24. Kebenaran yang Tersingkap

400 70 18
                                    

Ketika gadis itu terbangun, Ryola dikejutkan oleh sosok Prabu yang tertidur di sofa yang terletak di sudut kamar gadis itu.

Mengapa Prabu bisa berada di kamarnya? Sejak kapan Prabu tertidur di sana?

Ryola mencoba mengingat kejadian semalam. Tetapi ketika gadis itu mencoba mengingatnya, sakit kepala pengaruh dari banyaknya alkohol yang gadis itu tegak mulai memberikan efek luar biasa.

Baru kali pertama Ryola merasakan sakit kepala separah ini. Dan gadis itu merutuki kebodohannya sendiri karena memaksakan diri menegak alkohol sebanyak itu padahal dia tahu, dirinya bukan peminum berat.

Semua ini karena Prabu, mata gadis itu memicing melihat sosok yang menurutnya paling menyebalkan sealam dunia. Kalau bukan karena ulah Prabu, Ryola mana ada menyentuh alkohol sebanyak itu.

"Lho? Tétéh sudah bangun?"

Dan sosok lain yang mengejutkan Ryola pagi ini adalah adik sepupunya sendiri, Jingga. Ryola kebingungan melihat sosok Jingga sudah ada di rumahnya sepagi itu. Apa Jingga menginap di rumahnya semalam? Bagaimana Ryola tidak bisa mengingat semua kejadian yang terjadi malam tadi?

Jingga meletakan nampan berisi sup hangat dan obat pereda nyeri ke nakas di samping tempat tidur lalu duduk di ranjang Ryola. Gadis itu memerhatikan wajah Ryola dengan tatapan khawatir membuat Ryola semakin bingung dengan tatapan yang diperlihatkan adik sepupunya itu.

"Néng? Ada yang salah dengan wajah Tétéh memangnya?" tanya Ryola sambil mengerutkan dahi.

Jingga mengerjapkan mata lalu menggelengkan kepalanya sambil menyunggingkan senyum. Tetapi, dari senyum yang Jingga perlihatkan kepada Ryola, entah kenapa Ryola merasakan ada hal aneh dari senyuman itu.

Senyuman itu terlihat sedih. Ada apa sebenarnya? Apa ada hal yang mengganggu Jingga?

"Nggak kenapa-napa, Téh. Tétéh baik-baik saja? Apa yang kerasa sekarang? Jingga tebak pasti kepalanya sakit 'kan?"

Kecurigaan Ryola buyar ketika Jingga menyodorkan nampan yang tadi dibawanya ke pangkuan gadis itu. Sup daging buatan ibunya.

"Tétéh makan dulu, baru setelah itu minum obat dan kembali istirahat kalau kepalanya belum merasa enakan." kata Jingga.

Ryola mengikuti ucapan adik sepupunya itu dan mulai menyendokan sup ke dalam mulutnya pelan-pelan. Sedangkan Jingga kembali memerhatikan Ryola dengan ekspresi yang menurut Ryola tidak biasa, membuat Ryola sedikit merasa tidak nyaman.

"Néng," panggil Ryola menyadarkan Jingga dari lamunannya.

"Iya, Téh?"

"Jujur sama Tétéh. Sebenarnya kamu ada apa?" tanya Ryola to the point.

Terkejut dengan pertanyaan Ryola, Jingga tidak menyangka kakak sepupunya akan bertanya seperti itu kepadanya. Apa Jingga begitu terlihat jelas oleh Ryola sehingga gadis itu bertanya tanpa basa-basi kepadanya?

Jingga menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu mencoba bersikap wajar di depan Ryola. Jingga tidak boleh sampai mengundang curiga lagi kepada kakaknya itu.

"Nggak ada, Téh. Memangnya kenapa?" tanya Jingga balik.

Gadis itu menatap curiga perubahan sikap adik sepupunya itu. Ada yang janggal dari Jingga tetapi Ryola tidak mengetahuinya.

Ryola memicingkan matanya menatap Jingga dengan curiga, "Benaran gak ada? Atau ada yang kamu sembunyikan dari Tétéh?"

Jingga membentuk huruf V dengan jarinya, menandakan dia bersumpah bahwa ucapannya itu tidak bohong.

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang