16. END

109 8 0
                                        

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-


BRUAKK!!

Pintu rumah itu mendadak didobrak dengan keras. Soobin yang berdiri di ambang pintu terhuyung ke belakang, nyaris kehilangan keseimbangan.

"Jangan bergerak!"

Seorang polisi berdiri tegap dengan pistol terarah langsung ke kepala Soobin. Dari balik kegelapan, lima polisi lain menyusul, mengepungnya dari berbagai sudut dengan senjata teracung siap menembak.

Sejin yang tadi nyaris kehilangan harapan akhirnya bisa menghirup udara bebas. Napasnya tersengal, tubuhnya masih gemetar hebat karena trauma. Dengan sisa tenaga, ia berlari tertatih ke belakang para polisi, mencari perlindungan.

"Makasih, Pak…" suaranya hampir tak terdengar. Air matanya mengalir, tapi hatinya sedikit lebih tenang.

Namun, yang terjadi setelahnya benar-benar di luar dugaan.

Soobin yang seharusnya panik malah... tertawa.

Bukan tawa biasa. Tapi tawa yang dalam, gelap, dan penuh kegilaan.

"Hahahahaha! Seriusan? Ini aja yang kalian kirim buat nangkep gue?"

Tanpa aba-aba, tubuhnya melesat cepat ke arah polisi terdekat.

BUGG!

Tinju Soobin menghantam wajah salah satu polisi dengan kekuatan brutal. Tulang hidungnya remuk seketika, darah menyembur deras.

DOR! DOR! DOR!

Para polisi berusaha menembaknya.

Tapi tidak ada satu peluru pun yang berhasil menyentuh tubuhnya.

"Gila… ini nggak mungkin…" salah satu polisi bergumam ketakutan.

Soobin terkekeh sambil menjilat darah yang menetes dari tangannya. "Kalian pikir pistol bisa ngelawan gue? Naif banget!"

Seperti monster haus darah, ia melompat ke arah polisi lainnya, meraih kepala mereka satu per satu, menghantamkannya ke dinding hingga suara retakan tulang menggema di ruangan. Jeritan kesakitan memenuhi udara, bercampur dengan suara dentuman tubuh yang roboh satu per satu.

Sejin hanya bisa menatap dengan ngeri.

Soobin… dia bukan manusia.

Dia iblis.

Polisi terakhir, yang tadi mendobrak pintu, menyaksikan semua itu dengan wajah pucat pasi. Kakinya bergetar, napasnya tersengal.

"Ini bohong kan…?" suaranya dipenuhi ketidakpercayaan dan ketakutan.

Tapi ini bukan mimpi.

Ini nyata.

Dalam kepanikan, ia berbalik dan berlari sekuat tenaga keluar rumah.

Namun, Soobin tidak membiarkannya.

Dalam sekejap, ia sudah ada di belakangnya, meraih pistol dari tangan polisi itu dan menekan moncongnya tepat ke jantung pria itu.

DOR!

Polisi itu terjatuh. Soobin tak berhenti di situ—dengan ekspresi penuh kepuasan, ia membidik polisi yang lain yang masih mengerang kesakitan di lantai dan menembaki mereka satu per satu.

DOR! DOR! DOR!

Tubuh mereka bergetar sebelum akhirnya tak lagi bergerak. Ruangan itu kini sunyi.

Penuh darah.

Dan Sejin tahu… harapannya sudah hancur.

Tidak ada yang bisa menyelamatkannya sekarang.

Tubuhnya ambruk, tangannya mencengkeram rambutnya sendiri. Air matanya mengalir tanpa henti. Ia menatap Soobin dengan pandangan kosong—tidak ada ketakutan lagi, hanya kepasrahan.

𝐒𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧𝐥𝐲 | Choi Soobin ① ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang