CHAPTER 14 - MEMORIES

489 59 16
                                    

Jisung berjalan sangat cepat dan keluar dari mansion keluarga Bang. Ia merasa hancur sekarang. Bukannya bersenang-senang, ia malah merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Bang Chan.

Tanpa sepengetahuan Jisung, Hyunjin juga keluar mengikuti sahabatnya itu. Ia berjalan cepat berusaha menyeimbangi langkah Jisung. Beruntung Hyunjin memiliki kaki yang panjang, sehingga tidak perlu waktu lama ia dapat menyusul Jisung.

Grep

Hyunjin meraih lengan Jisung dan mencengkeramnya erat, membuat Jisung terhenti secara paksa. Hyunjin menatap Jisung dengan tepat di mata. Tatapan Hyunjin tajam dan mendominasi. Jisung tidak pernah melihat Hyunjin seperti ini sebelumnya.

"Kenapa langsung pergi?" Tanya Hyunjin dengan nada yang agak tinggi. "Kenapa lo ga ngelak perkataan kakaknya Felix, hm?" Jujur saja, Hyunjin terlihat sangat menakutkan sekarang.

"Jin-" , "Apa yang dibilang sama kakaknya Felix bener? Lo masih sering ketemuan sama Minho?" Jisung bingung dengan keadaan saat ini. Untuk apa Hyunjin semarah ini? Bukankah di sini Jisung yang dipermalukan? Bukankah jika Hyunjin sahabatnya, ia seharusnya malah menenangkan Jisung saat ini?

"Apaan sih Jin! Lo percaya sama kata-kata orang yang bahkan baru lo temui beberapa jam yang lalu?" Ucap Jisung kemudian. Ia mulai tersulut emosi sekarang. Mata Jisung menatap Hyunjin nyalang. Ia tidak suka Hyunjin mencurigainya seperti ini.

"Gue pengen percaya sama lo, Ji. Tapi emang fakta kan kalo lo masih pacaran sama Minho pas Minho udah jadi suami orang?" Ah, Jisung muak mendengar semua ini. "Kemarin juga, Minho ke apartemen lo, kan? Artinya lo masih ketemuan sama dia kan, Ji?! Jadi gue punya dasar yang jelas kenapa gue curiga sama lo"

Jisung berdecih dan menatap Hyunjin tidak percaya. "Serendah itu ya Jin gue di mata lo?" Mata Jisung sudah mulai berkaca-kaca. Hatinya sangat sakit sekarang. Bagaimana tidak? Hyunjin-sahabatnya-malah mencurigainya sekarang.

"Gue balik dulu" Jisung melepas cengkeraman Hyunjin di lengannya. Ia kemudian berbalik dan berjalan menjauhi mansion tersebut. Meninggalkan Hyunjin yang hanya dapat menatapnya sendu. Ah... Hyunjin sudah keterlaluan rupannya.

___

Jisung tidak langsung kembali ke apartemennya. Ia lebih memilih pergi ke sebuah sungai di pinggir kota. Dulu, ia sering pergi ke tempat ini untuk menenangkan diri. Menjauhkan diri dari keramaian kota dan menikmati hembusan angin dari berbagai pepohonan besar di sana.

Jisung memejamkan matanya. Menarik napas dalam berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Ia melahap kembali es krim di tangannya. Memang es krim rasa coklat adalah makanan terbaik untuk mendinginkan kepala.

"Beneran di sini, kan?" Jisung menolehkan kepalanya cepat ke arah sumber suara. "Kak Minho?" Minho berjalan mendekati Jisung sambil tersenyum hangat.

"Ah... masih taman ini sama es krim coklat, emang kamu masih sama aja ya, Ji?" Ucap Minho sambil mendudukkan diri di samping Jisung.

"Inget ga? Dulu pas aku ngelarang kamu ke luar negeri, kamu nangis sendirian di sini sambil makan es krim? Hahaha... aku nahan ketawa banget pas lihat kamu nangis tapi masih lahap makan es krim kaya gitu" Jisung ikut tertawa mendengar perkataan Minho.

"Terus aku besoknya pilek karena habis tiga mangkok es krim. Waktu itu aku mikir apa ya sampe bisa habis tiga?" Lanjut Jisung.

"Tapi itu bukan yang terparah ga, si? Kalo ga salah yang parah pas kamu nangis karena percobaan beasiswa pertama kamu gagal. Kamu lama banget waktu itu nangisnya. Sampe aku sama om Han cape nunggu kamu berhenti nangis" Decak tawa kembali mengiringi percakapan keduanya. Ah... mengenang memori lama memang sangat menyenangkan.

"Salah... yang parah itu waktu mama meninggal. Aku hujan-hujanan lama di sini sambil nangis terus karena ga bisa nemenin mama di saat-saat terakhir. Waktu itu kamu nyusulin aku dan kita besoknya sama-sama sakit. Ya kan?" Jisung masih tertawa dengan polosnya tanpa menyadari perubahan pada raut wajah Minho.

"Udah lama ya, Ji?" Ucap Minho sambil menatap Jisung lekat. "Apa kamu ga kangen sama semua hal itu? Sama semua kenangan yang bikin kita seneng di masa lalu?"

Jisung menatap Minho sendu. Jawabannya tentu 'Iya'. Jisung merindukan semua itu. Saat-saat di mana ia dapat membagi bebannya dengan Minho. Saat-saat di mana Jisung tidak pernah merasa takut sendiri, karena ia memiliki Minho dan Tuan Han di sisinya. saat-saat di mana Jisung merasa hidupnya sempurna.

"Tapi semua udah beda sekarang" Ujar Jisung kemudian. "Gak ada yang berubah, Ji. Aku masih sangat mencintai kamu. Aku masih ga bisa mikirin hidup aku tanpa kamu. Aku bahkan kadang masih mikirin masa depanku sama kamu. Dan aku rasa perasaan kamu masih sama, kan?"

Jisung menatap Minho dalam. Pandangannya mengabur karena air mata yang menggenang di kedua matanya. "Beda kak, kak Minho punya orang lain sekarang –" , "Aku masih punya kamu, Ji" Sela Minho.

"Karena itu... ayo kita bahagia bareng lagi, Ji. Ayo kita berbagi lagi. Ayo kita hadapin semua bersama lagi. Kamu ga perlu mikir tentang keluargaku, atau keluarga Felix. Cukup dengan kamu setuju untuk balik lagi sama aku, aku bakal urus semuanya" Ucap Minho sambil memegang tangan Jisung erat.

Jisung sudah meneteskan air matanya. Jujur saja Jisung ingin kembali bahagia dengan Minho. Ia ingin merasa terlindungi lagi seperti sebelumnya. Ia ingin kembali merasakan kasih sayang yang Minho curahkan hanya kepadanya. Dan berbekal keinginan itu, Jisung menganggukkan kepalanya. Menerima permintaan Minho untuk kembali mengulang dari awal dan hidup bahagia berdua.

End.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Ga lah becanda. Ga gitu T-T masih TBC kok ini

BROKEN - HyunMinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang