39. It Must Have Been Love

605 66 23
                                    

(⚠ : Inside today's chapter contains mature contain which aren't suitable for readers underage. If you aren't feel comfortable, you can skip this chapter. Thankyou in advance!)

.
.
.
.
.

Suara lengguhan demi lengguhan itu terdengar dari sebuah kamar apartemen yang letaknya tak jauh dari kantor laki-laki itu.

Patih menindih tubuh Jingga yang berada di bawahnya, mengurung tubuh gadis itu agar tidak bisa lepas dari dekapannya. Their pressing their lips together in a passionate kiss. It feels like their depend their life on the kiss, full with tongues and salivas.

Bahkan kemeja laki-laki itu sudah terlepas dari tubuhnya dan tergeletak sembarangan di lantai.

Sesekali pagutan di bibir mereka terlepas, digantikan dengan kecupan-kecupan di wajah gadis itu. Seakan laki-laki itu ingin memberikan tanda bahwa gadis yang sekarang berada di dekapannya itu adalah miliknya dan dunia harus tahu.

And his kisses turned upon her neck, leaving her neck with a lot of love bites. Then he nuzzles his nose into her neck and smells her scents. Patih could smells floral and citrus fragrance from her body. He pulls away only to admire Jingga’s body with his eyes, sighing to himself as he takes in the sight right beneath him.

Jingga benar-benar cantik. Matanya yang terlihat sayu, pipi yang merona merah serta bibir yang sedikit membengkak akibat ciuman yang mereka lakukan tanpa berhenti. Bagaimana bisa Patih tidak menyadari hal ini sebelumnya dan malah melihat wanita lain.

Kemudian pandangan laki-laki itu turun melihat ke leher Jingga yang sekarang dipenuhi bercak merah dan ungu hasil perbuatannya. Patih tahu, tanda yang dibuatnya itu akan tetap berada di sana selama beberapa hari sebelum akhirnya memudar. Hal itu dia lakukan agar semua orang bisa melihat tanda di lehernya Jingga ini. Yang mengatakan bahwa Jingga hanya miliknya seorang.

"You are so pretty tonight, Dear." puji Patih sambil menyentuh bibir Jingga dengan jemarinya dan tersenyum lembut menatap Jingga penuh cinta.

Yang ditatap merasakan pipinya terasa semakin panas. Jingga tidak tahu harus berbuat apa menanggapi pujian Patih. Gadis itu mengalungkan kedua lengannya ke belakang leher Patih lalu menarik laki-laki itu kembali ke pelukannya.

"Just kiss me already!" perintahnya pada Patih.

Laki-laki itu bisa melihat perubahan sikap Jingga yang salah tingkah karena pujian yang dia lontarkan kepada gadis itu. Mengapa Jingga jadi benar-benar menggemaskan seperti ini? Membuat Patih rasanya tidak akan bisa menahan diri untuk tidak menyerang gadis itu.

"Alright, alright. I'll give you whatever you want." kekeh Patih sebelum akhirnya kembali mencium bibir Jingga kembali. He kissed her hurriedly with so much passion and love.

Patih loves her sweet taste. Ciuman yang dia lakukan dengan Jingga dan ciuman yang pernah ia lakukan dengan Ryola dulu rasanya benar-benar berbeda. He can feel her love too when she kissed him back. As much as his love for her.

And Patih feels completed. He feels completed and perfect. He's glad finally he found the love of his life. Tiga tahun menunggu membuahkan hasil yang manis. Usahanya tidak sia-sia karena gadis yang paling dicintai di dunia ini kembali ke dalam pelukannya, mau memberikannya kesempatan lagi.

Patih tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang Jingga berikan. Akan dia tunjukkan kepada gadis itu bahwa dirinya telah berubah. And he wanna show her the love that she deserve.

"Ngghh..."

When he felt she attempts to grind herself on him, Patih stopped kissing her made her wonder.

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang