PART 7

1.7K 208 28
                                    

***
Menemani Aizreen sampai tenang, Bu Maryam tak jadi pulang. Meninggalkan dia sendirian di saat terapuhnya benarbenar tak mungkin. Akhirnya dengan terpaksa meminta pembantu rumah mengantar makanan untuk Aizreen.

"Papa ... Mama!" Aizreen masih terus memanggil orangtuanya dalam tidur. "Bawa Ez pergi! Ez tak mau sendiri!"

Bu maryam mengelus kepala Aizreen. Sedih dengan kondisi menantu tak jadinya ini.
Bahkan dalam tidur pun tak ada kedamaian.
"Seberapa kesepian kah dirimu, nak?" ucap Bu Maryam lirih.

.
.

Adzan ashar berkumandang, Bu Maryam membangunkan Aizreen yang masih lelap tidur.

"Nak, bangun dulu sayang! Sholat ashar," bisik Bu Maryam lembut.

Aizreen menggeliat dan perlahan membuka mata. Ada rasa sakit di matanya, pandangannya pun tak jelas. Efek menangis dan langsung tidur.

Bu Maryam membantu Aizreen bangun dan mengambil wudhlu. Meski sudah bisa berjalan sendiri, Aizreen yang masih mamai membuat Bu Maryam khawatir.

Selesai sholat Bu Maryam menyuapi Aizreen makan.

"Aku bisa makan sendiri, Ma!" ucap Aizreen merasa tak enak.

"Tak ada larangan pun menyuapi orang yang bisa makan sendiri," dalih Bu Maryam. Dia ingin memanjakan Aizreen. "Oh iya Dokter bilang kamu sudah boleh pulang besok."

"Alhamdulillah. Ez juga sudah bosan disini."

Bu Maryam tersenyum, dibalik senyum itu dia menyimpan banyak tanya. Ingin tahu apa yang terjadi pada Papa Aizreen. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertanya.

***

Keesokan harinya, Aizreen berpamitan pada dokter dan perawat yang sudah merawatnya dengan sangat baik.

"Kapankapan kita harus makan bersama," ucap Aizreen sambil memeluk perawat yang sudah menjadi temannya.

"Tentu saja. Aku sudah memberi kontakku padamu kan? Nanti hubungi saja aku."
Mereka sudah akrab dan tidak berbicara formal lagi.

"Hmm baik! Aku pasti akan sangat merindukanmu."

"Hey ini bukan drama tv. Ini bukan adegan dimana kekasih alien harus kembali ke planet asal. Kita masih di planet yang sama, di kota yang sama. Masih bisa sering bertemu."

Dokter dan Bu Maryam gelenggeleng kepala melihat interaksi Aizreen dan perawat itu.

Selesai berpamitan, Bu Maryam memapah Aizreen ke parkiran.

"Ma!" Aizreen berhenti sambil menarik lengan Bu Maryam saat melihat orang di depannya.

Seolah mengerti perasaan Aizreen, Bu Maryam menepuknepuk tangan Aizreen yang sudah dingin.
"Mama suruh Reez jemput tadi," beritahu Bu Maryam.

Reez mengambil tas berisi pakaian Aizreen yang dipegang Bu Maryam, dan dia masukkan ke bagasi. Sementara Bu Maryam membantu Aizreen masuk mobil. Mereka duduk di jok belakang membiarkan Reez sendiri di depan.

***

"Ini bukan jalan ke apartemenku!" kata Aizreen saat sadar kalau Reez mengendarai mobil ke jalan yang beralawanan arah dengan tempat tinggalnya.

Reez tak menanggapi ucapan Aizreen.

"Sayang!" Bu Maryam memegang tangan Aizreen. "Kamu tinggal sama Mama ya?"

"Apa?" Aizreen terkejut. "Enggak Ma. Aku tak bisa!" tolak Aizreen.

"Mama tak bisa membiarkanmu tinggal disana lagi. Kamu masih belum pulih benar, dan lingkungan tempat tinggalmu sepertinya tak aman. Mama tak mau mengambil risiko kau terluka lagi."

"Tapi Ma ...."

"Ez, please! Jangan membuat Mama khawatir."

Aizreen memandang Reez yang masih fokus menyetir. Bagaimana dia bisa tinggal di bawah satu atap dengan Reez?

"Okay Ez akan tinggal dengan Mama sampai pulih. Tapi setelah benarbenar sehat Ez akan kembali pulang," putus Aizreen.

"Tapi ...."

"Tak usah memaksanya, Ma!" ucap Reez memotong ucapan ibunya. "Dia bukan anak kecil."

Suasana dalam mobil menjadi hening.

***

Semua kebutuhan Aizreen sudah disiapkan Bu Maryam. Dan Aizreen sama sekali tak terkejut. Bu Maryam pasti sudah merencanakan lama untuk membawanya tinggal bersama.

Di malam hari Aizreen duduk sendiri di pinggir kolam. Seharian tak keluar kamar karena menghindari Reez.

Aizreen tahu setelah mengantarnya Reez kembali bekerja. Tapi tetap saja dia tak berani keluar sampai malam tiba.

Ini malam pertamanya tinggal disini dan dia tak bisa tidur.

"Merasa pengap di kamar?"

Sebuah suara mengagetkan Aizreen.

"Jika kau terus diam disini, besok mungkin kau harus ke rumah sakit lagi," ucap Reez.

"Aku akan kembali ke kamar sekarang," Aizreen bangun dan dengan langkah yang belum stabil berjalan melewati Reez.

"Ez!" panggil Reez.

Aizreen pun berhenti dan menoleh pada  Reez yang memunggunginya.

Tak lama kemudian Reez berbalik. Menatap Aizreen dalamdalam, "ayo kita menikah!"

***

Bersambung.

Cinta Lama Resmi Kembali!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang