"Sudah bangun?"
Aneh. Semuanya di buat semakin aneh sekarang.
Begitu Soyeon membuka matanya yang pertama ia lihat bukanlah Kim Namjoon melainkan Kim Taehyung.
"Tae? Mana Namjoon?"
Taehyung terlihat menatapnya begitu lekat. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu saat ini.
"Dia sedang mengantar Ayah dan Ibu ke bandara"
Soyeon menyerngit. "Mau kemana?"
"Ayah dan ibu sudah meyakinkan diri kalau mau melanjutkan berobatnya mereka ke luar negeri"
Soyeon mengangguk setelah mendengar ucapan Taehyung. Namun, masih terasa aneh karena keputusan yang begitu mendadak bahkan mereka tak mengucapkan sebatas kata pamit padanya.
Soyeon juga ingin melihat sang ayah dan ibu dari calon suaminya itu sebelum pergi jauh.
"Aku akan pergi, apa kau bisa sendiri?"
Lagi, semuanya terdengar aneh bukan? Sungguh Soyeon seperti masih di alam bawah sadarnya.
"Tentu aku bisa sendiri. Kau akan pergi kemana?"
"Menjauh dari keluarga"
Taehyung beranjak dengan tangan yang dikantongkan ke dalam saku celananya. Sedangkan Soyeon masih mencoba beranjak dari tempat tidurnya.
"Jangan bercanda. Aku tidak bisa tertawa sekarang"
"Jaga dirimu baik-baik. Kalau Namjoon berani berbuat jahat padamu segera hubungi aku"
Soyeon ingin marah, sungguh. Semuanya seperti berantakan tak beraturan. Rumah ternyaman yang pernah ia temui kini menjadi hancur berkeping-keping.
Soyeon rasa ibunya benar, fakta bahwa dirinya adalah sumber kesialan keluarga. Sumber dari hancurnya perdamaian.
Soyeon menggeleng, berusaha menahan Taehyung yang baru saja akan melangkah keluar. Namun, di ambang pintu berdiri seorang gadis dengan wajah sendu menatapnya.
"Aku pamit, Kak"
Soyeon menggeleng lagi. Melangkah mendekati Yuri yang masih berdiri tanpa pergerakan sedikitpun.
"Yuri, jangan pergi. Disini saja ya"
Soyeon memeluk Yuri dengan erat. Pertemuan macam apa ini yang membuat mereka larut di dalam kesedihan dan penyesalan.
Berusaha melepas pelukan Soyeon, Yuri akhirnya tersenyum sambil mengusap air matanya.
"Maaf sudah membuat hidupmu menjadi bertambah kacau, Kak. Kau harus bahagia dengan Kak Namjoon. Setelah ini aku dan Kak Taehyung akan pergi. Kau bisa menghubungiku juga kalau terjadi sesuatu pada dirimu"
Soyeon masih berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Kau akan tinggal bersama Taehyung kan? Kalau begitu beritahu aku alamat kalian"Sebelum Yuri menjawab Soyeon, Taehyung lebih dulu menyela.
"Aku tidak tinggal bersama Yuri, kami berpisah. Aku tidak mau kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi"Soyeon benar-benar pusing. Apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Akal sehatnya bahkan tidak dapat bekerja sekarang.
"Jangan gila, Tae. Lalu dimana kalian akan tinggal? Kau akan meninggalkan Yuri sendirian? Apa ini karena perkataan Namjoon kemarin? Kenapa tidak kau abaikan saja? Namjoon pasti dalam keadaan emosi"
"Kami sudah membicarakan semunya tadi pagi. Dan inilah keputusannya. Soyeon, ingat kan apa kataku tadi?"
Soyeon tidak menjawab. Ia benar-benar tidak tau lagi apa yang sebenarnya sudah terjadi pagi tadi. Banyak hal yang Soyeon lewati.
Sebelum Taehyung melangkah pergi, dirinya sempat memeluk Soyeon sebagai perpisahan terakhirnya. "Ingat, segera hubungi aku kalau kau berada dalam masalah"
Dunia memang tidak pernah berpihak padanya. Soyeon sudah terbiasa mendapat perlakuan buruk dari sang ibu, sudah terbiasa menghadapi segala macam masalah yang menghampirinya. Soyeon juga sudah terbiasa dengan rasa sakit yang mengguyurkan secara psikis pun psikologis.
Namun, Soyeon masih belum bisa menerima kalau keluarga yang ia harapkan menjadi tempat teduhnya malah berubah menjadi tempat terpedih karena kehadiran dirinya.
Dengan begitu, tak ada lagi harapan pada dunia. Tak ada lagi harapan pada sang semesta. Hanya diri sendiri yang bisa menjadi tumpuan untuk bertahan di antara hancurnya kehidupan.
Soyeon menangis terduduk di lantai setelah kepergian Yuri dan Taehyung.
Tangannya berusaha meraih sesuatu di atas nakas. Meraih ponsel untuk menghubungi sang puan yang menjadi ujung dari tali perpisahan ini.
"Joon.. sudah dalam perjalanan pulang?"
"Iya, sudah. Ada apa?"
Terdengar dari seberang telepon bahwa Namjoon sedang di dalam perjalanan.
"Apa kau ingin membatalkan pernikahan kita juga?"
"Apa maksudmu?"
"Sebaiknya batalkan secepatnya"
Soyeon berucap dengan tenang tanpa tau bagaimana keadaan Namjoon ketika mendengar lontaran kalimatnya dari seberang telepon.
Tbc...
Happy Reading💜💜
Lama banget ya up nya?
Di usahakan up segera ya maklum anak semester akhir huhuu🥲Thank u yang udah baca, thank u juga feedbcknya luv u💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me? [Kim Namjoon]
Fanfikce"Hey! Don't do that!" "Just-- Marry me?!" "Kau gila Tuan Kim..." ..................................................................... ON GOING STORIES ❗ Slow Update ~