1. Her

546 50 7
                                    

"Excusme~ can you be a little faster?"

Lelaki kekar bermarga Kim dengan balutan jas hitam, dasi bercorak garis putih, celana yang dikenakan dengan rapi, juga sepatu hitam yang mengkilap, jangan lupakan rambut hitam pekat yang di belah tengah menambah aura tampannya semakin menjadi-jadi. Dirinya tengah berada pada suasana yang mendesak. Ponselnya beberapa kali berdering menandakan ia harus menyelesaikan sesuatu secepatnya.

Namun, ia merasa terhalang oleh seorang gadis yang ia yakini gadis tersebut adalah seorang siswi di sekolah ini. Pasalnya Namjoon sedang berjuang keras, mengantre demi membayarkan uang sekolah adiknya padahal jelas sekali pekerjaan di kantornya juga sedang mengejarnya.

Namjoon memang selalu datang ke loket tempat pembayaran uang sekolah adiknya, karena biasanya hanya dengan waktu singkat maka semua beres. Tapi kali ini ia sudah berdiri sekitar lebih dari 30 menit. Namjoon geram bukan main. Bahkan beberapa kali Namjoon menyuruh gadis di depannya sedikit lebih cepat, tetap saja ucapannya terus di abaikan.

"Itu tidak mungkin bu.. Bagaimana bisa saya menunggak sebanyak itu"

"Tentu saja bisa, kau bahkan tidak pernah bayar hampir setahun ini. Bukankah harusnya orang tuamu dipanggil karena tunggakan ini?"

Percakapan semacam itulah yang sedari tadi Namjoon dengar. Sepertinya ini masalah pembayaran yang gadis ini belum penuhi. Tapi tetap saja, tidak bisakah dirinya dibiarkan membayar terlebih dahulu. Pembicaraannya bisa mereka lanjutkan nanti kan. Lagipula masih ada beberapa orang juga yang sedang mengantre di belakangnya. Andai saja pembayarannya bisa dilakukan dengan transfer maka Namjoon tidak perlu membuang waktu untuk mengantre yang membuatnya kesal setengah mati seperti ini. Tahu begini harusnya ia menyuruh adiknya saja yang membayar langsung.

"A-aku tidak punya ayah"

Detik itu juga Namjoon melebarkan matanya setelah mendengar ucapan gadis di depannya. Matanya tidak berhenti menelisik wajah gadis yang mulai suram dengan bendungan air mata. Entah apa yang membuatnya berubah menjadi peduli dengan gadis yang sempat membuatnya kesal tadi. Ia masih menahan diri untuk tidak melewati batasnya. Berdiri dan mendengarkan saja sepertinya sudah cukup.

"Ahh maafkan aku.. Tapi kau masih punya ibu dan bukankah kau punya kakak laki-laki? Dimana mereka?"

Cukup lama menunggu gadis itu untuk menjawab. Namjoon melihat bagaimana gadis itu menahan air matanya agar tidak jatuh dan jari-jari tangan yang terus di remat erat.

"kakaku.. dia sudah berkeluarga, dia jarang pulang ke rumah. I-ibuku.. Aku tidak tahu apa dia masih menganggapku manusia atau tidak"

Tepat setelah kalimat yang gadis itu lontarkan Namjoon terperanjat dari tempatnya. Ia terlalu terkesiap mendengar penuturan gadis itu. Terlebih saat mengatakan kalimat terakhir. Memang ibunya menganggapnya apa kalau bukan manusia? Bukankah itu terlalu kejam.

"Aku tidak mengerti yang kau maksud nak.. Tapi jika kau tidak membayar uang sekolahmu secepatnya maka kau bisa dikeluarkan"

"Permisi.. Saya datang untuk membayar uang sekolahnya"

Percayalah ini bukan tipe seorang Kim Namjoon. Entah makhluk apa yang sedang merasukinya. Ia berubah menjadi orang yang peduli. Bahkan biasanya ia melihat gelandangan yang melintas di pinggir jalan meminta uang sepeserpun tidak pernah Namjoon berikan. Jadi, itu namanya apa? Tidak peduli atau memang dasarnya dia orang yang pelit? Tidak juga. Buktinya sekarang Namjoon maju melangkah melakukan pembayaran uang sekolah untuk gadis yang bahkan tidak ia kenal. Tapi mungkin saja gadis ini teman adiknya kan. Tidak ada salahnya sedikit membantu. Terlebih mendengar penuturan memilukan gadis di depannya tadi.

Marry Me? [Kim Namjoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang