Waktu benar-benar berjalan dengan cepat, tak terasa aku sudah bekerja selama 153 hari atau sekitar lima bulan di perusahaan ini. Aku sudah mulai terbiasa dengan kerjaan yang padat dan juga cepat. Aku juga sudah terbiasa dengan member BTS yang entah mengapa semakin akrab denganku. Padahal aku sangat berusaha untuk menghindari mereka jika tidak menyangkut tentang pekerjaan.
Kata Ji Young eonni, member BTS itu memang tidak pernah memberi batasan pada para staff, meskipun ada aturannya, apalagi staff seperti kami yang hampir setiap hari bertemu dengan mereka, hubungan kami sudah seperti keluarga.
Aku bahkan tidak heran jika melihat beberapa member BTS bahkan bersandar di bahu para staff wanita seperti yang sedang ku lihat sekarang - dimana Jimin sedang bersandar manja di bahu Ji Young eonni saat mereka baru saja selesai konser. Benar-benar interaksi yang menggemaskan.
"Noona!" seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang. Tangan kekarnya melingkar erat di bahuku. Aku berbalik menghadap orang itu.
"Omo! Jungkook-ssi, kenapa tidak memakai baju?"
"Ya' Jungkook-ga, kenapa kau berkeliaran tanpa memakai baju?" tegur Jin - seperti ayah yang memarahi anak kecilnya.
"Tidak mau! Aku sangat kepanasan"
"Jungkook-ga, lihatlah, keringatmu menempel semua di baju Sera noona" Ucap RM yang sedang melepas pakaian konsernya.
"Jungkook-ssi! Apa kau tidak malu kepada Sera noona?" Ucap V dengan suara diberat-beratkan. Jungkook hanya tertawa- terlihat seperti kelinci.
"Uri Jungkook-gie memang tidak akan pernah dewasa, selalu seperti itu, tolong maklumi saja noona, kekeke" ucap J-hope membuat semua member tertawa menanggapi ucapan J-hope.
"Ah, tidak apa-apa, kemarilah" Jungkook menjadi member BTS yang sangat dekat denganku. Dia menganggapku seperti kakak perempuannya. Mungkin karena dia member paling muda, jadi dia masih membutuhkan sosok yang mampu merawatnya.
Ji Young eonni juga bilang, kalau Jungkook akan tetap seperti anak kecil bagi para staff, itu karena dia memulai debut dengan usia yang sangat muda, melihat Jungkook tumbuh dan besar, sama saja melihat anak laki-laki mereka tumbuh. Maka dari itu, Jungkook tidak pernah risih dan sungkan kalau harus memeluk para staff yang jauh di atas umurnya.
Tapi bagaimana reaksinya jika ia tahu, bahwa umurku hanya dua tahun lebih tua di atasnya? Apa dia masih akan nyaman kepadaku?
Aku menarik lengan Jungkook dan membawanya duduk dekat kipas angin agar tubuhnya yang basah akan keringat mengering. Aku lalu mencari kaos polos untuknya agar dia tidak berkeliaran dengan bertelanjang dada.
Aku sepertinya mengerti mengapa staff Big Hit khususnya stylist harus jauh lebih tua dari umur Jin. Adegan seperti ini sudah sangat sering kami lihat, apalagi saat tengah konser seperti ini. Dengan waktu yang sangat terbatas, tentu saja mereka tidak punya waktu untuk berganti pakaian di kamar mandi. Sudah jelas mata kami sudah tidak suci lagi melihat tubuh mereka tanpa mengenakan pakaian.
Apalagi aku yang berposisi sebagai staff yang kebanyakan bertugas mengganti pakaian mereka? Ku akui mataku sudah tidak bisa dibilang suci lagi. Aku baru lima bulan bekerja, tapi aku sudah tidak bisa menghitung berapa banyak adegan seperti ini yang kulihat, saking seringnya.
"Pakai dulu bajumu" ucapku pada Jungkook yang kini sibuk memainkan handphone-nya tanpa mendengar ucapanku. Aku lalu memakaikannya kaos polos untuk menutupi badan kekarnya, membasuh wajahnya dengan tisu agar keringatnya hilang.
Dia padahal hanya berjarak dua tahun denganku, tapi mengapa ia masih terlihat seperti anak kecil?
"Noona, tadi itu seru sekali" ucap Jungkook masih fokus di handphone-nya, menonton sisa konser yang direkam oleh salah satu staff.
"Oh, yah? Apa kau senang?"
"Sangat senang! Aku bisa bertemu ARMY yang selalu aku cintai dan rindukan" ucap Jungkook dengan mengulas senyum kelincinya.
"Kalau Jungkook senang, noona juga senang" ucapku, sambil mengusap sisa keringat yang masih ada di jidatnya.
"Karena Jungkook senang hari ini, noona kasih hadiah ice cream, ini dia, makanlah"
"Terima kasih, noona" ucapnya - membayarku dengan senyuman kelincinya. Terkadang, senyuman Jungkook bisa menjadi penyembuh lelahku saat bekerja. Maknae ini benar-benar sangat menggemaskan.
Aku lalu beranjak pergi meninggalkan maknae yang satu ini. Kali ini aku harus mengurus maknae yang satu lagi.
Aku lalu menghampiri V yang sedang berbaring lemah di salah satu sofa sambil memainkan handphone-nya.
"V-ssi, lepaskan dulu baju konsermu, setelah itu baru istirahat"
"Ah, noona saja yang lepaskan, aku sudah tidak punya tenaga" ucap V dengan nada lemah.
"Hhh, baiklah"
Dia tidak ada bedanya dengan Jungkook. Terlalu manja.
Aku lalu menunduk sedikit untuk meraih kancing bajunya.
"Singkirkan dulu tanganmu"
Di awal-awal aku menjadi staff mereka, tentu saja aku sangat canggung bukan main jika harus melepaskan baju mereka seperti ini dan melihat mereka bertelanjang dada. Tapi karena adegan seperti ini hampir setiap hari aku lihat, sekarang tidak ada lagi kecanggungan yang aku rasakan. Semuanya biasa saja.
V lalu merentangkan kedua tangannya, aku pun membuka kancing bajunya satu persatu. Membuat baju konser itu terlepas dari badannya. Aku lalu mengambil tisu untuk mengeringkan wajah dan badannya, setelah agak kering, aku pasangkan baju kaos polos putih untuknya.
"V-ssi, apa harus noona juga yang melepaskan celanamu?"
Ia tertawa " Hehehe, kalau yang itu, biar aku saja noona"
Tentu saja, bisa bahaya kalau aku yang melepasnya.
.
.
.
Bersambung*Halu Time*
Bayangin kalau lu di posisinya Sera, trus lu tanya sama Jungkook,
Jungkook apa kamu senang? Trus Jungkook-nya jawab, iya senang noona, trus, trus kamu bilang, kalau Jungkook senang, noona juga senang dan karena Jungkook senang hari ini, noona kasih ice cream, trus Jungkook-nya jawab terima kasih noona dengan senyum seperti ini,
👇
.
.
.
.
.Apa tidak gemoyyyyy😭😭😭😭😭
Haduh, haduh, haduh, BAYANGIN COBA! BAYANGIN DI KASIH SENYUM GEMOY KEK BEGITU, APA NGGAK MENINGGOY LU😭udah ah, sampai bertemu di chapter 7, authornim-nya udah diabetes. Cii yuuu...
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days With My Seven Boys (END)
FanficSetelah menyelesaikan kuliahku di Negeri Ginseng, Korea Selatan. Aku seharusnya kembali ke Negaraku, Indonesia. Namun, aku harus menunda kepulanganku karena sebuah tawaran kerja yang terpaksa harus aku terima. Jika kamu berpikir, aku akan bekerja d...