18. Sang Mantan

321 54 25
                                    

Kalau menurut sebagian orang hal yang paling menyebalkan itu adalah menunggu. Tetapi, berbeda dengan seorang Prabu.

Karena bagi Prabu sendiri hal yang paling menyebalkan itu adalah masih diikuti oleh bayang-bayang mantan. Bukan bayangannya lagi, tetapi orangnya langsung yang menampakan diri di depan Prabu.

Laki-laki itu kira ketika dia menolak ajakan Neidya beberapa waktu lalu, perempuan itu akan berhenti mengikutinya. Seperti yang terjadi sebelumnya.

Tapi ternyata prediksinya kali ini salah. Prabu lupa bahwa mantan kekasihnya itu orang yang sangat gigih dan pantang menyerah. Neidya belum akan berhenti jika perempuan itu belum mendapatkan apa yang dia inginkan.

Sama seperti yang terjadi siang ini.

Prabu sama sekali tidak bisa mengelak ketika perempuan itu menodongnya tepat di depan pintu lobi ketika mereka sebelumnya menyelesaikan rapat dengan investor yang bekerja sama dengan perusahaan laki-laki itu. Neidya sudah menunggu laki-laki itu duluan sehingga Prabu tidak bisa menolak lagi ajakan perempuan itu untuk makan siang bersama.

"Hanya sekali ini saja." pinta perempuan itu sebelum akhirnya Prabu mengiyakan permintaannya.

Dan di sinilah keduanya sekarang. Di sebuah restoran yang tak jauh dari tempat Neidya bekerja. Prabu meminta sekretaris dan supirnya untuk kembali duluan ke kantor dengan memberikan alasan ada keperluan lain yang harus dibicarakan dengan sekretaris dari investornya secara empat mata. Dengan enggan keduanya meninggalkan Prabu berdua dengan Neidya dan mengikuti perintah laki-laki itu untuk kembali ke kantor mendahului Prabu.

Keduanya pun sibuk dengan kegiatan masing-masing. Neidya terlihat sibuk membolak-balik halaman buku menu sedangkan Prabu sejak dari tadi sibuk dengan ponselnya. Laki-laki itu mencoba sebisa mungkin menghindari percakapan dengan perempuan yang duduk di hadapannya sekarang.

"Kamu mau makan apa, Prab?" tanya Neidya sambil matanya tetap terfokus pada buku menu yang sedang dilihatnya sedari tadi.

"I'm okay with anything. As long as it doesn't contains any poison in it." jawab Prabu dingin.

Neidya mendongakan kepalanya menatap laki-laki yang duduk di hadapannya itu dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Ada apa?" tanya laki-laki itu, masih dengan nada dingin yang tidak berubah.

Neidya mendengus lalu menyeringai tipis. Pandangan matanya kembali kepada buku menu di tangannya.

"Nothing. Kamu memang gak pernah berubah dari dulu kalau masalah milih menu makanan," jawab Neidya seakan tak peduli dengan sikap Prabu yang dingin itu. "Ya sudah, kalau begitu aku saja yang pilihkan, ya?"

Perempuan itu memanggil waiter lalu memilih menu makanan untuk keduanya. Tidak berapa lama kemudian waiter tersebut meninggalkan meja mereka setelah mencatat pesanan yang disebutkan oleh Neidya.

Karena Prabu sudah tidak tahan lagi berlama-lama bersama mantan kekasihnya itu, dia memutuskan untuk bertanya langsung pada perempuan itu apa maksud Neidya menahan Prabu dengan dalih makan siang bersama?

"To the point saja, Ney. Apa maksud kamu tiba-tiba mengajak makan siang saya kali ini? Ada hal apa lagi yang perlu kamu bicarakan dengan saya?" tanya Prabu to the point tanpa basa-basi.

Neidya kembali memandang Prabu dengan pandangan yang sulit diartikan sebelum menyunggingkan senyum. Perempuan itu menggedikan bahunya dengan santai sebelum menjawab pertanyaan laki-laki di hadapannya.

"Nggak ada sebenarnya. Aku cuma pingin ajak kamu makan siang berdua saja. Sudah lama kita tidak makan siang berduaan." jawabnya enteng.

Diam-diam Prabu mengepalkan tangannya di bawah meja. Kesal dengan sikap Neidya yang tidak pernah berubah. Selalu berbuat seenaknya seperti dahulu.

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang