Terlepas dari kesibukan di siang hari dalam menjalankan pekerjaan sebagai seorang dokter, Shin Aera berjalan santai keluar dari ruangan bangsal pasien VIP di lantai ketujuh rumah sakit Hee San Hospital yang menjadi tempatnya bekerja selama ini. Ini adalah hari pertamanya bekerja lagi sebagai seorang dokter, setelah berbulan-bulan yang lalu dia dirawat karena kecelakaan yang menimpanya akibat menjadi tawanan seorang Jeon Jekey.
Sudah pasti, sedikit banyak yang telah berubah dalam kehidupannya. Seperti, caranya memandang orang asing maupun orang terdekat, dirinya sekarang menjadi lebih waspada. Waspada akan hal-hal berbahaya seperti tempo hari yang mungkin akan menimpanya lagi.
Berjalan santai seolah tidak terjadi apa-apa, mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya penasaran tentang berita kehilangannya. Namun, belum ada yang berani menanyakannya langsung perihal ada apa sebenarnya dengan dirinya belakangan hari ini. Aera tidak ingin ambil pusing, tak ingin pula memuaskan hasrat para rekan kerjanya yang hanya sekedar ingin tahu.
Ia memilih duduk di kursi meja paling tepi dekat dengan jendela sambil menikmati makan siangnya sendirian, menghadap pada pemandangan taman kantin yang dihias rintik hujan dan awan mendung, belakangan ini hujan turun tak menentu, padahal tadi sepertinya sinar matahari yang masih menemaninya.
Sekitar lima belas menit ia menghabiskan nasi bentonya, Aera menatap pada layar ponselnya. "Ah.. kau menyala disaat yang tepat." gumamnya sendiri sambil mengecek notif yang muncul dari grup rekan satu timnya. Senyuman terukir ketika membaca isi pesan tersebut. Bahagia baginya itu sederhana, rapat hari ini ditiadakan. Akhirnya dia bisa beristirahat untuk memulihkan kembali energinya.
.
.
Dan di sinilah sekarang Aera berada, di dalam bus angkutan umum dengan setelan santainya, kemeja biru dan celana panjang hitam. Duduk di tepi jendela sambil mendengarkan musik dari earphone yang terpasang disalah satu telinganya. Bus itu melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan halte yang berada tepat disamping kawasan Hee San Hospital.
Tanpa gadis itu ketahui, jauh dari dalam mobil sedan hitam sepasang mata pemilik iris silver yang ia kenal tengah menatap kepergian bus yang ditumpangi Aera.
Jeon Jekey duduk di kursi kemudi dengan satu tangan mengelus kening dalam gerakan lambat. Merasa seperti orang linglung ketika sadar mobilnya sudah berhenti tak jauh dari rumah sakit tempat Aera berada. Jackpotnya lagi, hari ini tanpa di duga melihat sosok yang sudah dua bulan lebih tak pernah ia lihat lagi. Wow.. sungguh beruntung Jeon Jekey...
Namun akal sehatnya dengan cepat kembali sadar dalam kenyataan. Bukan sekarang waktunya untuk membuntuti gadis itu, ia harus segera mengisi perut keroncongnya agar bisa menjalankan misi lain yang telah menanti pada daftar pekerjaannya. Maka dari itu pria Jeon ikal tersebut berbalik arah menuju ke kediamannya.
Dalam perjalanan, Jekey tak berhenti merutuki dirinya sendiri yang tanpa sadar dipenuhi pikiran tentang Shin Aera. Rasa lega tentu tak dapat ia sembunyikan saat melihat gadis itu dapat beraktivitas kembali setelah apa yang menimpanya.
"Ada apa denganku..." Matanya melirik pada kedai makan tak jauh dari dirinya mengendarai mobil, Jekey pun menghentikan mobil dipinggir jalan. Berniat ingin membeli makan siang yang terlambat. Pasti karena perutnya yang mulai kelaparan, pikirnya tentang isi otaknya yang mulai tidak rasional itu.
Belum sempat turun dari mobil, ponselnya berdering. Tanpa melihat layar ponsel, Jekey mengangkatnya karena sudah tahu pasti siapa dibalik panggilan telpon tersebut.
".................", tak langsung menjawab, ia lebih suka lawan bicaranya yang mengatakan sesuatu duluan.
"Ya, Jeon, kau sudah menyelesaikan misinya?" lontaran pertanyaan menyambutnya dari sebrang panggilan telpon. Suara bass seorang Min Suga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME
FanfictionMenjadi tawanan seorang pria tampan misterius dalam kurun waktu berminggu-minggu membuat Shin Aera lambat laun merasakan hal yang janggal pada dirinya sendiri. Rasa benci dan takut harusnya ia rasakan saat berdekatan dengan pria itu. Namun entah men...