12. Dating reasons

117 22 5
                                    

Jika di kehidupan selanjutnya, Soyeon mendapatkan kehidupannya kembali maka ia akan mengajukan permohonan kepada Tuhan. Agar dirinya hidup sebagai kunang-kunang saja. Terbang dengan cahayanya yang terang dan menerangi kegelapan malam yang menakutkan.

Bahkan seperti saat ini, mungkin ada puluhan cahaya lampu yang menerangi tempat ini. Kerlap-kerlip bergantian menyambung terang. Matanya ikut berbinar menyaksikan, bagaimana indahnya setiap sudut tempat ini dan mendengar bagaimana indahnya alunan musik dengan nada yang samar-samar tuk di dengar.

Seketika Soyeon dibuat kagum oleh Kim Namjoon. Walaupun sempat Soyeon menolak karena tempatnya berada di rooftop kafe. Soyeon benci ketinggian, sangat benci. Tapi hari ini, kebencian itu pudar oleh keindahan yang mengantar kebahagiaan.

Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya Soyeon merasakan kebahagiaan luar biasa ini. Tidak pernah sekalipun ia diperlakukan layaknya gadis yang paling spesial. Yang ia dapatkan hanyalah beberapa cabikan bekas cakaran kuku dan bekas tamparan yang membuat pipinya merah merona nan kelu.

Di sisi lain, dirinya masih berusaha membangun benteng pertahanan, tidak ingin jatuh ke lubang yang salah atau jebakan semata yang dibuat hanya untuk menjatuhkan diri sendiri nantinya. Namun, hatinya sudah runtuh dari awal. Sempat bertanya, apa rencana yang akan ia jalani akan berhasil atau hanya akan terbuang sia-sia seperti ini.

Soyeon tidak tau bahwa akan sesulit ini untuknya bermain dalam selimut. Menjalankan misi yang sesungguhnya dari awal ia tolak mentah-mentah. Tapi entah dunia yang tidak pernah memihaknya, mau tidak mau Soyeon harus pergi menjalankan misi ini. Setelah tau kebenaran yang terungkap, Soyeon lebih gigih untuk menjalankan misinya--atau mungkin untuk membalaskan dendamnya.

"Soyeon-ahh... Duduklah"

Soyeon menoleh sedikit terkejut mendengar suara berat Namjoon.
Ia hanya mengangguk lalu menuruti penuturannya.

"Maaf, tidak semewah yang kau bayangkan"
Namjoon tersenyum, memperbaiki dasinya canggung.

"Mwo?! Tidak semewah yang aku bayangkan? Kau serius? Ini indah Kim Namjoon"

Namjoon terkekeh mendengar jawaban Soyeon. Ia tidak menyangka kalau Soyeon bisa menjadi semangat menggemaskan. Sangat menggemaskan jika dilihat, tapi kalau diranjang lebih menggemaskan lagi--bercanda.

"Aku kesini hanya ingin berbincang untuk lebih dekat denganmu. Kau juga tau kalau pernikahan kita sudah dekat"

Soyeon mengangguk setuju. "Aku tau, kau juga pasti tau kalau aku belum sepenuhnya siap"

Namjoon hanya tersenyum, melihat sang gadis menunduk lesu.

"Maka dari itu, kita harus menjadi lebih dekat. Terbuka satu sama lain itu juga perlu. Sekarang habiskan dulu makananmu, lalu kita akan lanjut berbincang lagi"

Lagi, lagi... Soyeon hanya bisa mengangguk. Memang apa lagi yang harus dikatakan kalau dirinya hanya menyetujui perkataan Namjoon.

Tidak bisa dipungkiri juga, kalau jantungnya sedang berdetak kencang--kalut tidak karuan. Bukan karena duduk berdua menikmati malam dengan Namjoon, Namun firasatnya sedang memburuk sekarang.

"Emm.. Bisakah aku melihat pemandangannya sebentar? Aku ingin menikmatinya"
Soyeon beranjak dari duduknya. Canggung dan gugupnya harus segera di hilangkan. Mungkin menikmati pemandangan dari atas sana dapat membuatnya lebih tenang.

"Tentu saja, akan aku temani"

Mereka berdiri, menuju teras yang dihiasi bermacam rangkaian bunga serta cahaya kerlap-kerlip. Mencari tempat duduk yang pas untuk mereka tempati.

Soyeon menyukai pemandangan hari ini. Bagaimana ia bisa melihat suasana jalan yang indah dan bangunan yang berjajar rapi.

"Kau suka?" pertanyaan Namjoon sebenarnya tidak usah dilontarkan melihat wajah Soyeon yang makin berbinar.

Marry Me? [Kim Namjoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang