14. Past and Truth

41 7 0
                                    

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Sejin terbangun karena teriakan Yuna yang sangat kencang. "Yuna!" Seru Sejin lalu berusaha berdiri, kepalang masih sakit karena benturan keras tadi.

Hening.

"Oh udah bangun?" Tanya Beomgyu yang masih berjongkok sambil memasukan sesuatu kedalam karung.

"Yuna mana!"

"Ini Yuna." Beomgyu menyodorkan sebuah tangan tanpa kuku yang berlumuran darah.

Sejin hampir memuntahkan sesuatu dari mulutnya. "I-itu bukan Yuna!" Elak Sejin.

"Loh nggak percaya? gua juga ngambil bayinya kok walau belum jadi bayi sih." Kata Beomgyu yang masih santai.

Sejin menampar pipi Beomgyu lalu memegang kerah bajunya. "Balikin Yuna kaya semula!" Teriaknya sambil menggoyangkan badan Beomgyu.

Beomgyu tersenyum. "Nggak bisa, dan nggak mungkin bisa." Balasnya.

"Bangsat!" Umpat Sejin kemudian mendorong tubuh Beomgyu.

"Berhubung lo udah mbantuin Yuna, Lo mau denger nggak rahasia Soobin kenapa gua nyuruh lo buat hati hati?"

Sejin mengelapi wajahnya yang basah karena air mata kemudian berbalik menghadap Beomgyu.

"K-kenapa?" Tanya nya sesenggukan.

"Soobin itu yang mbuat orang tua lo meninggal lho, lo nggak tahu ya? Miris banget."

Sejin melotot tak percaya. "N-nggak! Nggak mungkin, nggak usah bohong kaya gitu nggak ada untungnya." Elaknya.

Beomgyu menahan tawanya lalu mengangguk wajah Sejin dengan jarinya. "Waktu mereka pulang dari KUA mereka belum pulang. Soobin ngajak mereka ke suatu tempat terus mbunuh mereka disana."

"Dia masang alat control dimobil orang tua lo terus seolah olah mereka yang ngalamin kecelakaan itu. Emang lo percaya kalau mayat mereka nggak ditemukan karena hancur oleh bom?"

"E-emang nya enggak?"

"Tulang manusia itu keras, dan bom yang meledak itu nggak ada apa apanya jadi nggak mungkin juga mereka hancur karena bom."

Sejin masih shock dengan apa yang dikatakan Beomgyu, entah kenapa tapi dia rasa itu benar. Orang tua mereka pergi Soobin juga tidak ada dirumah waktu itu.

"Mamanya Soobin yang dulu juga dia bunuh karena nggak tahan sama sikapnya ke dia."

"Ke-kenapa Soobin mbunuh mama kandung nya? Kenapa Soobin mbunuh mama gua juga?!" Seru Sejin.

Cowok itu tertawa lagi. "Ya kalo bukan karena lo karena siapa lagi Jin?"

"Lo kan yang bikin perubahan besar dalam hidupnya? Terima aja, kadang sesuatu yang lo pikir bisa membantu orang lain malah justru lo yang kena akibatnya."

Sejin hanya diam menyesal.. menyesal? Tapi dia tidak terlalu menyesal karena Soobin merawatnya dengan baik.

"Gua saranin lo cepet cepet pergi dari kehidupannya Soobin, ntah itu memalsuin kematian lo atau mau mati beneran juga nggak papa yang penting lo cepet pergi."

Sejin menatap bingung wajah Beomgyu. "Kenapa gua harus pergi dari dia?"

Beomgyu agak terkejut dengan pertanyaan Sejin. "Lo nggak tahu ya Soobin itu lebih gila dari gua?"

"Le-lebih gila dari lo?! Soobin nggak mungkin nyiksa orang lah! Dia nggak kaya gitu!."

"Beneran. Lo inget situs dan foto yang ada dilaptop Soobin dan potongan kucing lo yang ada dikardus itu?"

Sejin menggeleng tak tahu. "Itu situs jual beli organ manusia, dan kucing kesayangan lo itu jadi bahan gabutnya Soobin, dia orang yang hati hati banget bahkan gua ga pernah tau kapan dia bohong ataupun jujur."

Sejin meneteskan air matanya, kini dirinya lelah dengan semua apa yang terjadi hari ini, apalagi kata kata Beomgyu membuatnya takut setengah mati pada kakaknya.

"Kenapa lo ngasih tau hal yang nggak menguntungkan buat lo ke gua?"

"Karena lo saudaranya Nara? Enggak deh, emm...  karena lo yang udah nyembunyiin Yuna dan ngerawat Yuna, jadi gua balas yang setimpal, anggep aja kayak gitu."

Nara lagi Nara lagi, siapa sih cewek itu? saudara? apakah adiknya?

Beomgyu sebenarnya sangat sayang dengan Yuna, tapi rasa sayang Beomgyu ia ibarat kan dengan sesuatu yang lain.

"Gyu, lo kok tahu semua yang rahasia yang bahkan orang terdekat gua aja nggak tahu?"

"Karena gua... Bener bener tahu semuanya. Oh iya gua gaakan ngusik kehidupan lo kok, tenang aja."

"Oke kalo gitu gua duluan." Sambung Beomgyu lalu pergi dengan membawa karung berisi potongan tubuh Yuna pergi.

Setelah Beomgyu pergi dari TKP, Sejin berdiri kemudian mencari cara untuk pergi dari sini, bukan kota ini.

Persetanan dengan Yuna yang sudah mati, kini hidupnya jauh lebih penting.

Ia berlari menuju keluar gang lalu hendak mencari taxi yang bisa membawanya jauh dari sini.

Namun yang muncul malah mobil yang sangat familiar dan berhenti didepannya. "Darimana aja kamu?" Itu Soobin yang menyusulnya, wajahnya panik.

Sejin menjauh dari tangan Soobin yang ingin menyentuhnya. "Tau darimana aku ada disini?" Ucapnya asal.

"Gua masang GPS di hp kamu. Ayo kita pulang." Ajak Soobin, cowok itu hendak menggandeng tangan Sejin.

Namun Sejin berjalan mundur agar tidak kena sentuhan Soobin. "Aku nggak mau pulang."

Kata kata Sejin cukup membuat Soobin tersentak. "Terus mau mu kemana?"

"Aku bakal tinggal bareng om. Kita nggak usah ketemu lagi toh kamu udah bukan kakak ku. Oh iya kita putus."

Sekali lagi kata kata Sejin membuat Soobin tersentak dan yakin jika Sejin sudah tau semuanya.

"Nggak! Nggak ada yang putus dan kita tetep tinggal berdua." Tegas Soobin.

Sejin menggeleng mantap. "Aku mau tinggal bareng sama om! Setelah itu kita lupain pernah tinggal bareng dan jadi saudara."

"Lagian gimana bayi yang ada dikandungan Arin? Kapan nikahnya? Biar aku kasih sumbangannya sekarang, jadi kita nggak usah ribet ribet ketemu."

Tatapan Soobin seketika menjadi kosong. Lalu menarik paksa tangan Sejin dan mendorongnya masuk kedalam mobil. "NGAPAIN KAMU!" teriak Sejin.

Soobin menjalankan mobilnya kearah.. rumahnya?

Soobin mengentikan mobilnya, ia baru ingat jika rumahnya menyendiri, dia tidak punya tetangga. Cowok itu menarik tangan Sejin untuk keluar dari mobil lalu memukul tengkuknya hingga Sejin pingsan.

❥•°❀°•༢

To Back Continue..

𝐒𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧𝐥𝐲 | Choi Soobin ① ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang