The Mafia: Bagian 21

520 68 14
                                    

"ashh..." Ringis seorang gadis yang baru saja terbangun setelah dari kemarin sore dia pingsan, tubuhnya begitu lemas karena sudah hampir 3 hari dia tidak makan.

"G--gue harus bisa keluar dari sini." Gumam Meisya. Dia mencoba untuk bangun dan berjalan gontai untuk keluar dari jurang itu untung saja bukan jurang yang besar.

Meisya terus berusaha naik dan mencari jalan keluar, sudah beberapa kali dia menaiki jurang itu namun terus terjatuh karena tubuhnya terlalu lemas. Pelipisnya terus mengeluarkan darah segara, pakaian yang sudah acak-acakan dan juga tubuhnya yang kotor.

Happ...

Meisya menggapai pohon itu dan akhirnya dapat keluar dari jurang kecil itu. Meisya terus berjalan menelusuri hutan itu, dia melirik jam yang masih bertengger di tangannya dan menunjukan pukul 10.23AM.

****
Kelvin, laki-laki itu tengah termenung di balkon kamar Markasnya. Dia enggan untuk berangkat ke sekolah, tidak ada Meisya rasanya dia tidak mempunyai semangat hidup.

Drrtt-- Drrtt--

Ringtone Handphonenya memecahkan lamunan Kelvin.

"Halo pak Gi."

"Tuan saya sudah berhasil melacak posisi Nona Meisya."

"Langsung kirim pada saya pak Gi."

Tuttt---

Tidak lama setelah mematikan sambungan Telfon, masuklah sebuah notifikasi dimana Meisya berada sekarang. Kelvin membulatkan matanya saat melihat keberadaan Meisya yang sangat jauh itu, tanpa basa basi dia langsung meraih jaket dan kunci mobilnya lalu segera menuju untuk menjemput Meisya.

Selama perjalanan Kelvin mencoba menelfon Meisya, dan..

"Kelvin." Suara Meisya terdengar begitu parau dan sangat lemas.

"Lo jangan kemana-mana, Lo diem di sana gue bakal jemput Lo."

"I--iya Vin, Gu--gue bakal nungguin Lo."

Tutt---

Kelvin langsung mematikan sambungan Telfon dan menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di tempat tujuan. "Akhirnya Lo ketemu juga Mei." Kelvin meneteskan air matanya.

Sekitar 4 jam perjalanan akhirnya Kelvin pun sampai di tempat Meisya menunggunya, begitu keluar dari mobil dia langsung menghampiri Meisya dan begitu terkejut melihat keadaannya.

Pakaiannya yang cukup kotor, rambutnya yang sedikit bercak darah, pelipisnya yang mengeluarkan darah segar dan terdapat bekas mimisan di hidung Meisya. "Meisya." Panggil Kelvin dan langsung memeluknya.

"Lo jangan meluk gue, gue kotor Kelvin." Ujar Meisya.

"Bodo! Gue gak peduli." Kelvin malah mengeratkan pelukannya dan Meisya langsung membalas pelukan Kelvin tak kalah erat.

Kelvin merasakan pundaknya basah dan terdengar isakan kecil, "l--lo nangis?" Kelvin menangkup kedua pipi Meisya.

Dapat Kelvin rasakan tubuh Meisya yang bergetar dan wajahnya yang pucat, "kota beli baju dulu ya terus kita makan nanti." Ujar Kelvin mendapat anggukan dari Meisya.

Keduanya pun mencari toko pakaian terdekat dan membeli baju, tidak lupa juga Meisya yang numpang membersihkan dirinya. "Akhirnya gue bisa ketemu lagi sama Lo."

Setelah satu jam menunggu akhirnya Meisya pun selesai dan sudah rapi kembali, dia mengenakan sweater berwarna biru dan celana jeans hitam, lengkap dengan Baennie yang melekat di kepala gadis itu. "Udah?"

"Iya, yuk makan. Laper banget." Ujar Meisya.

Grep..

Kelvin menggendong Meisya ala koala menuju mobilnya, setelahnya mereka menuju restoran.

The Mafia [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang