlah..."
Yonghee menghela nafas panjang, lalu ikut mengamati semua foto Yongsun yang dicoret-coret tinta merah. "Ini benar-benar diluar dugaan, siapa orang gila yang akan melakukan hal sekejam ini? Apa ini saingan kalian yang lain?"
"Ku rasa bukan, kalo pun iya, ini terlalu ekstrim dan hanya tertuju pada Kim Yongsun seorang." Guman Byulyi lalu mengesah nafas kasar. Apa ini benar-benar saingan mereka yang lain? Kalau itu benar, siapa kira-kira pelakunya?
"Ku rasa kau benar. Dia sampai membawa keluargaku disini," ucap Yonghee merasa jijik dengan perbuatan gila tersebut. "Aku akan melaporkan polisi—"
"Jangan, itu akan sangat bahaya... Untuk sekarang, kita harus lihat apa yang direncakan oleh orang gila itu. Jika gegabah sedikit, maka dia akan mudah menghancurkan semuanya." Potong Byulyi. Ia mencoba mengamati tiap foto yang dipotret orang gila itu satu persatu dan menemukan kejanggalan, di beberapa foto hanya terfokus pada Byulyi. Ia segera menyusun beberapa gambar dan meneliti secara seksama.
Tempat-tempat ini? Byulyi berkeringat dingin. Ia menyadari semuanya sekarang. "Targetnya bukan Yongsun..."
"Apa maksudmu?"
"Dia ... stalkerku."
Yonghee mengeritkan kening, nampak tak mengerti maksud Byulyi namun ketika wanita muda itu menunjukan kejanggalan ditiap foto, Yonghee seketika merasa ngeri.
Adiknya menjadi incaran kecemburuan stalker Byulyi.
Byulyi nampaknya baru menyadari hal itu. Sekarang ia tersandar lemas di sofa, mukanya memucat, tak menyangka kalau dia adalah alasan Yongsun sampai diteror seperti ini. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Ia tidak bisa berpikir! Kepalanya sakit memikirkan siapa orang yang tega melakukan ini pada Yongsun? Apakah ini bagian dari rencana para saudaranya untuk merebut kekuasaan Walsong? Meski begitu perasaan hatinya lebih perih karna ia telah menyakiti Yongsun, orang yang ia sayangi.
Tak sadar, Byulyi pun menintikan airmatanya, entah kenapa perasannya menjadi melemah. Seketika membuat Yonghee terkejut bukan main. Ia segera menghampiri Byulyi dan mengusap kedua pundaknya lembut.
"Maafkan aku, ini semua salahku—"
Yonghee segera mengubrisnya, "Byulyi, dengar, ini bukan salahmu. Ok? Aku tahu kau adalah orang yang baik. Kita bisa menyelesaikan ini bersama-sama ok?"
Tak berapa lama setelah itu, Sodam pun tiba di tempat Yongsun. Sesaat ia tiba di lantai apartemen, ia melihat seseorang turun dengan tergesa-gesa melewati tangga darurat. Ia segera menaruh curiga karna ia sudah tahu apa yang sedang terjadi. "Hei, kau tunggu!" Serunya, ingin memastikan bahwa orang tersebut bukan sang pelaku.
Alih-alih menoleh, orang itu malah mempercepat langkahnya dan membuat Sodam yakin, itulah pelakunya. Ia segera mengejar orang tersebut namun orang itu cukup gesit, ia sudah menuruni beberapa anak tangga. Sodam melepas heelsnya dan mulai mengejarnya lebih cepat. Orang itu nampaknya sadar kalau Sodam mengejarnya dan mulai mencoba untuk kabur lebih cepat.
Sodam meneriakinya berkali-kali. Apalagi saat jarak mereka hanya beberapa anak tangga. Karna melihat kesempatan untuk menangkap orang itu, Sodam segera menarik tas ransel yang orang itu gunakan, hingga ia dan orang tersebut kehilangan keseimbangan dan terjatuh bersamaan.
Sodam merasa sakit sekujur tubuhnya dan meringis kesakitan tapi ia tahu, kalau dia sudah berhasil menghentikan orang itu. Ia segera bangkit dan melihat orang itu masih terpuruk kesakitan. Ia dapat melihat kamera yang sudah hancur tak jauh dari tempat mereka terjatuh, "Ternyata benar... Kau si penguntit itu."
Saat Sodam hendak mengambil kamera tersebut, sang penguntit sudah bangkit dan memukul kepala Sodam dengan batu yang biasa digunakan untuk menahan pintu dengan cepat hingga Sodam jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
Orang itu menjatuhkan batu begitu saja dan buru-buru kabur sebelum ada orang yang menyadarinya. Ia membereskan semua barang bukti termasuk kamera yang sudah rusak itu bahkan ponsel Sodam di dalam saku blazernya lalu kabur begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
FanfictionBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.