03. Tell

96 9 3
                                        

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Soobin membuka pintu kamarnya, lalu matanya langsung tertuju pada Sejin yang sedang duduk santai di sofa. Gadis itu asyik memakan biskuit coklat sambil menonton TV, ekspresinya penuh fokus seperti tidak peduli dengan dunia sekitar.

Niat usil Soobin langsung muncul. Dengan langkah santai, ia berjalan mendekat dan menjatuhkan dirinya di sebelah Sejin. "Bukannya belajar malah nonton kartun." komentarnya dengan nada menggoda.

Sejin hanya melirik sekilas, lalu mengangkat dagunya dengan bangga. "Biarin. Kamu nggak pernah lihat nilaiku yang selalu perfect itu ya?"

Soobin mendengus sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. "Hah? Emang pernah?"

"Ih! Kok nggak percaya sih?!" Sejin mengerucutkan bibirnya kesal.

Soobin tertawa kecil lalu menepuk kepala Sejin dengan tangan kanannya. "Ya iyalah, lha wong ngeliat kamu belajar aja nggak pernah."

Sejin mempoutkan pipinya lebih dalam, lalu kembali fokus menonton TV, mencoba mengabaikan kakaknya yang semakin menyebalkan.

Namun tiba-tiba, Soobin malah menjatuhkan kepalanya ke pangkuan Sejin.

Sejin langsung tersentak. "Eh?! Ngapain tiba-tiba tidur di paha aku?!" serunya kaget.

Soobin bergumam santai. "Males ngambil bantal."

Sejin melotot. "Trus aku jadi bantal hidup gitu?!"

Soobin hanya mengangkat bahu. "Anggap aja latihan biar lo nggak gelagapan kalau tiba-tiba ada temen gue."

Sejin mendengus, tapi akhirnya menyerah. "Terserah deh." Ia kembali mengambil biskuit dan mengunyahnya, meski dalam hati jujur sedikit malu. Kakaknya nggak pernah seberani ini sebelumnya.

Tapi belum juga semenit, Soobin malah terus menatapnya dari bawah. Matanya nggak berkedip, penuh perhatian.

Sejin mulai risih. "Apa sih? Nggak usah ngeliatin gitu, mau gue colok matanya?" tanyanya sambil mengangkat telunjuknya mengancam.

Soobin tetap diam, masih menatapnya dalam.

Sejin mengernyit. "Lo ngeliatin apa, hah?"

Soobin tersenyum tipis. "... Cantik."

DUK!

Satu pukulan mendarat tepat di kepala Soobin. Sejin memukulnya dengan kepalan tangan, membuat lelaki itu langsung terduduk sambil meringis kesakitan. "Aww! Kok main fisik sih?!"

Sejin berusaha mengontrol ekspresinya, padahal wajahnya sudah merah padam karena godaan Soobin.

Soobin, yang masih merintih kesakitan, malah tertawa kecil melihat reaksi adiknya. "Wih, pipinya merah tuh. Baper ya?" godanya lagi.

"GAK USAH NGOMONG!" Sejin mengambil bantal di sebelahnya lalu melemparkannya ke wajah Soobin.

Soobin hanya tertawa lebih keras, sementara Sejin berusaha mengontrol detak jantungnya yang anehnya jadi lebih cepat.

⋆.ೃ࿔*:・

"Widih, pagi-pagi gini mukanya ceria banget. Nggak kaya biasanya," sambut Ryujin sambil terus menyalin PR dari buku Yeji.

Sejin hanya terkekeh pelan.

"Biasanya Senin pagi muka lo kusut kek baju Ryujin yang belum disetrika. Kesambet apa lo?" ujar Yeji sambil melirik Sejin penuh curiga.

Sejin menyandarkan punggungnya santai. "Hari ini ada puding custard limited edition. Gua suruh pacar gua buat beliin. Tempatnya agak jauh, jadi mumpung ada yang bisa disuruh, gua males ribet ke sana."

𝐒𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧𝐥𝐲 | Choi Soobin ① ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang