21. Beda

304 52 3
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, Ryola dan Patih pun sampai juga di kantor Prabu. Patih memarkirkan mobilnya di salah satu tempat parkir yang kosong dan melirik kepada gadis yang duduk di sampingnya itu.

Ryola terlihat gembira sekali bisa mengunjungi Prabu, pikir Patih. Awan hitam tiba-tiba mengelilingi laki-laki itu. Rasanya Patih ingin merutuki dirinya sendiri. Dengan bodohnya dia mengantarkan dirinya sendiri menuju neraka.

Ya, Patih memang bodoh. Dia sadar dia masih memendam rasa kepada Ryola. Dan dia tahu dia hanya dimanfaatkan oleh gadis itu dan meninggalkan dia dengan menggoreskan luka baru di hatinya. Mana ada laki-laki yang dengan berbesar hati mengantarkan wanita pujaannya kepada orang yang wanita itu cintai?

"Sesenang itu bisa bertemu Prabu?" ledek Patih menutupi sakit hatinya.

Ryola mengangguk antusias sambil melepas seatbelt yang melilit tubuh gadis itu. Dengan cepat gadis itu turun dari mobil Patih, berjalan mendahului laki-laki itu menuju lift. Patih hanya bisa tersenyum melihat rasa antusias yang diperlihakan gadis itu.

Keduanya segera menuju lantai dimana ruangan Prabu berada.

Ruangan itu berada di lantai teratas dari bangunan berlantai 10 itu. Ryola tidak perlu lagi meminta akses di meja resepsionis karena Prabu sudah memberikan dia akses khusus yang hanya bisa dipakai oleh orang-orang yang Prabu pilih.

Saat sampai di lantai Prabu, sekretaris dari laki-laki itu bangkit berdiri lalu membungkuk sambil tersenyum ramah ketika melihat kedatangan Ryola dan Patih. Keduanya sudah sangat mengenal Mbak Zara, sekretaris Prabu.

Tentu saja mereka sudah saling mengenal. Zara sudah bekerja dengan Prabu selama 9 tahun terakhir, gadis itu sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh keluarga Prabu dan Patih.

"Mbak Zara, selamat siang!" sapa Ryola dengan ramah

"Selamat siang, Bu Ryola, Pak Patih." sapa Zara balik.

"Mas Prabunya ada di dalam, Mbak?" tanya Patih sambil melihat ke arah pintu ruangan Prabu.

Zara mengangguk membenarkan, "Ada, Pak. Di dalam, baru keluar dari ruang rapat."

"Oke, kalau begitu Pak Prabu tidak sibuk 'kan siang sampai sore ini?"

Zara membuka agenda miliknya, melihat jadwal Prabu dari siang hingga sore ini. Zara kembali mengangguk.

Ryola tersenyum lebar. Itu artinya Ryola bisa menghabiskan waktu bersama Prabu setelah sekian lama mereka jarang menghabiskan waktu berdua.

"Tapi... di dalam sedang ada tamu, Bu." kata Zara tiba-tiba menghentikan langkah Patih dan Ryola untuk masuk ke dalam ruangan Prabu.

"Tamu?"

"Iya, Bu. Perempuan. Bilangnya tadi teman bapak, namanya kalau tidak salah Nei–"

Tidak menunggu Zara menyelesaikan kalimatnya, Ryola membuka pintu ruangan Prabu dengan paksa. Dan benar saja seperti apa yang diduganya. Laki-laki itu sedang bersama Neidya. Dan yang paling membuat shock gadis itu adalah melihat keduanya saling berpelukan erat.

Prabu yang terkejut melihat kedatangan tunangannya dengan cepat melepaskan pelukan Neidya. Wajahnya juga sama pucatnya dengan Ryola.

"La..."

Hanya itu yang keluar dari bibir Prabu. Memanggil nama Ryola dengan pelan.

Seperti terkena sambaran petir, hati Ryola sakit sekali melihat kedekatan kedua orang di hadapannya itu. Jadi, selama ini mereka berdua saling berhubungan satu sama lain di belakang Ryola.

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang