PART 5

1.6K 193 7
                                    

***

Mereka masuk ke rumah makan di seberang butik.

"Reez, kau mengambil hp ku!" ucap Aizreen berdiri di samping Reez yang sudah duduk manis sambil melihat menu.

"Duduklah!"

"Aku sudah makan!"

"Aku menyuruhmu duduk bukan makan."

"Aku harus bekerja."

"Masih ada dua puluh menit waktu istirahat," balas Reez meletakkan menu dan menatap Aizreen. "Ada yang ingin aku tanyakan. Duduklah!"

Aizreen pun menurut. Dia duduk di depan Reez.

"Kenapa putus?" tanya Reez.

"Apa?" Aizreen terkejut.

"Kenapa meminta putus?" ulang Reez.

"Kau tahu alasannya."

Reez mengetap bibir, tangannya mengepal erat. "Aku memberimu satu kesempatan untuk menjelaskan sekarang. Katakan yang sebenarnya kenapa minta putus?"

"Sudah kubilang kan aku ingin mengejar kebahagiaanku sendiri. Aku hanya purapura mencintaimu karena tak enak pada Mama Maryam yang sudah baik padaku. Aku tak mau mengecewakannya. Karena itu aku menerima cintamu. Tapi pada akhirnya aku tak bisa terus purapura mencintaimu lagi. Aku tak bisa. Maafkan aku."

"Sudah berulang kali aku mengingat kalimat itu. Semakin lama terdengar seperti dongeng bagiku. Apa kau masih tak mau mengatakan yang sebenarnya?" marah Reez. Dia sudah mulai menaikkan suara. Aizreen sedikit tersentak.

"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya."

"Baiklah. Anggap saja aku percaya. Sekarang apa kebahagiaan yang kau kejar itu sudah kau dapat?" tanya Reez.

"Ya. Aku sudah bahagia!" Aizreen mengalihkan pandangan keluar. 'Bahagia apa yang akan didapat dengan meninggalkan orang yang kau cintai? Setelah meninggalkanmu aku tak pernah bahagia Reez!'

"Menyakiti perasaanku apa kau benarbenar bahagia? Apa sedikit pun kau tak merasa bersalah meninggalkanku? Okay fine kau tak mencintaiku, tapi apa itu berarti kau harus pergi menghilang dari hidupku begitu saja? Saat kau pergi aku hampir hilang waras mencarimu. Apa sedikit saja kau tak pernah kasian padaku? Setidaknya beri aku waktu untuk terbiasa tanpamu. Kau yang tibatiba menghilang membuatku tak siap, Ez."
'Selamanya aku tak akan pernah siap, Ez!'

"Aku minta maaf, Reez!" Aizreen tak bisa menahan sebak. Dia juga terluka.

"Apa maafmu bisa memperbaiki semuanya?" tanya Reez dengan nada sarkastik.

"Lalu kenapa kau ungkit lagi hal lalu? Semua hal di masalalu bukankah tak akan pernah berubah?" Aizreen mengambil hp nya lalu bangkit pergi. Baru satu langkah dia berbalik pada Reez, "aku tahu aku tak benar karena menghilang tibatiba. Tapi jika aku kembali ke masalalu, aku akan tetap melakukannya lagi. Kita sudah berakhir Reez. Aku sudah bahagia, kuharap kau pun selalu bahagia."

Setelah mengatakan itu Aizreen meninggalkan Reez. Air mata di pipi dia biarkan.

***

"Arrghhhh shit!" Aizreen menendang pintu lift yang tak mau terbuka. Sudah kesekian kalinya lift apartemen macet seperti ini. Tak ada pilihan lain selain menaiki tangga.

"Ah balabalabala!" gumam Aizreen saat berpapasan dengan tetangga beserta kawankawan party nya. Dari kemarin mereka baru pulang sekarang? Benarbenar kurang kerjaan.

"Hey cantik!" salah satu dari mereka mencoba menggoda Aizreen.

"Cantik sih tapi usil. Dia yang semalam mengganggu pesta kita!" ucap pria yang semalam ditemui Aizreen.

"Benarkah?"

"Kurang ajar!" Aizreen menepis tangan pria yang hendak menyentuh wajahnya.

"Dasar sundal!" pria itu menoyor kepala Aizreen hingga membentur dinding dan terjatuh.

"Kepalaku bukan hal yang bisa seenaknya kau sentuh sialan!" marah Aizreen.

Pria itu hendak memukul Aizreen tapi dihentikan temannya, "hey sudahlah! Pria macam apa yang melawan perempuan. Biarkan saja dia."

"Iya. Para wanita itu modalnya cuma mulut berisik saja. Gak level lah dengan bertarung dengan pria macam kita. Ayo pergi!"

Dengan memandang rendah Aizreen mereka pun pergi.

"Awwww!" teriak Aizreen. Sebelum pergi pria itu masih sempat menendang perutnya.

Aizreen mencoba bangun tapi kepalanya pusing. Efek hampir nabrak pagi tadi masih belum hilang. Beberapa kali kepala kejedot setir mobil. Lalu barusan membentur tembok. Benarbenar sakit. Sempurna sekali penderitaannya hari ini.
Dia mencoba berjalan sambil memegangi perutnya yang sakit.

Langkahnya gontai, tak stabil hingga akhirnya dia jatuh terguling di tangga.

***

Bau rumah sakit bisa Aizreen rasakan. Saat membuka mata kepalanya terasa sakit.  Selain kepala dia juga merasakan sakit di kaki.

"Selamat pagi Mbak Aizreen!" seorang perawat masuk menyapa.

Aizreen hanya membalas dengan senyum. Dia masih linglung.

"Siapa yang membawa saya kesini?" tanya Aizreen lemah.

"Tetangga mbak. Semalam dia menunggui sebentar lalu pulang karena dia punya anak kecil di rumah. Tadi pagi dia datang lagi, baru saja pergi karena harus mengantar anaknya sekolah. Dia bilang dia tak tahu kontak keluarga Mbak. Hp mbak pun dikunci jadi kami tak bisa menghubungi keluarga Mbak. Jika Mbak mau, saya bisa bantu mengabari keluarga Mbak sekarang."

Aizreen memejamkan mata, terlihat cairan bening keluar dari sudut matanya.
"Saya tak punya keluarga. Sebatang kara!" ucap Aizreen lirih.

Perawat merasa simpati pada Aizreen.
"Mbak beruntung memiliki tetangga yang baik," ucap perawat mencoba memberi semangat. "Oh iya apa ada yang Mbak perlukan? Ada kebutuhan ke toilet atau yang lain?" tanyanya ramah.

"Saya mau minum!"

Perawat dengan segera memberi minum pada Aizreen.

"Terimakasih!" ucap Aizreen.

"Sudah tanggung jawab saya. Kalau tak ada lagi yang diperlukan saya keluar dulu mengecek  pasien lain. Mbak tak boleh terlalu banyak bergerak. Kepala dan kaki Mbak terluka. Kalau butuh sesuatu tekan bel yang ada di pinggir ranjang," jelasnya. "Dan satu lagi jam sembilan nanti Dokter akan datang memeriksa. Saya permisi dulu!"

Setelah perawat pergi ruangan itu terasa sepi.

Keluarga? Hal yang sudah lama hilang darinya.
Di saat seperti ini rasa sakit ketiadaan itu semakin nyata. Dia sendirian. Tak ada yang bisa diandalkan. Hanya bisa meminta belas kasih orang asing.

***

Bersambung.

Cinta Lama Resmi Kembali!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang