BAB 8 : TEASE

27 4 0
                                    


Aera terbangun mendengar suara gemuruh petir di siang hari. Hari ini hujan turun cukup deras. Bangun-bangun tubuhnya kedinginan akibat jendela yang tak pria Jeon itu tutup. Jekey juga tertidur di disamping Jendela. Tubuhnya menyandar pada tempat duduk yang menempel di sisi jendela. Angin sepoi- sebelum mereka tertidur tadi kini berubah menjadi angin ribut. Kertas yang berada di atas meja sampai berantakan. Shin Aera menutup kedua jendela pelan-pelan agar tak membangunkan pria yang sudah menjadi kekasihnya itu. Sedikit melirik pada Jekey yang tak bergeming dengan keadaan kacau diluar sana. Nampaknya ia sangat lelah. Aera menikmati pemandangan wajah tertidur Jeon Jekey sejenak, sebelum pria itu...

Bangun...

Dan baru saja ia memikirkan takut membangunkan Jekey, kepala pria itu sudah jatuh pelan di atas bahunya. Beruntung Aera masih berdiri disampingnya, ia pun pelan-pelan memegang kepala kekasihnya dan membenarkan posisi kepala berat dan keras itu.

Namun sebuah tangan lainnya perlahan memeluk pinggang ramping Shin Aera. Hal itu membuat jantungnya berdebar tak karuan.

"Hmmm. Kamu pura-pura tidur." Aera menyipitkan mata, kekasihnya ini sangat mudah ditebak jika menyangkut hal seperti ini.

"Tidak kok. Aku beneran tertidur tadi." Jekey bersuara parau, khas bangun tidur siang. Matanya masih terpejam, wajahnya semakin menempel pada ceruk leher Aera.

"Ah berarti aku yang membangunkanmu tadi." Aera mengigit bibir bawahnya, sedikit mengintip Jekey yang seperti kucing saja ndusel ndusel begitu. Tangannya bertengger canggung di kepala Jekey.

"Kenapa canggung begitu? Kita sudah ciuman beberapa kali." Ujarnya dengan memberikan kecupan lainnya di leher jenjang Shin Aera. Kecupan itu semakin menjadi, Aera hampir lengah. Ia pun sedikit melonggarkan jarak diantara mereka. Namun pria kelinci ini keras kepala tak mau melepaskan pelukannya. Malah sengaja mengigit gemas leher Aera. Setelah itu baru dilepaskan.

Sontak Aera terkejut, seperti kena setrum tiba-tiba, ia jadi terdiam dengan muka memerah. "NAKAAALLL!"

Saat sang gadis ingin melarikan diri Jekey segera menarik lengan kanan Aera dan memeluknya dari belakang. Ia memiliki hobi baru sekarang, yaitu memeluk Shin Aera. Dagunya di taruh diatas kepala gadis itu, posisi Aera masih berdiri membelakanginya, sementara Jekey sendiri sudah duduk manis sambil merapatkan kembali tubuh mereka berdua.

"Hm? Habis ini mau pergi keluar? Date?"

"Apa? Date?" Aera tersenyum sejenak, dalam perutnya kupu-kupu semakin berterbangan. Sensasi sakit perut itu datang lagi.

"Kamu tak mau, karena takut di jalan bertemu mereka?" Jekey sudah menduga ketika Aera lama menjawab pertanyaannya. Biasanya gadis itu kemarin selalu mengajaknya keluar katanya bosan dirumah.

"Hm, kalau ketemu mereka semua. Kita bisa dalam bahaya. Maksudku... Pria bernama Suga itu, lalu Ibunya Jimin... Belum lagi pria yang kemarin.... siapa? Dia memanggilmu adik." Aera menoleh pada Jekey.

"Kalau ada salah satu dari mereka, kita tinggal lari."

"Iya... tapi mau sampai kapan berlari? Kemarin kita melompat dari atas gedung. Jangan melompat lagi ya. Bahaya." Aera mengoceh, ia tak suka melompat-lompat seperti kemarin. Sejujurnya ia takut ketinggian.

"Hm.. lagipula kemarin itu lompatnya tidak terlalu tinggi. Kamu kan jatuhnya sama aku. Diatas kasur bekas bersamaku juga."

"Iya, tetap saja. Itu pengalaman pertama yang menegangkan."

Jekey mengusap-usap dagu Aera gemas "Hm, pengalamanmu akan bertambah sayang."

Aera menatap wajah Jekey, jadi seperti ini rasanya... merasakan genre action dan romance secara bersamaan. Adrenalinnya dipermainkan belakangan ini. Seperti bermain roller coster saja. Biasanya ia hanya menonton dalam drama bergenre action dan romance. Siapa sangka ia mengalaminya sendiri sekarang.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang