BAB 14 : OLD FRIENDS

11 1 0
                                    

Mengawali pagi hari dengan hal menyenangkan, mendapati dirimu bangun di atas kasur sang kekasih, melihat pemandangan dia yang sedang memasak sarapan untukmu hingga menyantap sumber energi pertama dipagi hari bersama-sama. Setidaknya sampai disitu awal pagi hari yang menyenangkan bagi Shin Aera. Setelahnya seperti jatuh dari atas kasur, terlalu singkat untungnya tidak terlalu menyakitkan. Dia harus menerima kenyataan Jeon Jekey yang sekarang sudah menjadi kekasihnya itu bukanlah Pria yang romantis. Tidak kenal kata manis, yang ada hanyalah cuek dan dingin. Tipe-tipe karakter Tsundere kalau di anime-anime.

Aera sudah berharap hari ini pergi kerja diantar sang kekasih. Namun apakah kalian tau apa jawaban Jekey ketika Aera menyinggung soal berangkat bersama?

"Aku tidak antar. Kamu kan bawa mobil."

Oh iya, Aera lupa, kemarin sore menyetir sendiri mobilnya tak tentu arah hanya untuk menghabiskan waktu luangnya karena tidak suka berada di apartnya sendiri dan berakhir di apartemen Jekey sebagai tujuan akhirnya. Atau memang itu tujuan awalnya.

Jujur Aera sedikit kecewa ketika Jekey benar-benar tidak mengantarnya, pagi hari ini berakhir begitu saja di meja makan. Bahkan ketika Aera hendak berjalan keluar menuju pintu apart, Pria Jeon itu masih duduk di kursi mengunyah sandwichnya tak bergerak untuk sekedar mengantar kepergian kekasihnya. Jeon Jekey hanya bilang hati-hati. Itu saja. Sungguh luar biasa.

Dan benar saja, sampai Aera menginjakkan kembali apartmentnya untuk mandi dan berganti baju bersiap untuk berangkat kerja. Tidak ada satupun pesan dari manusia tuki itu.

"Apa? Hari pertama katanya? Ini tidak ada bedanya dengan hari pertama dia menculikku." Kesal karena terlalu berharap pada manusia dingin. Sambil mengomel, tak terasa hanya lima belas menit ia sudah selesai bersiap-siap. Tidak terlalu banyak memakan waktu, karena sejujurnya Aera tidak suka berlama-lama di apartnya sendiri. Turun kebawah keluar dari lift, begitu sampai di halaman apartnya ponsel yang ia genggam bergetar.

Satu pesan masuk,

"Turun dalam 5 menit, jika tidak keluar juga aku tinggal."

Dan nama pengirimnya adalah 'manusia tuki'. Aera belum menamai nomor Jekey dengan benar. Kepalanya pun bergerak celingak-celinguk mencari keberadaan mobil manusia tuki itu, begitu mendapatkan plat nomor yang dikenal Aera langsung saja mengacir jalan tapi setengah berlari senang mendekat pada mobil Jekey.

Jeon Jekey yang melihat itu, tanpa sadar tersenyum dari balik masker yang selalu ia kenakan. Membukakan pintu dari dalam dan setelah kekasih manjanya itu masuk, ia segera melesat mengendarakan mobilnya menuju tempat kerja Aera.

"Pelan-pelan saja menyetirnya." Senyuman tak bisa berhenti menghias di wajah mungil itu.

"Kenapa?" Singkat, dari tadi Jekey sudah santai menyetirnya. Tidak terlalu terburu-buru.

"Biar bisa lama-lama melihat mukamu." Jujur, ketika sedang bucin-bucinnya Shin Aera memang terlampau polos. "Kenapa tidak dari tadi saja kamu antar aku? Kan jadi berputar-putar jalannya."

"Aku kan sudah bilang tadi. Kalau kamu ada mobil, aku tidak antar."

Oh Oke. "Besok-besok aku jual saja mobilku." Shin Aera, lagi-lagi kau menunjukkan sifat bucinmu.

"Sudah sampai, turun tidak?" Perasaan tadi baru saja berangkat, sekarang sudah sampai saja, disini kebucinan Aera harus berakhir dan kembali pada kenyataan. Ia melihat gedung rumah sakitnya, memang sudah sampai.

"Iya, turun kok." Kembali memakai maskernya, Aera membuka pintu mobil sedan Jekey tapi tidak semua terbuka. Sebelum turun, gadis itu sempat mencuri sebuah ciuman singkat di pipi kanan Jekey.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang