BAB 12 : SERENDIPITY

18 1 0
                                    

Sebelum membaca jangan lupa Votenya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum membaca jangan lupa Votenya ya


~ SAVE ME~

🐰🦋🐰🦋


Aera melangkah masuk kedalam apartemen Oppanya, Cho Jimin. Akhirnya, setelah berbulan-bulan di rawat di kamar rawat inap yang membosankan, sore ini dia dibolehkan pulang oleh Jimin.

Tentu saja keduanya senang, Jimin senang Aera bisa segera pulih. Aera pun senang akhirnya dapat hidup normal lagi.

Akan tetapi mereka berdua tak kembali ke rumah kediaman orang tua mereka, orangtua angkat Aera. Itu karena permintaan Shin Aera sendiri yang tak ingin merepotkan dan membuat ayah tercintanya khawatir. Selain itu ada hal lain yang membuatnya enggan untuk tinggal bersama ibu angkatnya. Ibunya Cho Jimin. Tentu ingatan Aera tentang hal itu tidak terhapus sedikitpun, perihal dugaan tentang Ibunya Cho Jimin yang merencanakan kasus penculikannya. Aera tidak ingin menceritakan hal itu pada Oppanya, ia juga belum mendapatkan bukti. Dirinya tidak mau hubungan Jimin dan Eommanya menjadi rusak karenanya.

"Aduh!" Aera mengaduh, kepalanya terbentur punggung belakang Jimin. Pasalnya daritadi dia terus membuntuti pergerakan Jimin hingga berada di ruang tengah dan pria itu berhenti mendadak.

Jimin menoleh kebelakang ketika mendapati kepala adiknya menabrak dirinya. "Kamu anak ayam? Ngekor terus?" Jimin terkekeh, mengusap-usap kepala Aera sambil sebelah tangan satunya melepas masker hitamnya.

"Aku mandi dulu, kamu mau mandi bareng tidak? Dulu waktu kecil kita sering mandi bareng." Jimin menampilkan eye smilenya hingga matanya tertutup.

Sontak saja Aera melotot sambil tersipu malu. "Ih! Itu waktu kecil, sekarang sudah besar." Aera mendudukkan diri di sofa berwarna coklat. "Aku sudah mandi tadi oppa, sebelum pulang."

Jimin lagi-lagi terkekeh melihat reaksi Aera, "Pipimu merah gitu, sama Oppa sendiri padahal, bukan orang lain sayang." Pria Cho itupun masuk kedalam kamar mandi dengan senyuman jahilnya yang masih merekah. Sudah lama rasanya tidak menjahili adiknya seperti ini.

Sementara Aera yang sedikit merasa lelah itu lantas berbaring di sofa di ruang tengah. Ia memejamkan kedua matanya, mengistirahatkan sejenak kaki dan tubuhnya. Berbulan-bulan berbaring di dalam kamar rawat inap membuat tubuhnya cepat lelah. Rasanya badannya harus beradaptasi segera mungkin agar dapat pulih sepenuhnya.

Sepuluh menit kemudian Cho Jimin sudah segar keluar dari kamar mandi, rambutnya yang setengah basah, menambah kesan seksi seorang dokter muda yang sukses itu. Jimin sudah berpakaian santai, setelan celana tidur hitam dan kaos putih. Ia melihat adiknya sudah terkapar di atas kursi sofa. Jimin jalan mendekati Aera yang masih berbaring disana.

Pria Cho itu melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul enam lewat, dari dulu adiknya ini selalu gampang tertidur dimanapun ketika sudah lelah beraktivitas seharian. Dan ujung-ujungnya dia yang membawa dan memindahkan Aera untuk tidur di tempatnya.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang