prolog

298 12 0
                                    

".. Jin kita putus ya?"

Gadis yang dipanggil namanya kini berhenti berjalan lalu menoleh kearah Felix sambil mengerutkan kening. "K-kamu bercanda ya?" Tanyaku sambil menatap Felix kaget.

Felix menggeleng. "Enggak, aku serius" katanya, lalu melepaskan gandengan tangan mereka.

Sejin tertawa terbata bata tak ikhlas, "nggak usah bercanda kayak gitu Lix, nggak luc-"

"Aku nggak bercanda" kata Felix tegas sambil memandang Sejin dengan wajah sayu.

"K-kenapa? Kenapa tiba tiba ngajak putus? Aku salah ya?" Tanya gadis itu bertubi-tubi sambil menahan air mata, padahal baru kali ini ada laki laki yang tahan menjadi pacarnya lebih dari tiga bulan.

Felix tersenyum kecut. "Aku udah capek sama kamu, aku juga udah muak sama sifat kakak mu yang overprotektif itu."

"A-aku?"

"iya kamu sering cerita tentang kakak kamu pas kita lagi berdua, bukannya aku cemburu tapi ini kaya udah keterlaluan Jin. kamu juga sering ngajak kakak kamu tiap kita jalan berdua." kata Felix.

"maaf Lix, aku nggak bermaksud gitu. Aku cuma bingung mau cerita apa kekamu kalau lagi berdua lagian aku cerita cuma dua kali, dan kakak aku selalu maksa buat ikut pas kita mau kencan." Gadis itu berusaha menjelaskan.

Yah seperti biasa lagi lagi salah Soobin, kakaknya. Setiap kali Sejin pacaran, Soobin selalu mengusiknya, tentu saja bukan hanya gadis itu sangat merasa terganggu tapi Felix juga.

"Pokoknya aku mau kita udahan." Tegas Felix.

Sejin mengepalkan tangan, dan tidak bisa membalas perkataan Felix. "Maaf" dirinya menunduk, tanpa sadar gadis itu menangis.

Dia tidak bisa memaksa Felix untuk melanjutkan lebih dari ini, Sejin juga tau pasti kedepannya semakin buruk bagi Felix karena kakaknya.

Tangan besar Felix mengangkat wajah Sejin yang menunduk lalu mengusap air matanya dengan lembut. "Maaf ya Jin" ucap Felix lalu pergi.

Sejin hanya diam, memandang punggung Felix yang mulai menjauh dengan mata berkaca-kaca, kemudian menutup wajahnya lalu menangis.

⋆.ೃ࿔*:・


Sejin membuka pintu rumah dengan ekspresi kesal, dijalan tadi banyak yang mengamatinya karena menangis, tapi dia tidak peduli.

"Kenapa pulang kemaleman? Abis darimana sama pacarmu itu? Bilangin dia kalo nganterin gausah malem malem. Mending gua aja yang njemput." Sambut Soobin yang duduk disofa sambil meminum kopi.

Sejin hanya meliriknya sekilas lalu berjalan cepat menuju kamarnya.

Brak!

Soobin langsung sadar bahwa mata adiknya tadi sembab dan wajahnya merah.

Lelaki itu langsung mengetuk ngetuk pintu kamar Sejin. "Jin? Kamu kenapa nangis?" Tanya nya lembut sambil terus mengetuk pintu.

"KAMU PIKIR AJA SENDIRI!" teriak Sejin dari dalam.

"Aku bikin salah apaan?" Tanya Soobin bingung.

Sementara didalam kamar, Sejin malah menangis kencang. Pertanyaan seperti itu membuatnya tak tahan mengeluarkan air mata.

"Loh!? Tambah nangis? Kamu kenapa Jin? Buka dong!" Soobin masih setia menggedor nggedor pintu sambil memberikan pertanyaan bertubi tubi pada Sejin.

Tak lama kemudian Sejin membuka pintu kamarnya.

"Jin kamu kenapa sih?" Tanya Soobin lalu memeluk Sejin.

Sejin yang dipeluk hanya diam saja, lalu melepaskan pelukan Soobin. "Kamu mau sampai kapan sih ngikutin urusanku terus?!"

"M-maksud kamu?"

"Kak Soobin selalu mbuat aku putus sama pacar aku gara gara sifat kakak yang protektif itu! Kakak sadar nggak?" Tanya Sejin mengeluarkan air mata dan mendorong tubuh Soobin menjauh darinya.

Soobin membeku ditempat, baru kali ini dia membuat menangis Sejin. "Maaf" ucap Soobin, lalu memeluk kembali tubuh mungil Sejin.

"Tapi gua ngelakuin ini buat kebaikan lo, gua cuma t-takut lo nggak sayang lagi sama gua" kata Soobin.

"Mana mungkin kaya gitu kan! Kalo kaya gini terus aku bisa benci kamu" Jawab Sejin yang masih diam, ia tidak membalas atau melepaskan pelukannya.

Soobin hanya diam dan mengeratkan pelukannya.

❥•°❀°•༢

To Back Continue...

𝐒𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧𝐥𝐲 | Choi Soobin ① ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang