BAB 15 : ANGER

9 1 0
                                    

Seseorang baru bangun tidur itu, ibarat nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Jadi apapun yang dirasa enak dan nyaman akan dicarinya. Termasuk Shin Aera yang sekarang tengah bersandar di pangkuan Jeon Jekey dengan dagunya yang ia topangkan manja di bahu kekar sang kekasih. Bukan Jekey yang menariknya kedalam pangkuan. Namun gadis itu sendiri yang pagi-pagi keluar dari kamar langsung duduk di atas paha empuk itu. Mencari posisi yang nyaman untuk sekedar mengumpulkan para nyawa yang belum sepenuhnya sadar.

"Pagi-pagi ngelunjak ya? Ani, ini sudah siang." Jeon tuki menaikkan sebelah alisnya merasa aneh saja karena kali ini Aera yang berani naik ketubuhnya, walau bukan dalam artian yang lebih berbahaya ya. Jangan berpikir macam-macam Jeon Jekey. Namanya juga orang baru bangun tidur, percuma saja di omeli, apalagi sosok keras kepala seperti Shin Aera.

Sementara tuan putri itu mukanya mendekat pada ceruk leher Jekey dengan tangan yang mengalung indah di bahu sebelah kekasihnya yg nganggur itu.

"Kalo kamu disini terus aku tak bisa masak. Kalau tak ada makanan nanti kamu mengomel." Tanpa sadar berbicara seperti itu, rasanya seperti sudah menikah saja.

"Aku tak akan mengomel, masih ingin peluk." Kini posisi duduk Aera seperti koala yang menempel di batang pohon. Duduk berhadapan dengan kaki disebelah pinggang pria itu. Aera sedang melakukan ritual chargernya, mengisi energi cinta dari sosok Jeon Jekey tercinta. Hmph, terdengar sangat bucin nona Shin Aera.

Ditengah keasikan mengecas tersebut, ponselnya tiba-tiba berdering. Padahal seingatnya ia tidak ada jadwal bekerja hari ini.

"Ne, yeobseo?" tanpa melihat siapa yang menelpon, Aera menjawab panggilan tersebut dengan masih lendotan di bahu Jekey.

"Aera yaaaa. Kamu masih dirumah temen lamamu? Hari ini ayo makan siang bersama." Itu suara Jimin, bikin kaget saja, nyawanya seperti langsung terkumpul begitu mendengar suara kakaknya itu.

"Oh Oppa... Tapi aku sudah makan." Makan apanya, padahal dirinya baru bangun siang begini. Matanya sembari noleh pada Jekey dipelukannya. Memanyunkan bibir sedikit karena dapat ajakan keluar oleh Jimin, padahal ia ingin berleha-leha di rumah bersama Jekey saja.

"Benarkah? Bukankah kamu itu bangunnya selalu pas jam makan siang kalau tidak ada jadwal." Sindir Jimin iseng yang serba tahu seluk beluk perilaku adiknya itu.

"Jadi kamu tak ingin pergi bersamaku? Padahal aku sudah bawa sesuatu untukmu." Oleh-oleh dari Pulau Jeju.

"Apa itu Oppa? Hm, baiklah aku akan pergi bersamamu." Masih sambil melihat Jekey yang daritadi tidak membalas tatapannya, sibuk sendiri dengan remote tv. Jadinya Aera memutuskan untuk keluar saja bersama Jimin.

Senyum manis Jimin pun merekah, tahu bagaimana harus membujuk adiknya yang sekarang ini susah sekali untuk diajak bertemu. Entah mengapa, pria itu tidak tahu saja bahwa sudah ada pria yang mengisi hati Shin Aera saat ini. "Aku jemput ya?"

"Tidak, aku pergi sendiri saja. Kita bertemu ditempat makannya." Begitu Jimin mengiyakan, Aera langsung menutup sambungan telponnya dan menangkup wajah Jekey untuk menoleh padanya sebentar saja.

"Oppaku mengajak bertemu, aku pergi sebentar ya?"

"Oh, pergilah. Aku jadi bisa istirahat." Balas Jekey acuh sekali saja menatap balik Aera. Sebenarnya tidak perlu dijelaskan pun dia sudah tahu, suara Jimin terdengar sampai ketelinganya. Matanya boleh saja melihat layar tv, tapi telinganya daritadi aktif menguping.

Sungguh jawaban yang tak terduga bagi Aera, dia pikir akan mendapat jawaban tidak boleh. Tapi ternyata Jeon Jekey mengizinkan, padahal awalnya Aera hanya mengetes Jekeynya daritadi acuh. Apa boleh buat, dia ketemu Jimin saja hari ini.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang