7. Hari Tenang

482 81 17
                                    

Tapi perasaan cemburu yang Matahari miliki pada Jingga akhirnya bisa dia tangani dengan sendirinya.

Setelah perbincangannya beberapa waktu lalu dengan anggota band yang lain, Matahari bisa menekan perasaan dan pikiran bodoh yang terus mengganggunya akhir-akhir ini. Terlebih mendengar ucapan Deon yang langsung menamparnya balik pada sense miliknya.

Terkadang kita membutuhkan teman semacam Deon yang meskipun omongannya terkadang tidak dijaga dan menusuk hati, orang seperti Deon itulah yang dapat menyadarkan kita. Membuat kita kembali berpikir jernih dan normal.

.
.
.
.
.

Kembali ke percakapan beberapa waktu lalu bersama D'Light member...

Siang itu Matahari sedang berkumpul di basecamp seperti biasa bersama anggota bandnya yang lain. Jadwal mereka tidak terlalu padat akhir-akhir ini. Meskipun tidak padat, tapi acara kumpul-kumpul di basecamp memang sudah menjadi kebiasaan mereka.

Ditambah Matahari memang sedang tidak ingin berada di rumah. Setiap kali melihat Jingga, ada perasaan aneh yang timbul di dalam dirinya. Padahal biasanya Matahari tidak pernah merasakan hal seperti itu pada Jingga.

Membuat Matahari tidak nyaman jika berada di dekat gadis itu. Meskipun mau tidak mau, Matahari harus menahan atau mengabaikan perasaan itu karena tidak bisa setiap saat menghindari Jingga. Dia tidak mau menimbulkan pertanyaan atau kecurigaan di benak gadis itu.

Tapi tetap saja Matahari tidak nyaman. Maka dari itu setiap ada kesempatan Matahari selalu mencoba menghindari Jingga dan menghabiskan waktu di luar. Untung saja ada basecamp tempat bandnya biasa berkumpul. Basecampnya inilah yang menjadi tempat pelarian Matahari selama menghindari Jingga akhir-akhir ini.

"Manéh kelihatannya akhir-akhir ini lagi suntuk banget. Ada apa, Mat?" tanya Radit, menyadari bahwa temannya itu seperti sedang memiliki masalah besar.

Yang ditanya hanya menghembuskan nafas keras sambil menenggelamkan lagi wajahnya di bantal. Terlalu bingung untuk mengawali cerita dari mana.

"Ditanya ngadon saré geura. (Ditanya malah tidur.) Ada apa, sih? Cerita dong sini sama Aa." Radit membujuk Matahari. Menarik paksa tubuh laki-laki itu kembali duduk tegap.

Usaha Radit tidak sia-sia, meskipun pada awalnya Matahari menolak untuk menjawab pertanyaan temannya itu, pada akhirnya Matahari menyerah dan mempersiapkan dirinya. Mencoba meladeni setiap pertanyaan yang pasti akan dilontarkan teman satu bandnya itu padanya.

"Si Jingga," jawabnya dengan lesu.

Bravo yang tadinya sedang asik dengan gitar milik Radit, seketika tertarik dengan percakapan di antara Radit dan Matahari.

"Kunaon memangnya sama adik manéh?" tanya Bravo heran.

"Ini mungkin perasaan aing saja lagi kacau. Atau kalian bisa menganggap aing lagi kesurupan. Tapi tiap kali aing lihat si Jingga, aing merasakan hal-hal aneh di diri aing dan aing sendiri gak tahu kenapa." ujar Matahari membuka percakapan.

Alis Radit bertaut, bingung dengan ucapan Matahari.

"Perasaan aneh gimana maksud manéh? Coba jelaskan dengan bahasa manusia yang mudah dimengerti oleh kami."

Matahari menghela nafas lagi. Dalam hatinya mengingatkan bahwa terkadang teman-temannya ini benar-benar tulalit sehingga Matahari harus benar-benar sabar dalam menjelaskan masalah yang sedang menimpanya itu.

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang