-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
Sejin tersentak. Kelopak matanya terasa berat saat ia berusaha membuka matanya. Kepalanya berdenyut, dan tubuhnya terasa pegal luar biasa. Saat kesadarannya perlahan kembali, ia menyadari sesuatu yang membuat darahnya membeku—tubuhnya diikat erat di kursi.
Ruangan di sekitarnya gelap, hanya ada cahaya temaram dari lampu gantung redup yang berayun pelan di langit-langit. Bau amis menyeruak di udara.
Tiba-tiba, sebuah suara yang familiar terdengar dari sudut ruangan.
"Akhirnya bangun juga, udah tiga hari kamu nggak sadar."
Sejin menoleh dengan cepat. Di hadapannya, Soobin duduk santai di sofa, satu tangannya menopang dagu, sementara tangan lainnya menggenggam pisau kecil yang ia putar-putar dengan santai.
"N-ngapain lo bawa gua ke sini!?" Sejin berteriak, suaranya serak karena kelelahan dan dehidrasi. Ia meronta-ronta, tetapi tali yang mengikatnya begitu kencang, membuat pergelangan tangannya terasa panas dan sakit.
Soobin tersenyum kecil, lalu berdiri. Langkahnya lambat namun pasti, mendekati Sejin seperti pemangsa yang mengincar mangsanya.
"Kok kasar sih? Biasanya manggilnya aku-kamu, kan?" suaranya terdengar lembut, tapi Sejin tahu ada ancaman terselubung di baliknya.
Tangannya yang dingin mengusap lembut wajah Sejin... sebelum tiba-tiba menamparnya dengan keras.
PLAK!
Kepala Sejin terlempar ke samping, bibirnya robek dan darah segar merembes dari sudut mulutnya.
"Kayaknya kamu udah tau banyak ya?" Soobin berbisik, suaranya dingin dan menusuk.
Sejin menggigit bibirnya, enggan menjawab. Matanya menatap lurus ke lantai, tidak berani menatap Soobin.
"Udah sejauh mana yang kamu ketahui?" Soobin bertanya lagi.
Sejin tetap diam.
"Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau orang nanya itu dijawab?"
Tanpa peringatan, tinju Soobin menghantam pipi Sejin dengan keras. Kursi yang didudukinya nyaris terjungkal, dan kepalanya terbentur lantai. Sejin berteriak kesakitan.
Soobin tertawa kecil, lalu mengangkat kembali tubuh Sejin dan mengembalikannya ke posisi semula. "Tenang aja, aku nggak bakal bunuh kamu, Jin."
Matanya bersinar liar saat ia mengelus pipi Sejin yang mulai membiru. "Aku sayang banget sama kamu."
Hening.
Sejin hanya bisa menatap kosong ke depan. Napasnya tersengal, dan hatinya berdetak kencang karena ketakutan.
"Aku udah nyingkirin Arin, lho."
Sejin menoleh cepat. Matanya melebar saat Soobin menarik sesuatu dari balik sofa dan menjatuhkannya di lantai dengan bunyi berdebam yang berat.
Tubuh Arin.
Matanya kosong, dan perutnya menganga lebar, dibelah hingga isi perutnya tak lagi ada. Bau anyir darah memenuhi ruangan.
"Lihat? Dia bohong. Aku nggak ngehamilin dia." Soobin berucap santai, seolah yang baru saja ia lakukan hanyalah sebuah eksperimen biasa.
Sejin merasakan perutnya mual. Ia ingin muntah, tapi perutnya kosong selama tiga hari ini. Yang keluar hanyalah cairan asam lambung yang membuat tenggorokannya perih.
Tapi teror belum berakhir.
Soobin mendorong kursi Sejin agar menghadap ke belakang. Yang dilihatnya membuat napasnya tercekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/262652689-288-k661996.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧𝐥𝐲 | Choi Soobin ① ✔️
RomanceSoobin, cowok dengan banyak rahasia yang orang orang terdekatnya tidak tahu. "Soobin itu bener bener nggak waras." "Dia lebih gila daripada gua, jadi hati hati." enjoy with the story!!🫶🏻