"Taeyong, gasnya abis." teriak Jennie dari dapur.
Biasalah, kehidupan rumah tangga yang sebenernya sudah dimulai. Diawali dengan Jennie yang sudah berulang kali memanggil
nama Taeyong untuk bangun tidur lebih awal, disusul menyirami tanaman di halaman rumah, dan sekarang gas habis.Taeyong yang baru saja akan merebahkan dirinya di kasur reflek langsung berdecak, agak kesal karna dirinya baru saja selesai mencuci sepatu.
"Sabar Taeyong, gak boleh emosi, istri lu adalah jiwa raga lu." Taeyong mengelus dadanya kemudian menuruni tangga untuk menghampiri Jennie yang sedang berada di dapur.
"Abis dua duanya?" Taeyong mengecek kedua gasnya dan benar saja keduanya habis.
Baru saja Taeyong akan mengangkat kedua gas tersebut, Jennie sudah lebih dulu bersuara yang membuat Taeyong menghela nafasnya pasrah.
"Sama sekalian aku nitip—" Jennie menghentikan ucapanya karna raut wajah Taeyong yang sudah menjelaskan semuanya pada Jennie.
"Tuh kan kamu suka gitu kalo aku sekalian nitip, kan biar gak bolak balik."
Buru-buru Taeyong memasang senyumnya, "Suka gitu gimana sih Jen, aku enggak keberatan kok. Apa, kamu mau nitip apa?" tanya Taeyong lembut.
"Sabun cuci piring juga udah abis, nanti beli sekalian ya."
Taeyong mengangguk gemas, ia langsung keluar sambil membawa dua gas kosongnya dan tidak lupa kunci motornya.
Sampai di agen langganan Taeyong dan Jennie, pria itu menaruh dua gasnya yang kosong.
Sedangkan itu di dekat tempat agen langganan Taeyong, ada segerombolan anak kecil yang sedang bermain. "Eh, temen-temen aku ke sana dulu ya." katanya sambil menunjuk tempat agen.
"Kamu mau jajan?" tanya temanya.
Yang ditanya menganggukan kepalanya, "Iya aku mau jajan, tunggu sebentar ya."
Begitu sampai di tempat agen tersebut, anak kecil itu langsung menarik sedikit ujung baju Taeyong.
"Ayah, Jean mau jajan, tapi gak bawa uang dari rumah."
Taeyong menundukan kepalanya ketika ia tahu yang menarik ujung bajunya adalah anaknya sendiri, oalah dalah hampir aja lupa sama anak sendiri.
"Jean, kamu main kok jauh banget sampe kesini-sini." katanya yang kemudian melihat ke arah gerombolan teman-teman anaknya itu.
"Tadi kan abis main petak umpet, Ayah."
Taeyong mengusap dahi anaknya yang berkeringat bahkan sampai membuat poni dirambut anaknya tersebut basah.
"Aduh, baju kamu kotor banget lagi. Kalo Mamah tau kamu nanti di omelin, Ayah gak ikut bantuin ya kalo Mamah udah ngomel."
Jean menundukan kepalanya, memperhatikan bajunya yang memang agak kotor. Apalagi hari ini Jean mengenakan atasan berwarna putih.
"Ayah, Jean mau jajan."
"Iya jajan apa, itu pilih aja."
Bukanya memilih jajanan apa yang akan Jean beli, bocah berusia 5 tahun tersebut kembali ke gerombolan teman temanya terlebih dahulu.
"Aku pulang duluan ya."
"Pulang sama siapa Jean?"
"Sama Ayah aku, itu Ayah aku lagi beli gas jadi aku pulang bareng aja daripada aku di omelin."
"Emangnya Ayah kamu galak, Jean?"
Jean menggelengkan kepalanya, "Enggak, Ayah aku gak galak kok."