Rasa percaya diri yang tinggi, runtuh.
Keceriaan direnggut.
Sekolah yang semestinya adalah taman belajar dan bermain, kini menjelma menjadi neraka yang sangat dihindari. Liom High School mentransformasi Yoo Jung si gadis desa menjadi murid pembuat o...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pengumuman hasil ujian masuk SMA Liom telah tiba. Ribuan murid bersama orang tuanya saling berdesakan. Memeriksa lembar-lembar kertas pengumuman yang terpampang di papan berukuran besar dan panjang. "Kenapa sekolah ini tidak mengumumkan secara online saja?" rutuk beberapa orang.
Kim Yoo Jung si anak kampung berusaha menyelinap diantara kerumunan untuk bisa tiba di barisan depan. Dia cukup lihai dalam urusan ini. Sudah terbiasa lari-larian kesana kemari, lincah dan gesit. Jadi tak butuh waktu lama untuk membaca daftar nama berikut perolehan nilai.
Apakah aku lulus?
Jantungnya berdegup kencang. Harap-harap cemas.
Ini memalukan.
Bibir terkatup, alisnya memberengut. Wajahnya kecewa, tebakannya keliru. IPA salah 5, Matematika salah 3, bahasa korea salah 3, IPS salah 7. Bahasa inggris? Hanya 25 yang benar dari 50 soal.
Eh tunggu. 150? Lulus?
s? Serius?
Kim Yoo Jung berada di ambang dilema. Bingung. Apakah ia harus ia meloncat kegirangan atau sedih karena berada di urutan terakhir untuk siswa yang lulus.
"Selamat!"
Suara itu begitu riang dan dekat di telinga. Yoo Jung menoleh. Gerakan yang terlalu terburu-buru hingga membuat pria yang memanggilnya terkesiap.
"Sunbae!"
"Kim Yoo Jung, hoobae lol.. Kini kau sudah berhak memanggilku sunbae, seperti barusan"
Lukisan senyum di wajah Suho membuat Yoo Jung terlena. Ketulusan di wajahnya yang halus membuat gadis itu tersanjung. Hampir saja ia lupa membalas uluran tangan Suho yang memberinya selamat.
Ada sesuatu di diri Suho yang membuatnya merasa nyaman. Dia bagaikan pintu yang terbuka lebar mengundangnya masuk dengan ramah.
"Jadi, gimana nih perasaannya diterima di sekolah ini?"
Yoo Jung tersenyum tipis. Meski tak benar-benar puas, ia mengutarakan rasa syukurnya bisa lulus test itu.
Pertanyaan itu tak berhenti di sana.
Ada banyak cerita yang kemudia saling ditukar. Bak kerabat lama, keduanya saling beradu pandang, larut dalam percakapan yang akrab, menjauh dari kerumunan.
Melihat Suho aktif berbicara, Yoo Jung tidak sungkan bertanya banyak hal. Termasuk soal kedatangan Suho melihat pengumuman itu.
"Maksudku, apakah kau penasaran tentang lulus tidaknya diriku, sampai bela-belain datang sendiri untuk melihat."
Suho menggeleng tegas. Melihatnya Yoo Jung kurang senang.
Ada hal penting yang membuat Suho harus ke sekolah. Dan jelas, Yoo jung bukan alasannya.