BAB 17 : ACCIDENT

17 1 0
                                    

Tidak seperti biasanya, hari ini bangun-bangun Aera mendapati dirinya berada sendirian di dalam apartemen Jekey. Sudah dicari kemana-mana tetap tidak ada sosok pria itu disini. Tega sekali meninggalkannya sendirian. Padahal Jekey sendiri sudah tahu Aera tidak suka ditinggal sendirian di dalam apartemennya yang cukup besar itu. Aera duduk di atas sofa yang terdekat dengan jendela. Menatap butiran salju pertama yang turun di musim dingin ini. Kemana perginya manusia tuki itu diluar pasti sangat dingin.

Tak lama berselang, dikeheningan tersebut dering ponselnya menggema, Aera langsung mengangkat telponnya ketika sudah tahu siapa yang menelpon pagi ini.

"Ada lauk yang mau kamu makan pagi ini?" itu suara Jekey disebrang sana. Shin Aera yang masih terdiam berpikir sekaligus masih mengumpulkan nyawa walaupun sudah mandi tetapi mukanya masih muka bantal.

".... Jjajangmyeon." pinta Aera setelah terdiam lama. Selesai menelpon, perutnya langsung bunyi. Sebentar nak, appamu akan segera datang membawakan jjajangmyeon. Begitu mungkin yang ada di pikiran Aera sambil mengelus perutnya, mendamaikan anak cacing yang tengah meronta di dalam sana.

Jung Ziya baru saja sampai di ruang kelas di kampusnya, baru hendak melangkahkan kaki masuk kedalam. Teriakan dari mahasiswa lain membuatnya terkejut, selanjutnya gerombolan teman-temannya berlari dari dalam sana menuju keluar kelas. Terdengar ada yang sambil berteriak "cepat turun!" begitu.

"Apa? Ada apa? Oh Hasa Jeon! Tunggu aku!" Ziya melihat sosok yang dikenalinya. Teman dekatnya walau beda jurusan. Berlari melewatinya namun tangannya Ziya ikut di gandeng bersama berlari kebawah dalam kepanikan yang tiba-tiba itu. Jadi mereka kini berlari bersama sampai ketempat parkir motor. Setelah dirasa sudah aman genggaman tangan itu pun terlepas.

"Oh- Oppa... Aku melihatnya, lima menit yang lalu dia ada disini. Tapi tiba-tiba disuruh turun. Aku juga gak tahu ada apa aku hanya panik-" Ziya refleks terkejut dan mencoba mengambil ponselnya yang tiba-tiba direbut oleh Hasa.

"Hyung, ini aku. Ziya baik-baik saja. Tidak usah ke sini." Hasa memberitahu dalam panggilan telpon Ziya pada Suga. Karena panik, sambil berlari pun sempat-sempatnya menelpon Suga. Setelah panggilan terputus, pria tinggi dengan setelan jaket kulit itu pun mengembalikan ponsel Ziya kepada si empunya. "Kamu ini harusnya tidak usah telpon Suga segala." omel Hasa yang juga mengenal Suga, kekasihnya Zi.

"Itu karena aku baru merasa aman ketika mendengar suaranya Suga. Aku juga tidak tahu kamu ada disini. Seminggu tidak melihatmu dikampus, aku pikir kau sudah mati." ceplos Zi santai memasukkan kembali handphone kedalam tasnya.

"Ada apa tadi? kenapa disuruh keluar?" baru sempat bertanya karena tadi masih dalam kepanikan. Tapi Hasa tidak menjawab pertanyaannya dan malah bergegas naik keatas motor besarnya.

"Ayo naik, kasi tau Suga ketemu di cafe saja untuk menjemputmu." setelah mengatakan itu, Hasa langsung membonceng Ziya dan mengendarai motornya kilat menuju ke cafe.

"Apa yang terjadi?" Suga langsung melemparkan pertanyaan pada Hasa dan Ziya ketika sudah sampai di cafe. Rasa lega tersirat ketika melihat kekasihnya aman tanpa cacat sedikitpun. Dari tadi memang sudah khawatir karena hari ini Ziya pergi sendiri ke kampus tanpa diantar olehnya.

Hasa menceritakan apa yang pagi ini terjadi, adiknya, Jeon Jekey berulah lagi dan untungnya dia ada di lokasi kejadian sebelum sesuatu menimpa temannya itu.

"Jadi bocah itu masih berulah? Dia pikir ancamanku cuman main-main..." Suga bergumam rendah tidak terlalu didengar oleh Ziya yang kini sibuk bolak balik ke meja kasir meminta satu pesanan makanan ringan lagi. "Sepertinya aku harus mengacau milikknya agar dia jera." Suga menoleh pada Hasa. Mereka bertiga termasuk Jekey sudah saling lama kenal. Tentu saja pertama karena Jekey dan Suga sekelas waktu dibangku sekolah dulu. Dan Hasa adalah kakak kandungnya Jekey. Otomatis Suga juga kenal dengan dua kakak beradik tuki ini.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang