16. Should I?

83 18 3
                                    

Arah jarum jam yang terus bergerak setiap detiknya, gelap gulita yang semakin memenuhi rungu. Jantung berdebar seakan memiliki firasat yang tak terartikan. Mata masih setia terjaga dengan telapak tangan yang penuh keringat.

Pernah merasakan hal yang seperti itu? Bagaimana rasanya. Sangat kacau kan?

Itulah yang dirasakan Soyeon sekarang. Jari-jarinya bahkan terasa dingin dengan udara yang sehangat ini, lagi-bahkan tubuhnya ditutupi dengan selimut hangat.

Matanya tidak lepas dari pandangan jam dinding di depannya--tepat di atas jendela kamar dengan lampu tidur yang menyala redup. Sudah hampir pukul 2 pagi, sudah hampir 3 jam pula dirinya berbaring menunggu kabar seseorang yang tak kunjung menampakan batang hidungnya.

Pasalnya sudah dari beberapa jam yang lalu, Kim Namjoon belum juga kembali ke rumah atau mungkin hanya sekedar mengetuk pintu kamarnya untuk mengecek sang gadis apakah sudah terlelap atau belum-begitu biasanya rutinitas Namjoon setiap malamnya.

Tapi malam ini benar-benar berbeda, sangat sepi. Bukan kecewa, tapi Soyeon lebih khawatir. Soyeon jadi mengingat kata-kaylta Taehyung tadi. Harusnya tadi Namjoon segera ia hubungi saja untuk segera kembali ke rumah.

Kenapa juga harus mencari udara segar ke luar, padahal ia bisa mencari udara yang lebih segar lagi dari teras rumahnya.

Bodoh.

Entah Soyeon yang bodoh atau Kim Namjoon yang lebih bodoh.

Pikiran Soyeon terus berkelana tiada henti. Memberi hal-hal negatif masuk ke dalam otakknya.

'bagaimana kalau Namjoon diculik, bagaimana kalau seandainya waktu perjalanan pulang Namjoon kecelakaan, bagaimana kalau Namjoon sekarang sedang asik mabuk dengan wanita di club'

Wahhh sungguh buruk pikirannya sekarang, sangat buruk dan kacau.

Soyeon sejenak menghembuskan nafasnya, sejak beberapa menit yang lalu ia sempat ingin memutuskan untuk keluar saja dan mencari Namjoon, mengingat Soyeon sudah menghubungi Namjoon beberapa kali tapi malah di angkat oleh seorang wanita yang berbicara panjang lebar tanpa jeda--tentu suara operator yang menjengkelkan.

Perlahan Soyeon mengatur nafasnya, namun baru saja ketika Soyeon akan bangkit dari tempat tidurnya, suara pintu perlahan terbuka. Sontak Soyeon membaringkan tubuhnya kembali dengan posisi yang tak karuan--mencoba berpura-pura tidur pastinya.

Matanya masih mengatup, dengan degupan jantung yang semakin kencang ketika benda kenyal dan basah menyentuh keningnya.

Oh shit. Ini bau yang familiar.

Tentu

Ini bau alkohol.

Sial. Kim Namjoon baru saja habis minum. Dan berani mencium keningnya.

Soyeon harus menahannya untuk tidak bergerak dari tempatnya. Padahal ingin sekali tangannya untuk bergerak melayang memukul habis-habisan pria di depannya.

"Maaf"

Satu kata dari Kim Namjoon yang berhasil membuat Soyeon membuka matanya.

Gagal. Rencananya gagal total untuk berakting padahal sangat mudah.

Sepasang mata kini telah bertemu. Memandang lama dengan perasaan yang tak karuan. Namun, beberapa detik kemudian Soyeon mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Baru saja teringat dengan pikiran terakhir Soyeon yang sempat ia buat-buat tadi. Kim Namjoon baru saja habis minum, dia kemungkinan mabuk. Jadi, apa dia habis minum dengan seseorang? Sial rasanya Soyeon ingin memukul wajah remang-remang si brengsek Kim ini sekarang juga.

"Dengan seorang gadis?"

Entah kenapa Soyeon langsung melontarkan pertanyaan tersebut. Mulutnya refleks berbicara, bahkan dirinya saja kaget karena lontaran pertanyaannya.

Sudah gila, mana mungkin seseorang yang akan menikah pergi mabuk dengan gadis lain.

Namun, setelah beberapa saat setelah melihat jawaban Namjoon berhasil membuat Soyeon lebih gila dari sebelumnya. Sangat tidak waras. Soyeon bahkan hampir menampar wajah pria yang sedang memandang wajahnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Namjoon mengangguk menjawab pertanyaan Soyeon. Apa itu tidak gila? Itu lebih dari sinting. Soyeon segera mengepalkan tangannya untuk menahan amarahnya. Ia tidak akan pernah menyentuh, apalagi menyakiti orang yang bahkan belum menjadi miliknya.

"Keluar"

Satu kata yang membuat Namjoon menunduk bersalah. Tangannya mulai bergerak membenahi selimut sang gadis. Lalu pergi menjauh hingga ke ambang pintu tanpa mengatakan sepatah kata lagi, menutup pintu perlahan dan meninggalkan Soyeon dengan keadaan berantakan yang mematung seakan nyawanya sudah tidak ada lagi di dalam tubuh.

Apa begini rasanya mencintai seseorang?

Apa sesakit ini mendengar orang yang hampir menjadi milik kita malah pergi minum dengan gadis lain?

Ini lebih sakit dari menyukai seseorang, yang dulu pernah Soyeon rasakan.

Menyukai Kim yang satunya lagi, tapi hanya sebatas menyukai yang bisa hilang kapanpun tanpa bekas rasa sakit.

Han Soyeon  pernah menyukai Kim Taehyung. Itu fakta yang tidak akan pernah di umbar oleh siapapun. Hanya dirinya dan hatinya yang bisa menyimpannya atau bahkan menguburnya dalam-dalam.

Karena saat ini, mungkin saja ia harus mengubur perasaan keduanya lebih dalam sebelum semuanya terlambat.

Kim, haruskah aku yang menjadi korbannya?

Tbc...

Nahlohh gimana? Pihak siapa nih kalian? Namjoon apa Taehyung?

Aku sih kenapa harus satu kalo bisa keduanya 🤣

Tampan yahh bund, tapi sayang belum nikah udh bikin calon istrinya darah tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampan yahh bund, tapi sayang belum nikah udh bikin calon istrinya darah tinggi

Kalo Soyeon disakitin nanti di tampung Kim cogan satunya lagi baru tau rasa tuhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo Soyeon disakitin nanti di tampung Kim cogan satunya lagi baru tau rasa tuhh.

Hehe candaa cogan..

So.. Thank's for reading ya guys jgn lupa bintangnya, nanti di kasi kejutan lagi 💜💜💜💜

Ailafyuuu more💜❣️✨ paypayyy🙌

Marry Me? [Kim Namjoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang