-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
Jam dua pagi, Sejin terbangun dari tidurnya, merasa tubuhnya sangat dingin. Ia menggigil, lalu dengan malas bangkit dari tempat tidur sambil membawa selimut dan berjalan menuju kamar Soobin. Entah kenapa, malam itu suhu tubuhnya terasa sangat rendah.
Tok, tok, tok!
Sejin mengetuk pintu kamar Soobin dengan pelan, menyadari bahwa kamar kakaknya selalu terkunci rapat dan dia tidak boleh masuk tanpa izin. Sejin menunggu beberapa detik, berharap Soobin akan membuka pintu.
Pintu akhirnya terbuka, dan Soobin terlihat setengah terjaga, mengucek matanya dengan bingung. "Kenapa?" tanyanya dengan suara serak, mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan malam.
Sejin hanya menggigil sedikit, memandang Soobin dengan mata yang mengantuk. "Temenin tidur, dingin," ucapnya dengan suara pelan, tapi penuh harapan. Tubuhnya memang merasa sangat kedinginan, dan dia hanya ingin merasa hangat.
Soobin terdiam sejenak, lalu mengangguk. Tanpa berkata lebih banyak, dia keluar dari kamarnya dan mengunci pintu di belakangnya. Dia mengikuti Sejin menuju kamar adiknya, dan tanpa ragu berbaring di sampingnya.
Sejin memeluk selimutnya lebih erat, berusaha menghangatkan dirinya, sementara Soobin duduk di sebelahnya. Dia mengusap rambut Sejin dengan lembut, seperti biasa. Namun, wajah Soobin tiba-tiba menunjukkan kerutan kecil di dahinya. "Panas..." gumamnya pelan, monolog dalam hati, merasakan suhu tubuh Sejin yang lebih hangat dari biasanya.
Sejin merasa nyaman dan sedikit lega, namun dalam keadaan setengah terlelap, dia tidak bisa menahan rasa hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Suasana itu menjadi tenang, hanya terdengar suara detak jantung mereka berdua dan hembusan napas yang lembut.
⋆.ೃ࿔*:・
"Sejin, bangun..." Soobin menepuk pelan pipi adiknya yang masih terlelap di ranjang.
"Hmm?" Sejin mengerjap matanya, terbangun tiba-tiba, dan langsung melihat sekeliling. "Jam berapa ini!?" ia terkejut, karena suasana di sekelilingnya berbeda dengan saat ia bangun biasanya.
"Soalnya udah jam 7 kurang sepuluh menit," jawab Soobin sambil tersenyum melihat adiknya yang masih linglung.
Sejin langsung duduk, memegangi kepalanya yang pusing. "Kok nggak dibangunin dari tadi sih!?" Suaranya sedikit parau karena baru bangun tidur.
"Tenang aja, kamu demam," jawab Soobin dengan nada lembut, mencoba menenangkan Sejin. "Kamu nggak usah masuk sekolah dulu. Sarapan dulu, ya?"
Sejin mengerutkan kening, bingung. "Kenapa sih? Aku baik-baik aja..."
Soobin tersenyum dan dengan lembut menyodorkan handphone Sejin. "Kamu nggak usah khawatir, aku kabarin temen kamu aja kalau kamu nggak masuk."
Sejin merasa tubuhnya terasa berat. Sambil menyerahkan handphone kepada Soobin, ia hanya mengangguk pasrah. Hidungnya terasa mampet, tubuhnya menggigil, dan matanya kembali berat, siap untuk kembali terlelap.
Soobin menelpon Ryujin. "Hallo? Ryujin?" suaranya terdengar jelas.
"Iya, Sejin?" jawab Ryujin dengan suara yang masih terbangun.
"Gua pacarnya Sejin," Soobin menjelaskan dengan santai. "Hari ini dia nggak masuk sekolah karena sakit. Bisa dipamitin nggak?"
"Oh, cowoknya ya? Bisa kok, gua bikinin surat izin kalau gitu," jawab Ryujin antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧𝐥𝐲 | Choi Soobin ① ✔️
RomanceSejin mengalami patah hati setelah kekasihnya, Felix, memutuskan hubungan mereka karena merasa tertekan oleh sikap protektif kakaknya, Soobin. Felix merasa bahwa hubungan mereka bukan hanya melibatkan dua orang, tetapi juga Soobin yang selalu ikut c...
