9. Percikan

576 77 26
                                    

Hari yang ditunggu Rinjani pun akhirnya tiba. Baru kali pertama dia mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Dimulai dari riasan bahkan hingga gaun yang dia akan kenakan malam ini.

Semua itu karena Matahari.

Setelah Matahari mengiyakan untuk hadir ke pesta ulang tahunnya, Rinjani yang biasanya tidak peduli dengan pesta yang dia buat, mendadak panik. Dia ingin segala sesuatunya sesuai dengan rencana.

Bahkan dia mengontrol sendiri persiapan untuk pestanya. Biasanya gadis itu menyerahkan semuanya kepada kedua orangtuanya. Tapi karena tahun ini berbeda dengan sebelumnya, dan karena Rinjani ingin menunjukan sesuatu yang spesial di depan Matahari, Rinjani melakukan persiapan sematang mungkin.

"Sudah siap anak Mami?" tanya ibu gadis itu.

Rinjani yang saat itu sedang dirias oleh tim make-up profesional pilihan ibunya tersenyum menatap ibunya dari bayangan cermin kemudian mengangguk dengan ceria. Dia benar-benar bahagia hari ini.

"Sudah, Mami. Bagaimana make-up Jani hari ini? Cantik gak anak Mami?" canda gadis itu.

 Bagaimana make-up Jani hari ini? Cantik gak anak Mami?" canda gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibunya mengacungkan kedua ibu jempolnya. Memberi pujian pada penampilan anak gadisnya yang terlihat sangat cantik dan berbeda malam ini. Mami Rinjani benar-benar puas dengan hasil make-up yang diberikan pada anak gadisnya itu.

"Kamu tumben-tumbenan mau didandani sedemikian rupa. Mau pakai dress lagi. Ada apa nih anak Mami? Jangan-jangan ada sesuatu yang kamu sembunyikan yang Mami gak tahu, nih?" tanya ibunya Jani sambil memicingkan mata menatap anaknya curiga.

Merasa tebakan ibunya itu benar, Rinjani tertawa nervous. Bagaimana bisa tebakan ibunya itu benar?

"Ehehe... ada sesuatu tidak ya?" Jani tertawa misterius. "Nggak ada kok, Mi. Jani hanya ingin mencoba hal baru saja." kelitnya.

"Bohong ah kamu! Apa dong cerita sama Mami? Masa sama Mami sendiri mainannya rahasia-rahasiaan." desak ibunya.

Ibu Rinjani memiliki sifat yang sama dengan putrinya itu. Sama-sama tidak pantang menyerah sebelum mendapatkan apa yang beliau inginkan. Mungkin inilah yang dinamakan satu darah. Rinjani hanya tertawa menanggapi rasa penasaran ibunya itu.

Rinjani menggamit lengan ibunya. Kepala gadis itu diletakan di punda ibunya. "Ehehe sebenarnya ada, sih. Tapi nanti Mami lihat sendiri kok." ujarnya menenangkan ibunya.

Ya, Rinjani bukannya ingin menyembunyikan Matahari dari ibunya. Tapi Rinjani ingin ibunya melihat dengan mata kepala sendiri orang yang dia sukai itu. Biar ibunya bisa menilai sendiri.

Ibunya masih tetap mendesak Rinjani. Tapi Rinjani hanya tertawa menanggapinya dan meminta ibunya untuk bersabar.

Hanya tinggal menunggu waktu beberapa jam lagi. Rinjani benar-benar sudah tidak sabar dengan pesta yang akan diadakan sebentar lagi.

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang