35. Don't Wanna Lose You (Again)

457 64 13
                                    

Kaki Patih yang jenjang membuat Jingga kesulitan untuk menyamakan langkahnya dengan laki-laki itu. Sesekali Jingga berlari agar tidak tertinggal dari Patih yang sudah berjalan di depannya.

Mau dibawa kemana sebenarnya gadi itu? Laki-laki itu bilang ada yang perlu dibicarakan dengannya, tetapi mengapa Patih membawanya jauh sekali?

Apa jangan-jangan Patih akan menculiknya?

"Mas, tunggu!" seru Jingga sambil kesulitan menyusul Patih yang terus berjalan tanpa melihat ke belakang.

Gadis itu mendengus sebal dan tetap mengikuti Patih.

"Mas!" panggil Jingga lagi untuk yang kesekian kalinya tetapi Patih tetap bergeming.

Kesabaran Jingga sudah berasa di ujung tanduk. Gadis itu kembali memanggil Patih kesekian kalinya berharap kali ini laki-laki itu mau mendengarkan panggilan Jingga.

"Sebenarnya kita ini mau kema–"

Bruk!

Jingga yang sedari tadi sibuk memerhatikan jalanan dan tidak melihat ke depan, tidak menyadari Patih tiba-tiba menghentikan langkahnya dan membuat gadis itu tidak sengaja menubruk punggung laki-laki itu.

"Aduh!" Jingga memegangi hidungnya yang sekarang berubah warna menjadi merah, akibat wajahnya duluan yang menubruk punggung laki-laki itu. Kenapa juga Patih harus tiba-tiba berhenti di depan Jingga?

Laki-laki itu tiba-tiba berbalik sambil memasang ekspresi yang Jingga sendiri sulit menebaknya. Tetapi Jingga melihat rahang laki-laki itu mengeras. Apa Patih marah?

"Mas–"

"Kamu ada hubungan apa sama Harvey? Sejak kapan kamu dekat dengannya? Bagaimana awal mulanya kalian bisa dekat satu sama lain?" cecar Patih memotong ucapan Jingga dengan cepat.

Jingga mengernyitkan dahinya, bingung dengan pertanyaan Patih yang terlontar secara tiba-tiba. Mengapa laki-laki itu bertanya mengenai hubungannya dengan Harvey?

"Hah?"

Patih memutar bola matanya sebelum mengulang kembali pertanyaan yang tadi ia lontarkan kepada Jingga, "Iya, kamu. Kamu tinggal jawab pertanyaan saya. Kamu ada hubungan apa dengan Harvey?"

Meskipun Jingga masih bingung dengan pertanyaan Patih, tapi akhirnya gadis itu memutuskan untuk menjawab saja pertanyaan Patih. Nampaknya Patih memang terlihat tidak akan melepaskan Jingga begitu saja jika gadis itu tidak segera menjawab pertanyaannya.

"Saya dan Harvey itu hanya sebatas teman. Kami dekat sudah cukup lama semenjak saya tinggal di sini. Awal mulanya? Ya saya dikenalkan oleh Earl, sepupunya Harvey. Memangnya kenapa?" tanya Jingga balik.

Sebenarnya Jingga malas menjawab pertanyaan Patih. Karena untuk apa juga gadis itu menjawab pertanyaan yang kesannya mengiterogasi dia?

"Yakin teman? Saya memiliki firasat Harvey tidak menganggap kamu seperti itu terlihatnya. Apa masih bisa disebut teman biasa?"

Gadis itu semakin bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Patih. Memang kenyataannya begitu. Dirinya dan Harvey hanya sebatas teman biasa. Memang menurut Patih keduanya terlihat seperti apa?

"Ya memang kami hanya berteman biasa. Tidak lebih. Memangnya ada apa, sih?"

"Saya tidak suka melihat kedekatan kamu dengan Harvey! Jangan terlalu dekat dengan dirinya lagi!"

Ucapan yang terlontar dari mulut Patih sukses membuat Jingga naik pitam. Apa-apaan laki-laki di hadapannya ini dengan seenak jidat melarang gadis itu bertemu dengan Harvey?

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang