|| 15.

53 6 0
                                    

Ha Ji Won sangat mengenal putrinya dengan baik. Seperti halnya Lee Ji Ah mengenal baik putranya —Jae Hyun. Atau sama halnya dengan sebagian besar ibu di dunia mengenal baik anak-anaknya.

Mengurung diri di kamar tanpa TV, pada saat ada tayangan dunia tumbuhan di televisi, bukanlah pilihan Kim Yoo Jung.

Tidak mengintip dapur sama sekali, padahal ada aroma sop ayam kesukaannya, bukanlah diri seorang Kim Yoo Jung.

Ha Ji Won bukan orang yang lapang sabar seperti sang suami. Melihat keadaan putrinya, ia tidak bisa pura-pura cuek. Maka meski sudah dilarang oleh sang suami, tetap saja dia menginterogasi sang putri.

"Ayolah, Nak.. ada apa sih?? Apa hal yang membuat Kim Yoo Jung mengabaikan tayangan kesukaan bahkan aroma sup yang sangat menggiurkan?" Ha Ji Won berusaha terdengar kasual, meski wajahnya sama sekali tidak menunjukkan demikian. 

Kim Yoo Jung masih mengurung diri. Ia tahu, kini mamanya berdiri tepat di depan pintu, menempelkan wajah dan telinga di daun pintu, demi mendengar responnya. Namun gadis itu tidak bergeming. Urusan kena omelan, nanti saja dipikirkan. Setelah moodnya membaik sedikit.

Tidak mudah mengembalikan mood yang buruk akibat bersitegang dengan guru. Setiap hari akan bertemu di sekolah. Setiap pertemuan akan dilewatkan dalam kecanggungan. Padahal pintanya sangat sederhana. Hanya ingin dihargai, seperti anak-anak lain. Tapi, guru itu, Uhm Jung Hwa, sudah terlanjur membencinya.

"Yoo Jung-a.. Ayo nge-date sama mama.. mau? ke taman bermain di depan?" seru Ji Won belum menyerah.

Kepala Yoo Jung terteleng ke arah pintu. Satu senyum simpul muncul di pipi mungilnya. Ha Ji Won sepertinya memang tidak akan menyerah untuk membujuknya. Kalau sampai ada ajakan date , artinya Ji Won sudah dalam tahap frustasi, all out.

"Bagaimana kalau pergi ke plant nursery? Nyari bibit, kita udah bisa mulai berkebun lagi loh di balkoni.."

Kim Yoo Jung sudah tersenyum lebar. Tapi dia tahu tawaran sang ibu masih bisa lebih dari itu. Maka ia memilih tetap diam lagi.

"Setelahnya kita bisa makan es krim bahkan ke toko buku beli satu atau mungkin satu peralatan yang kamu inginkan.. tapi hanya satu ya.."

Kim Yoo Jung berbinar-binar, beranjak dari tempat tidur, menuju pintu serta-merta membukakannya dengan gerakan gesit.

"Oke!!" ujarnya tegas dan ceria.

Ha Ji Won begitu lega melihat wajah sang putri muncul di hadapannya. Namun, kesal juga terpampang di wajahnya. Ia merasa sedang dikerjai oleh Yoo Jung. Dan dia tidak rela akan itu.

"Sayang sekali, kamu langsung muncul. Padahal tadi mama mau nawarin main ke Lotte Park loh.." goda Ji Won. Tujuannya hanya demi memberi kesan bahwa Kim Yoo Jung kalah dalam permainan tawar-menawar itu.

"Oh tidak apa-apa. Aku tadi bahkan sudah puas dengan penawaran pertama. Main bareng di taman. Eh ternyata aku dapat berkali lipat lebih baik.." sahut Yoo Jung dengan centil. Matanya dipicingkan demi menggoda sang ibu.

Ha Ji Won mengatasi kekalahan dengan menoel lengan anak gadisnya. "Dasar!!!"

Kim Yoo Jung menyender manja di bahu ibunya. Lengannya menggandeng Ji Won seraya melanjutkan tawar-menawar dengan trik liciknya. "Seperti kata orang, berbuat baik itu jangan setengah-setengah. Bagaimana kalau mama traktir aku satu novel dan satu set peralatan untuk prakaryaku?"

"Kau seperti kata orang... dikasi hati minta jantung.." omel Ji Won seraya merapikan rambut Yoo Jung. Hatinya tercenung. Melihat Yoo Jung yang sudah hampir sama tingginya. Melihat rambut Yoo Jung yang jatuh di bahunya. Memandangi anak gadisnya dengan perasaan yang susah digambarkan. Sudah lama ia tidak melakukan itu. Sudah lama ia tidak mengagumi betapa cantik gadis yang dia lahirkan itu.

School LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang