15. Big Secret

480 70 21
                                    

Matahari menghela nafas melihat sikap Rinjani yang seperti memberikan defense untuk dirinya. Laki-laki itu tahu, Rinjani mencoba melindungi dirinya dari patah hati.

Sebenarnya Matahari tidak pernah membenci Rinjani. Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja Matahari juga tidak bisa mengatakan bahwa dirinya juga menaruh perasaan pada gadis itu.

Beberapa bulan terakhir menghabiskan waktu dengan Rinjani membuat Matahari menemukan sisi lain dari gadis itu.

Rinjani memang sedikit agresif ketika mendekati dirinya, tapi bukan berarti dia tidak bisa bersikap manis. Terkadang Matahari menemukan sifat manis dari seorang Rinjani yang membuat laki-laki itu menyadari bahwa inilah yang dilihat mantan-mantan Rinjani yang tidak pernah ia tunjukan pada orang lain.

Matahari nyaman berada di samping gadis itu. Terutama karena sifat periang Rinjani. Hanya saja untuk mengatakan bahwa dia sudah membuka hati atau belum pada Rinjani, Matahari ragu.

Karena menurut laki-laki itu perasaan nyaman yang ia rasakan belum tentu bisa menjadi perasaan suka.

"Manéh coba saja dulu membuka hati buat perempuan lain atuh, Mat. Tidak ada salahnya mencoba menyukai perempuan lain sambil mencari pasangan yang cocok untuk manéh. Siapa yang tahu 'kan di tengah jalan manéh bisa jatuh hati sama orang itu."

Ucapan Bravo tiba-tiba terngiang di kepala Matahari. Bravo memberikan saran pada Matahari beberapa waktu lalu untuk mencoba membuka hatinya pada orang lain.

Sambil menyelam minum air. Mungkin itu peribahasa yang cocok untuk menggambarkan saran dari Bravo padanya.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depannya jika tidak mencoba, bukan?

Tapi... apa dengan menerima pernyataan cinta Rinjani membuat Matahari bisa membuka hatinya untuk gadis itu dan belajar mencintainya? Sedangkan jauh dilubuk hati laki-laki itu masih menyimpan perasaan pada adiknya yang Matahari sendiri sedang berusaha dengan sekuat tenaga melupakannya.

Muak dengan suasana yang terkesan canggung ini, Matahari pun akhirnya memutuskan untuk membuka suara. Meskipun Rinjani melarang Matahari untuk memberi jawaban sekarang, tapi laki-laki itu tidak mungkin juga menggantungkan perempuan seperti Rinjani dengan jawaban yang tidak pasti.

"Jan, saya sepertinya gak bisa buat kamu menunggu lebih lama lagi untuk mendapatkan jawabannya." kata Matahari membuka percakapan.

Hati-hati Rinjani mengangkat kepalanya. Dari matanya terpancar kekhawatiran dengan jawaban yang akan ia dengar dari bibir laki-laki itu.

Setelah menimbang-nimbang dan memutuskan baik buruknya, Matahari sudah memantapkan pilihan apa yang akan dia ambil.

"A-apa, A?" tanya Rinjani takut.

Matahari menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan gadis itu, "Kamu tahu betul 'kan bahwa perasaan saya sama kamu bagaimana?"

Rinjani mengangguk paham. Tentu saja gadis itu tahu. Tidak mungkin orang seperti Matahari mau menerima seseorang seagresif Rinjani. Gadis itu bukan tipenya Matahari sama sekali.

Mencoba berbesar hati, Rinjani menyiapkan hatinya menerima penolakan dari laki-laki itu. Sakit pasti, tapi seiring berjalannya waktu, Rinjani pasti bisa bangkit lagi.

"Karena kamu sudah tahu bagaimana perasaan saya bagaimana, saya sudah memutuskan." Matahari memberi jeda sebelum melanjutkan perkataannya, "Saya ingin memberi kesempatan untuk kamu."

Le Coup de FoudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang