Aku selalu berusaha untuk memberi tahu V agar selalu menjaga sikapnya di depan member dan staff lain agar hubungan kami tidak diketahui oleh mereka, namun hari ini justru aku sendiri yang membongkarnya di depan mereka. Aku terlalu bahagia sampai lupa bahwa di ruangan itu bukan hanya ada aku dan V tapi semua member. Sifat cerobohku ini memang harus aku hilangkan.
Namun, aku bersyukur, mereka adalah orang yang sangat baik. Mau mengerti aku dan V dan mendukung hubungan kami. Setelah acara itu selesai, aku dan V merealisasikan agenda kita yaitu kencan. Waktu sudah menunjukkan pukul dua malam. Seharusnya V beristirahat malam ini, namun dia lebih memilih berjalan-jalan bersamaku. Kegiatan yang paling ia ingin rasakan.
Setelah berjalan-jalan selama satu jam, aku dan V akhirnya duduk di salah satu kursi taman yang menghadap ke laut, menikmati pemandangan yang tenang dengan pakaian yang serba tertutup.
Untungnya, kita di Amerika, jadi tak banyak yang bisa mengenali kita. Beberapa kembang api sudah mulai bertebaran meski pergantian tahun belum datang.
Aku melirik V yang duduk disebelahku, tersenyum bahagia memandangi kembang api yang meledak di udara.
"Kau senang?" Ia menoleh "Hmm, Aku senang".
"Syukurlah kalau begitu."
"Andai kita bisa bebas seperti orang-orang setiap kali kita kencan, pasti akan sangat menyenangkan" Ia lalu meraih tanganku dan menggenggamnya.
"Aku senang karena setidaknya aku bisa merasakan hidup seperti orang-orang kebanyakan. Aku selalu ingin pergi berkencan jika aku punya pacar dan sekarang aku tahu rasanya. Benar-benar sangat membahagiakan"
"Benar. Menjadi idola seperti dirimu sangatlah berat"
"Aku selalu iri saat teman-temanku selalu berkata bahwa mereka pergi ke bioskop dan berkencan dengan kekasihnya tiap akhir pekan. Mereka bisa dengan mudah melakukan itu, namun aku tidak. Aku tidak bisa. Setiap langkahku akan selalu disorot bahkan meski hanya pergi bersama keluargaku."
"Terkadang aku juga ingin hidup normal, Sera. Dimana tak ada satupun yang mengenaliku, dimana saat aku berjalan dan pergi kemana pun tak ada yang memerhatikanku. Sesekali aku ingin menjadi Kim Taehyung, pria biasa yang berasal dari Daegu, bukan V BTS yang dikenal di seluruh dunia"
Aku menatapnya lirih, hatiku sedih mendengar ia berucap seperti itu.
"Hampir setengah dari hidupku, aku menjadi V BTS. Aku harus selalu bersikap sempurna didepan semua orang, sampai aku terkadang kehilangan diriku yang sesungguhnya" ia menatapku "Aku tidak jadi diriku sendiri Sera, aku tidak jadi Kim Taehyung"
Aku mengusap tangannya lembut "Mengapa berkata seperti itu, kau punya ARMY disisimu. Mereka akan selalu mendukungmu. Jangan ubah dirimu"
"Justru karena itu, karena mereka membuatku melangkah sejauh ini dan terbang setinggi ini, aku harus selalu sempurna didepan mereka. Aku tidak mau mengecewakan mereka. Mereka mungkin akan meninggalkanku jika mereka tahu bahwa aku mencintai orang lain selain mereka. Mereka akan kecewa padaku..." ucap V, suaranya bergetar.
Aku semakin mengeratkan menggenggamanku. "Kalau kau bahagia, bukankah mereka juga akan bahagia?
"Apakah mereka akan bahagia jika aku mengumumkan bahwa aku tengah menjalin hubungan dengan seorang perempuan? Aku rasa tidak. Mereka pasti akan sedih karena mereka berpikir bahwa aku meninggalkan mereka"
Sesulit inikah menjalani kehidupan sebagai seorang idol? Aku tidak pernah membayangkannya.
"Tidak mungkin. Mereka pasti akan mengerti. Kalau mereka mencintaimu, mereka pasti akan mendukungmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days With My Seven Boys (END)
FanfictionSetelah menyelesaikan kuliahku di Negeri Ginseng, Korea Selatan. Aku seharusnya kembali ke Negaraku, Indonesia. Namun, aku harus menunda kepulanganku karena sebuah tawaran kerja yang terpaksa harus aku terima. Jika kamu berpikir, aku akan bekerja d...