Lagi,
Luka itu tergores kembali. Luka yang sudah lama tak pernah ia terima. Kini kembali bersarang di punggungnya.
Punggung Soyeon ternyata tak sebersih pun semulus punggung gadis pada umumnya. Harusnya Namjoon senang karena dapat melihat dengan mata telanjangnya sendiri punggung calon istrinya tersebut. Namun, berbanding terbalik kali ini. Dirinya sedikit meringis memperhatikan punggung Soyeon. Penuh bekas goresan, tidak banyak hanya beberapa namun goresannya tidaklah kecil.
"Jangan hanya di tatap saja Joon, cepat obati. Kau seperti sedang terangsang sekarang" ucapan brutal Soyeon seakan-akan mengalihkan pembicaraan guna mengguyarkan pikiran Namjoon saat ini. Soyeon tau apa yang sedang di pikirkan olehnya.
"Tentu saja. kau menyuguhkan ku badan bagian belakangmu, apa tidak ingin bagian depannya juga?" Ucap Namjoon yang mulai mengoles salep pada bagian goresan yang baru saja di dapatkan Soyeon.
Pembicaraannya begitu dewasa, seakan mereka tidak melihat apapun yang terjadi. Soyeon berusaha mengalihkan, begitupun Namjoon yang tidak ingin bertanya terlalu jauh. Tepatnya tidak ingin mengundang luka lama yang bersemi kembali.
"Jangan kembali kesana lagi"
"Tentu"
Hanya itu. Satu kalimat permintaan dari Namjoon. Serta sepatah kata jawaban dari Soyeon.
"Baiklah ayo berangkat"
Ucap Namjoon usai mengoles salep dan memasang sabuk pengaman pada sang gadis.Rasanya seperti sebuah mimpi, melihat kembali sang ibu yang telah lama ia rindukan kemudian menoreh luka pada dirinya. Ternyata belum berubah, atau semua akan semakin parah?
Soyeon rindu, sangat rindu dengan keluarga kecilnya dulu yang sempat merasakan kebahagiaan tiada tara. Bila diijinkan, Soyeon ingin bertemu dengan ayahnya di alam sana. Bercerita dan menyampaikan keluh kesahnya. Bagaimana derita serta sakitnya di dunia yang ia tinggali saat ini. Namun, tepat ketika pikirannya melayang terlalu jauh sebuah tangan mengusap pucuk kepalanya.
"Sudah sampai, ayo kita turun"
Di situlah Soyeon tersadar, masih ada orang yang peduli dengannya. Yang peduli dengan hidupnya tanpa mempermasahkan kembali masa lalunya.
Penyelamat ketika dirinya nekat ingin bertemu ajal sekaligus penyembuhnya di kala terpuruk.Soyeon mengangguk, sekilas ia memperhatikan segala sudut rumah tersebut.
Ukuran rumah minimalis yang sangat elegan. Rumahnya juga terawat. Itu artinya penghuninya cukup memperhatikan kebersihan serta kerapian rumah.
"Adikmu tinggal sendirian?" Tanya Soyeon memastikan.
"Kadang sendirian, kadang denganku, kadang juga dengan Taehyung. Tapi diam-diam"
Soyeon masih bingung, "Apanya yang diam-diam?"
Namjoon melepas sabuk pengamannya, tidak lupa dengan sabuk pengaman tuan putrinya yang masih sibuk dengan pertanyaan.
"Yuri itu masih benci setiap melihat Taehyung, jadi Taehyung sering menginap diam-diam. Dia akan datang malam hari dan kembali ke rumah di pagi hari saat subuh"
Soyeon mengangguk tidak lagi ingin bertanya.
Keduanya turun dengan perlahan dari mobil. Namjoon mengambil sebuah koper yang telah di siapkan Soyeon. Tak lupa pula buku diari dan sebuah buku gambar yang Soyeon bawa.
Langkahnya sayup-sayup terdengar, melangkah dengan hati-hati hingga mencapai pintu masuk rumah.
"Joon, apa tidak masalah kalau kau membawa orang asing kesini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me? [Kim Namjoon]
Fanfiction"Hey! Don't do that!" "Just-- Marry me?!" "Kau gila Tuan Kim..." ..................................................................... ON GOING STORIES ❗ Slow Update ~