21. Mistake 🌚⚠️

165 10 0
                                    

Terulang kembali,
Ketukannya semakin keras dan tergesa-gesa.

Ditambah teriakan bergema dari luar yang membuat Yuri merinding bukan main.

Kala itu Yuri hanya membeku di tempat, di sudut ruangan yang gelap tanpa adanya cahaya sedikitpun. Dirinya terlalu takut hanya untuk sekedar melihat orang yang sedang berusaha mencoba masuk paksa ke dalam rumahnya.

Jangankan keluar kamar, untuk bergerak pun Yuri tidak berani--takut takut nanti malah memicu suara yang mengundang orang itu bertambah ingin masuk ke dalam.

Ponselnya sungguh tidak berguna di saat genting seperti ini. Tidak, bukan ponselnya tetapi jaringannya sungguh ingin membuatnya bersumpah serapah. Sama sekali tidak bisa digunakan. Persetan dengan listrik yang juga ikut padam saat ini.

Sial, sudah beberapa kali Yuri merapal sial dalam hatinya. Jelas itu pasti perampok yang ingin menjelajah di seluruh ruangannya. Tidak tahan lagi, Yuri sudah memutuskan kalau dirinya akan lompat dari jendela kamarnya lalu berlari sejauh mungkin untuk menghindar. Tubuhnya bergetar berdiri perlahan untuk mencapai daun jendela dengan sebuah kursi kecil di dekat meja belajarnya.

Namun, tepat ketika Yuri berusaha menaikkan kakinya suara pukulan dan gebrakan terdengar secara tiba-tiba. Cukup lama, sekitar 40 menit. Yuri menangis hebat, memutuskan untuk kembali bersembunyi di bawah meja dengan menutup telinganya rapat-rapat.

Dua hingga tiga ketukan terdengar. Yuri mematung sejenak. Ketukan itu dengan ritme yang sama seperti seseorang yang sering mengunjunginya. Keadaan di luar juga sudah sunyi. Yuri meneguk ludahnya kasar, perlahan keluar dari persembunyian lalu melangkah ke arah pintu masuk dengan sangat hati-hati.

Tangannya gemetar ketika mencoba menyibak tirai guna melihat siapa yang datang menyelamatkannya.

Matanya berbinar mengetahui orang yang ia kenal akhirnya datang. Untuk pertama kalinya, Yuri sangat bahagia akan kedatangannya. Tidak apa-apa dengan masa lalu yang pernah diperbuatnya, setidaknya hari ini dia menjadi penyelamat bagi Yuri.

Yuri membuka pintu, menyambut kedatangan Taehyung dengan sendu dan parau.

"Yuri!! Kau baik-baik saja?"

Yuri menghambur ke pelukan Taehyung setelah mendengar ucapakan kakaknya. Sungguh, ia sangat lega.

"Ayo, kita masuk dulu" Taehyung meregangkan pelukan untuk menuntun Yuri masuk ke dalam.

Yuri hanya membeku, memandangi wajah Taehyung dengan seksama setelah mereka duduk di sofa ruang tengah dan lampu yang telah menyala dengan terang.

Air matanya kembali mengalir, setelah tau apa yang terjadi dengan wajah kakaknya. Penuh luka lebam serta darah di tangan dan lengannya.

"Aku akan mengambil kotak obatnya dulu" Yuri buru-buru ke kamarnya untuk mengambil obat-obatan yang ia punya.

"Kau kenapa tidak menghubungiku atau Namjoon? Kenapa handphone mu tidak aktif?" Tanya Taehyung sambil memandangi adiknya khawatir dengan beberapa obat di tangannya.

"Kau tau listrik sialan ini malah padam ketika keadaan genting, sekarang lihatlah bahkan listriknya menyala kembali ketika keadaan sudah baik-baik saja"

Taehyung tersenyum melihat Yuri yang begitu marah di depannya. "Tentu saja padam, mereka semua ada lima orang tadi pasti salah satunya yang memadamkan listriknya"

Yuri menganga. Ada lima orang, itu artinya lima lawan satu? Pantas saja kakaknya babak belur seperti ini.

"Apa kita tidak lapor polisi?" Tanya Yuri sambil mengobati luka Taehyung dengan hati-hati.

"Aku sudah menghubungi teman ku, biarkan mereka yang menanganinya. Setidaknya kau tidak ada yang terluka kan?"

Yuri mengangguk meyakinkan Taehyung.

Marry Me? [Kim Namjoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang