PART 14

778 117 10
                                    

***

Begitu keluar dari rumah sakit Aizreen
langsung mengurus pengunduran dirinya.
Dia kembali bekerja di butik. Dan beruntung selama proses itu Reez sama sekali tak menyulitkannya. Aizreen lega.

Hubungan dia dan Reez masih dingin. Sejak terakhir bicara di rumah sakit mereka tak pernah saling bicara lagi. Tinggal serumah tapi bak orang asing.

Bu Maryam terus memaksa Reez mengurangi kerja. Alhasil Reez selalu pulang sore tapi pekerjaannya tak lupa diangkut ke rumah. Akhir pekan pun dia tetap bekerja di rumah. Bahkan Bella sering datang ke rumah dengan alasan pekerjaan.

Bohong kalau Aizreen bilang tak peduli. Siapa yang sudi hidup seperti digantung tak bertali. Siapa yang rela suami bisa bersenda gurau dengan wanita lain di depan mata. Perlakuan yang berbeda padanya dan Bella semakin terlihat jelas.
Sepertinya Reez memang menikahinya hanya untuk iseng saja. Seperti yang dulu dia katakan. Ingin memulai dari awal juga mungkin hanya iseng. Pada akhirnya semua hanya mainmain. Bodoh sekali Aizreen menganggap semuanya serius.
Dia benarbenar lupa bahwa saat menikah dulu dia jelas mendengar bahwa Reez sudah tak mencintainya lagi. Apalagi yang bisa dia harapkan?

Reez yang baru keluar dari ruang belajar kebetulan melihat Aizreen sedang duduk menonton TV. Sesekali Aizreen tertawa dengan lelucon yang ditonton.
Rasanya sudah lama Reez tak melihat Aizreen tertawa lepas begitu. Sejak pulang dari rumah sakit senyum dan tawa yang dia beri seperti palsu dan dipaksakan.

"Ez, sudah selesai nonton?" teriak Bu Maryam dari arah dapur.

"Kenapa Ma?" balas Aizreen tapi mata masih tak beranjak dari TV.

"Kalau sudah selesai bantu Mama kesini ya!"

Aizreen menekan tombol record di remote lalu pergi ke dapur. Membantu orangtua adalah yang utama. Berbaktilah sangat yakan.

"Kenapa Ma?" tanya Aizreen lagi.

"Sudah selesai nontonnya?" Bu Maryam balik bertanya.

"Ez sudah rekam acaranya. Jadi tak apa nontonnya bisa lanjut nanti. Btw, apa yang bisa Ez bantu?"

"Tolong data berapa pegawai butik kita sekarang dan jumlah orang di keluarganya ya. Takut bingkisan yang Mama siapkan kurang."

"Okayokay. Tapi memang ada acara apasih Ma? Dari kemarin Ez mau tanya tapi lupa terus."

"Lusa temu tahun kematian Papa Azri."

Aizreen mengangguk mengerti. Azri itu nama papa mertuanya.
Namun Lusa juga bukan hari yang memiliki kenangan baik untuk Aizreen.
'Tidaktidaktidak! Kau tak boleh ingat hal itu lagi Ez!'

"Pagi hari kita akan ke makam. Sore baru doa bersama di rumah. Oh iya pasti Papa Azri senang karena tahun ini anak gadis kesayangannya akan datang menemuinya." Bu Maryam mengelus pipi Aizreen.
Mereka tak punya anak perempuan, jadi kasih sayang mereka tumpah semua pada Aizreen. Suaminya benarbenar sangat menyayangi Aizreen.

***

Dua hari kemudian.
Reez, Aizreen dan Bu Maryam pergi ke makam bertiga.
Meski sedih mengenang suaminya tapi Bu Maryam tak berhenti senyum mengingat kali ini Aizreen ikut. Dia yakin ini yang suaminya inginkan.

Turun dari mobil Bu Maryam menggandeng Aizreen diikuti Reez di belakang.

Langkah Aizreen terhenti beberapa langkah di depan makam papa Azri nya itu. Reez memperhatikan reaksi tak biasa Aizreen.

'Kenapa? Bagaimana mungkin?' Aizreen menekup mulut masih tak percaya dengan yang dilihatnya. "Papa!" gumam Aizreen tertahan. Perlahan Aizreen berjalan dan berjongkok menyentuh batu nisan. Perasaannya berat sekarang, kenapa tanggal kematiannya sama dengan tanggal dia pergi? Tanpa sadar Aizreen memandang Reez. Saat dia melukai Reez, saat itu juga papanya meninggal. Bagaimana perasaan Reez saat itu? Ditinggalkan dua orang yang dia sayang. Pantas saja Reez seperti tak bisa memaafkannya. Dia pasti sangat terluka saat itu. Harusnya Aizreen bisa ada di sampingnya bukan malah pergi.

Cinta Lama Resmi Kembali!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang