BAB 2 : PEEING

51 11 1
                                    


SAVE ME

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAVE ME

~

🦋🐰🦋🐰

Jeon Jekey mengayuhkan tangan kanannya lurus kedepan. Menarik pelatuk pistol hitam yang ia genggam tepat pada sasaran targetnya yang tengah terbaring di depan sana.

Tak butuh usaha lebih, hanya satu tarikan pelatuk saja tepat dikepala, darah segar sudah mengalir mengotori lantai semen ini. Jekey mengelap pistol dan pergi dari ruangan tempat ia menyekap gadis itu.

.

.

Aera baru terbangun kembali ketika sadar tubuhnya tengah diangkat dan didudukkan bersandar pada dinding. Entah dia dibawa kemana, apa sudah pagi atau masih malam. Ia tak tahu karena ruangan ini lebih gelap dari dua ruangan sebelumnya. Udara di ruangan ini juga tak bagus, sesak namun lebih dingin dari lantai yang dia duduki.

Ikatan ditangannya masih terasa, namun kali ini lebih ringan? Tak berat seperti semalam. Aera membuka kembali kedua matanya, mengerjap beberapa kali, mengumpulkan kesadarannya. Didepannya ada pria itu, sibuk mengikat kaki Aera dengan... tali, bukan rantai besi seperti kemarin. Tapi kenapa?

"Hari ini diam. Jangan bicara atau berteriak. Tak ada ampun lagi jika kau bicara. Kau akan benar-benar kehilangan nyawamu jika tak menurut. Mengerti?"

Aera hanya mengangguk lemah, samar-samar mendengar pria itu bicara, tubuhnya terasa sakit panas dingin, sudah dipastikan masuk angin. Perutnya juga berbunyi daritadi. Butuh asupan makan dan minum untuk mengganjal perutnya.

Jeon Jekey membuka sedikit plester yang menempel pada bibir Aera, menyelipkan sedotan agar gadis itu bisa minum. Jekey juga memberikan roti untuk mengganjal perut kelaparan Aera.

"Jangan bicara, apa kau dengar? Jangan berteriak jangan bersuara. Mengerti?"

"Aku tidak berbicara dari tadi kan." Aera mengangguk sambil fokus menghabiskan roti dan minumnya, gadis itu memberikan pose mengunci mulutnya dengan sedikit mengangkat kedua tangan yang terikat di depan.

Pria itu menutup kembali plester di bibir Aera, sambil berdiri kembali memperingatkan. "Tak lama, nanti... kau akan aku bawa pergi dari sini." setelah mengatakan itu Jekey naik keatas tangga tak lupa mengunci pintu bawah tanah, meninggalkan Aera sendirian.

Dalam benak Shin Aera ia tak tahu apakah harus mempercayai pria itu atau tidak. Kenapa tiba-tiba sikapnya berubah seakan-akan dia pria yang baik? Tetapi bisa saja itu hanya akal-akalannya agar dirinya tetap diam.

Semoga saja pria itu memang pria yang baik.... Aera menutup kedua matanya, gudang bawah tanah ini mengerikan. Ia takut sekali tapi ia tak boleh bersuara. Dia hanya bisa menunggu dan bersabar.

"Oi!" Min Suga menggedor pintu dengan satu tangan. Tak lama pintu pun terbuka menampilkan Jeon Jekey dengan kedua tangan penuh noda darah.

Suga tersenyum licik tak perlu diberitahu ia sudah mengetahui rekannya itu melakukan tugasnya dengan baik. Suga masuk kedalam, memang tercium aroma anyir dari kamar disebelah kanannya. Pria itu tak mendekat, hanya duduk di sofa usang sambil mengeluarkan amplop coklat.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang