Jisung menangis keras di apartemennya. Tidak peduli dengan tetangganya yang mungkin akan mendengar tangisannya. Jisung lelah. Jisung merasa dunia terlalu kejam padanya. Hubungan 4 tahun yang ia pertahankan hancur begitu saja. Perjuangannya selama ini sia-sia. Karena kenyataannya Jisung tidak bisa menjadi yang terakhir bagi Minho.
___
Ting tong
Bel apartemen Jisung berbunyi, tapi ia enggan beranjak dari kasurnya. Ia sedang tidak ingin bertemu siapapun kali ini. Drrtt... drrtt.. handphonenya di luar kamar terdengar bergetar, namun ia masih tidak bergerak barang satu inchi pun. Sekali lagi Jisung tidak ingin bertemu siapapun saat ini.Ting tong Ting tong Ting tong
Kali ini bel Jisung ditekan berkali-kali membuat Jisung geram. Ia beranjak dari kasurnya. Berjalan dengan cepat dan membuka pintu dengan kasar. "APA!" teriak Jisung pada orang di depan pintu apartemennya. Hyunjin yang berdiri di depan pintu tentu saja kaget. Apalagi dengan keadaan Jisung yang sangat acak-acakan. Mata sembab, hidung merah, rambut mencuat kesana kemari. Jisung jelas sedang tidak baik-baik saja. "J-Ji? Lo kenapa?"
Jisung tidak menjawab pertanyaan Hyunjin. Isakannya mulai terdengar kembali. Bahu Jisung bergetar dan kepalanya mulai tertunduk. "Sst... It's Okay... I'm here with you" Hyunjin menarik Jisung ke dalam pelukannya. Membisikkan kata-kata penenang bagi Jisung sambil mengusap punggung dan mengecup puncuk kepalanya.
___
"Kak Minho mau makan apa?" Felix bertanya pelan kepada Minho yang fokus pada ponselnya. "Gue ga nafsu makan" Jawab Minho datar. Sejak kemarin siang Minho memang tampak dalam suasana hati yang buruk, karena itu ia merasa khawatir.
Jika kalian bertanya, untuk apa Felix khawatir pada orang yang telah merusaknya? Jawabannya karena Felix jatuh cinta pada Minho. 6 bulan bersama Minho tanpa sadar membuat Felix menaruh rasa pada ayah dari anak dalam kandungannya itu. Walau ia tahu betul bahwa Minho sama sekali tak ada rasa padanya, tapi perlakuan Minho yang lembut membuat Felix nyaman. Terkadang Felix berharap Minho dapat membalas perasaannya, tapi melihat Minho yang setiap hari tertawa bahagia saat menghubungi Jisung membuat Felix harus mengubur dalam keinginannya.
"Kak Minho kalau ga laper mau dibikinin minuman aja?" Tanya Felix kembali. Minho menghela nafasnya panjang. "Ga usah Felix" Jawab Minho dengan penuh penekanan. "Kalau gitu aku...", "LO BISA BAHASA MANUSIA GA SIH! Sekali aja Bang Felix! Kasih gue ketenangan dalam hidup gue! Sekali aja!"
Minho berteriak ke arah Felix. Felix? Tentu saja terkejut. Minho tidak pernah membentaknya selama ini. Apalagi sampai memanggil marga lamanya. Sakit sekali rasanya ketika Minho melakukan itu. Rasanya sakit sampai Felix akhirnya menumpahkan air matanya.
Minho yang melihat Felix mulai menangis beranjak dari tempatnya. Keluar dari apartemennya dan menutup pintu dengan keras. Ia benar-benar tidak ingin diganggu. Cukup Jisung saja yang sudah mengganggu pikirannya sejak pertemuan 'terakhir' itu.
___
"Ji..." Hyunjin tengah duduk dengan Jisung di ruang makan apartemen Jisung. Ia menggenggam erat tangan Jisung sejak Jisung menceritakan semuanya. Menceritakan bagaimana Minho dan Jisung harus berakhir.
"Gue bakal selalu nemenin lo. Lo tau itu, kan?" Hyunjin menatap intens Jisung yang masih sesenggukan di depannya. "Makasih, Sam" Jawab Jisung dengan senyuman tipis yang terukir di wajahnya.
"Sekarang mandi, ya? Gue masakin lo dulu. Nanti kita makan bareng" Ucap Hyunjin sambil mengelus rambut Jisung. Jisung mengangguk dan berjalan ke arah kamar mandinya.
Ting tong
Hyunjin bangkit dan membuka pintu apartemen Jisung.
"Anda, siapa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN - HyunMinsung
FanfictionKita semua hancur kak... - Han Jisung Jisung tidak pernah menyangka bahwa kisah cintanya akan berakhir mengenaskan. Ia juga tidak menyangka jika hidupnya akan hancur berantakan hanya karena satu awal yang tidak pernah ia inginkan Warning! - BXB St...