-35

2.5K 345 126
                                    

Kedua pasutri itu masih terlelap dalam mimpinya, baik Taeyong maupun Jennie tidak ada yang mau membuka matanya.  Ini pertama kalinya mereka tidur bersama setelah sah menjadi pasangan suami istri, awalnya Jennie merasa sedikit canggung apalagi ini pertama kalinya ia tidur dengan pria selain kakanya, itupun dulu ketika dirinya masih kecil.

Ingatanya kembali pada malam itu saat Taeyong dengan lembut berkata bahwa "Enggak papa Jennie, kamu gak usah takut. Aku sekarang suami kamu, gak ada yang perlu kamu takutin atau kamu raguin lagi."

Ah, mengingatnya membuat kepala Jennie pening. Ucapan Taeyong benar-benar membuat Jennie lemas.

Jennie masih enggan untuk sekedar bangun dari kasur, apalagi posisi mereka yang cukup membuat nyaman untuk tidak bergerak kemana-mana. Ya, tangan Taeyong senantiasa merengkuh tubuh Jennie dari malam hingga pagi ini, hangatnya selimut yang menutupi keduanya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehangatan yang Taeyong berikan padanya.

Dagu Taeyong tepat berada di puncak kepala Jennie, dan wajah istrinya itu tentu saja menghadapa dadanya.

Tidak ada malam pertama bagi mereka karna saat melaksanakan pernikahan kemarin bertepatan dengan tanggal merah Jennie. Sedikit ada beberapa hickey di leher dan dada menuju kebawah tidak masalah bukan, apalagi kalau melihat leher Taeyong yang ah sudahlah  tidak perlu dijelaskan lagi.

Jennie sedikit menggeliat saat mendengar alarm ponselnya berbunyi, sedikit membuka kelopak matanya, memundurkan wajahnya dan objek yang pertama kali dilihat adalah wajah tidur suaminya, Taeyong. Jennie tidak pernah membayangkan kalau hari ini akan tiba dalam hidupnya, menjadi istri dan melakukan hal rumah tangga lainya.

Jennie mematikan alarm ponselnya dan kembali pada posisi awalnya, memeluk Taeyong. Bahkan kali ini lebih erat dari sebelumnya.

Taeyong membuka kelopak matanya pelan, dikecupnya puncak kepala Jennie yang masih memeluknya bahkan yang ini lebih erat dari sebelumnya.

Jennie yang sadar bahwa Taeyong mencium puncak kepalanya lantas mendongak menatap Taeyong yang kini juga ikut menatapnya balik.

"Maaf." ucap Jennie yang masih tidak enak dengan Taeyong.

"Gapapa Jennie, kamu udah ngomong kaya gitu dari semalem. Aku beneran gapapa soal itu, masih ada hari lain lagi kok." Taeyong berusaha menyakini Jennie, bahwa semuanya tidak apa-apa.

-----

Taeyong yang sedang membuat pancake dibuat terkejut oleh Jennie yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, menjadikan punggungnya sebagai tumpuan kepalanya. Sebelum menikah Jennie beberapa kali pernah seperti ini, tapi rasanya sungguh berbeda dibanding sekarang yang sudah berstatus istri.

Taeyong hanya menanggapinya dengan senyuman di wajahnya yang Jennie tidak dapat lihat.

"Kenapa, hmm?"

"Gapapa, emang kenapa?"

Jennie melepaskan pelukanya, ia kemudian menarik kursi yang berada tidak jauh darinya.

Taeyong ikut menarik kursi yang berada di samping Jennie, mendudukan dirinya. Tanganya dengan telaten memotong pancake tersebut menjadi beberapa bagian, ditusuknya potongan pancake tersebut kemudian ia menyuapi Jennie.

"Gimana?" tanya Taeyong menunggu respon dari Jennie.

Pipi Jennie yang terlihat sedikit menjadi besar tersebut lantas menganggukan kepalanya, disertai wajahnya yang ikut berbinar. "Enak banget, aku suka."

𝐀𝐣𝐮𝐚𝐧 𝐍𝐢𝐤𝐚𝐡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang