The Mafia: Bagian 23

551 63 30
                                    

"Pupus sudah harapan Efal," cemberut Raefal di buat-buatnya. Siapa suruh dia Fakboy jadinya kan susah kalo deketin Meisya. Tanpa mereka sadari bahwa Meisya sudah tidak ada di parkiran dan sudah lebih dulu ke kelasnya.

•||The Mafia||•

Hari ini kelas hanya di isi dengan satu jam pelajaran, karena guru ada rapat dadakan jadi kegiatan belajar mengajar terpaksa di hentikan terlebih dahulu. Meisya dkk kini tengah bersantai di Rooftof dengan hembusan angin yang mengibas-ngibaskan Surai hitam Meisya.

"Udah lama nih kita gak datang ke bar," ujar Zanna tiba-tiba. Ya, mereka memang suka datang ke Bar, bukan untuk minum atau melakukan hal di luar dugaan. Mereka hanya akan nongkrong di sana dengan pemilik Bar yang lebih di kenal Uncle Ryo.

"Boleh tuh, gue udah lama gak ketemu uncle Ryo." Sahut Rachel.

"Ya udah pulsek kita ke Bar," putus Meisya. Mereka kembali di sibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing, Meisya yang sibuk sendiri menopang tangannya di dada dan menatap lurus ke depan, Rachel yang sibuk dengan Handphonenya, Zanna dan Keisha yang tengah bermain game online dan Stella yang sedang membaca Novelnya sendiri.

"Ekhemm..."

"Lagi pada ngapain nih?"

"Ke Rooftof gak ngajak kalian."

"Tau gak, apa yang kalian lakukan sama Efal itu JAAD!"

"Kalian sejak kapan di sini?"

"Udah lama?"

Pertanyaan dan celotehan beruntun dari mulut Delvan Dkk, terkecuali Delvan dan Nathan yang hanya menyimak pertikaian mereka dengan khidmat. Meisya memutar bola mata malas, kenapa mereka selalu mengikutinya? "Emang harus banget gitu ngajak kalian?" Meisya menaikkan salah satu alisnya.

"Ya masalahnya kita cariin tapi Lo gak ada," ucap Raefal.

Meisya hanya menggidikkan bahunya acuh dan duduk di salah satu kursi yang sudah tersedia, mereka sibuk dalam pikirannya masing-masing. "Gue ke kelas duluan ya." Pamit Meisya, belum saja mendapat jawaban dia sudah pergi lebih dulu.

Bruk..

"Anjir pantat gue," pekik Meisya saat bokongnya mengenai lantai koridor sekolah.

"Eh Meisya, sorry." Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Meisya.

Suara yang begitu familiar di pendengaran Meisya, dia mendongak dan, "eh Kelvin, gue kira siapa." Cengir Meisya membalas uluran tangan Kelvin.

Bruk...

Mata mereka bertemu, pandanganya terkunci. Meisya menatap manik mata milik Kelvin begitu pun dengan sebaliknya, pergerakan Meisya terkunci. Seorang laki-laki yang tengah lari terburu-buru tidak sengaja menabrak Meisya, untung saja Kelvin menahannya.

"Sorry, Sorry gue buru-buru." Ujarnya dan langsung pergi, memecahkan kegiatan mereka berdua.

"Eh Sorry," ucap Meisya sedikit gugup.

"Jantung gue kenapa si anjir ah..." Batin Meisya.

"I--iya, Lo mau kemana?" Kelvin mengalihkan pembicaraan.

"Mau ke kelas." Jawab Meisya.

Kelvin terlihat sedikit berfikir, "em,, temenin gue makan di kantin yuk."

Meisya tersenyum dan detik berikutnya mengiyakan perkataan Kelvin. Keduanya jalan beriringan menuju kantin di Sergai cibiran dari para murid. Sebelum benar-benar duduk keduanya pesan makanan terlebih dahulu, "sebelah sana aja yuk." Ajak Meisya menunjukkan meja kosong di pojokan.

The Mafia [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang