12. A Letter

61 8 0
                                        

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Malam yang Penuh Pertanyaan

Sepanjang perjalanan pulang, Sejin hanya diam. Matanya menatap kosong ke luar jendela, tapi pikirannya berputar liar. Banyak sekali pertanyaan yang menghantui benaknya, namun Soobin yang duduk di sampingnya tetap diam, fokus menyetir tanpa menoleh sedikit pun.

Sejin menggigit bibirnya, tangannya mengepal di pangkuannya. Ia tidak tahan lagi. Begitu mobil berhenti di depan rumah, ia langsung membuka pintu dan keluar tanpa berkata apa-apa.

"Soobin," panggilnya dengan suara pelan tapi tegas sebelum cowok itu sempat mematikan mesin mobil.

Soobin menoleh, mengangkat alis seolah tahu apa yang akan dibahas. Namun, ia tetap diam, menunggu Sejin berbicara lebih dulu.

Sejin menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Soobin lurus-lurus. "Aku mau tahu semuanya."

Soobin terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang. Ia keluar dari mobil, menutup pintu dengan perlahan, lalu bersandar di sana, menatap Sejin dengan sorot mata yang sulit dibaca.

"Apa maksudmu?" tanyanya, meskipun dia pasti sudah tahu arah pembicaraan ini.

Sejin mendekat, matanya penuh dengan rasa penasaran sekaligus kebingungan. "Tentang Nara. Tentang kenapa aku nggak pernah tahu dia adalah adikku. Tentang kenapa kamu nggak pernah bilang apa pun padaku. Dan tentang Taehyung."

Soobin mengepalkan tangannya di samping tubuhnya, lalu mengalihkan pandangannya ke langit malam. "Itu semua masa lalu, Sejin. Aku cuma nggak mau kamu terlibat dalam sesuatu yang seharusnya udah terkubur."

Sejin mengerutkan kening, hatinya bergejolak. "Tapi itu juga bagian dari hidupku! Itu tentang keluargaku, Soobin! Kamu nggak bisa cuma bilang ‘itu masa lalu’ dan berharap aku akan diam saja!"

Soobin menatap Sejin dengan ekspresi yang penuh dilema, seolah sedang berjuang dengan pikirannya sendiri. Ia ingin melindungi Sejin, tapi di sisi lain, ia tahu gadis itu berhak tahu kebenarannya.

Setelah beberapa saat hening, akhirnya Soobin berbicara. "Masuk ke dalam dulu. Aku bakal jelasin semuanya."

Sejin mengangguk pelan. Pikirannya masih kacau, tapi ini kesempatan yang ia tunggu.

Malam ini, ia akhirnya akan mendapatkan jawaban.

Setelah masuk ke dalam rumah, Sejin menutup pintu dengan pelan. Langkahnya terasa berat saat mengikuti Soobin yang berjalan menuju ruang tamu.

Soobin duduk di sofa, menyandarkan tubuhnya sejenak, lalu menghela napas panjang. Seolah sedang menyusun kata-kata dalam pikirannya. Sejin duduk di seberangnya, menatap Soobin penuh harap sekaligus waspada.

"Aku nggak tahu harus mulai dari mana," kata Soobin akhirnya, suaranya terdengar lelah.

"Mulai dari awal," jawab Sejin tegas. "Aku mau tahu semuanya."

Soobin menatap Sejin lama sebelum akhirnya mengangguk. Ia menyandarkan sikunya ke lutut, lalu mulai bercerita.

"Nara itu adik kandungmu."

Soobin melanjutkan ."Kalian berdua adalah saudara kandung. Sebelum perceraian itu terjadi, kamu dan Nara tinggal dalam satu rumah. Tapi karena keadaan yang nggak bisa dihindari, Nara ikut ayah, kamu ikut ibu" Soobin terdiam sesaat. "Aku akhirnya harus memilih sendiri jalanku."

"Tunggu sebentar," kata Sejin, mencoba memahami semuanya. "Kenapa nggak ada yang pernah kasih tahu aku?"

Soobin menatapnya dengan mata yang sedikit sendu. "Karena ada hal yang lebih besar dari sekadar hubungan keluarga kita, Sejin."

𝐒𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧𝐥𝐲 | Choi Soobin ① ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang